Home / Rumah Tangga / Akad Tanpa Malam Pertama / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Akad Tanpa Malam Pertama : Chapter 21 - Chapter 30

80 Chapters

PoV Tiara

Bab 21PoV Tiara. Menurutmu, bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan tulus selama bertahun-tahun tanpa balasan dengan perasaan yang sama? Bukankah rasanya menyakitkan? Menjengkelkan? Menyedihkan? Benar, perasaan seperti itulah yang setiap hari kurasakan ketika memandang wajahnya … dan ketika menyadari bahwa dia mencintai wanita lain. Aku merupakan sekretarisnya. Orang tuaku dan orang tuanya sudah menjalin pertemanan yang baik dan cukup lama. Semasa papanya Yudha masih hidup, beliau pernah mengutarakan keinginannya untuk menjadikan aku sebagai menantu. Namun, belum sempat niatnya terwujud, beliau telah lebih dulu berpulang.Aku bekerja dengan giat bagi kemajuan perusahaan. melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatiannya. Mengubah cara berpakaianku menjadi lebih feminim, gaya bicaraku menjadi lebih lembut dan manis, bahkan rela bekerja lembur tanpa mendapatkan bonus. Semua itu demi menarik perhatiannya! Aku tidak peduli jika orang lain mengatakan bahwa aku terobsesi pada pri
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Masih PoV Tiara

Bab 22Semua kejadian berlalu dengan cepat sejak kerusuhan itu. Yudha juga jarang sekali masuk kantor. Kalau pun datang, hanya sebentar untuk menandatangani laporan atau mengecek ke HRD.Aku tahu apa yang tengah Yudha lakukan, beberapa kali aku mengikutinya dan semua sama, Yudha berhenti di sebuah apartemen yang sama. Entah siapa yang dia temui di sana dan urusan apa. Hari ini, aku meminta Yudha untuk datang ke kantor karena ada sesuatu yang urgen dan harus segera diselesaikan. Dia mengiyakan. Tepat pukul 10.00 WIB Yudha datang dengan tergesa. Kemejanya agak sedikit lecek dengan rambut yang sudah mulai sedikit gondrong. Duh, ingin rasanya aku mengurus semua keperluanmu, Yudh, tetapi apalah daya aku hanya kau pandang sebelah mata.“Apa ada yang urgent, Tiara?” tanyanya padaku seolah perusahaan ini tidaklah terlalu penting baginya. Padahal, sebelumnya aku tahu pasti bagaimana gigihnya Yudha memulihkan perusahaan peninggalan ayahnya ini yang waktu itu hampir saja tutup karena mengala
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Tiara Patah Hati

Bab 23“Ke-kenapa berhenti?” Dokter itu tidak menjawab, beliau memintaku untuk memastikannya sendiri.“Yudha ... kenapa napasnya berhenti?” Tanpa mendapatkan penjelasan lebih lanjut, Yudha dibawa menuju ruang UGD. Cukup lama aku menunggu sampai dokter keluar dari ruangan itu. "Dokter? Bagaimana keadaannya?" "Pasien selamat. Kami sudah memindahkan kamarnya ke ruang inap nomor 102." "Alhamdulillah. Jadi, dia baik-baik saja kan, Dok? Tapi, tadi napasnya ...." "Jangan khawatir. Dia hanya mengalami kondisi di mana pasien mengalami pemberhentian napas sejenak, selebihnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan kecuali luka-lukanya." Dokter pergi setelah menjelaskan semua itu. Tubuhku terduduk lesu di lantai dingin rumah sakit. Satu hal yang aku syukuri adalah, "Yudha masih hidup!" Meski akhirnya …. Dua hari lamanya aku menunggu Yudha sadar, sampai akhirnya di satu sore Allah mendengar pinta yang selalu kugaungkan. Yudha sadar!Akan tetapi, dada ini terasa sesak saat mendengar nama or
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Mendatangi Panti

Bab 24: "Sayang, bisa bantu Ibu untuk menyiapkan sarapan?" Ibu masuk kamarku setelah mengetuk pintu. Kegiatan mengaji pagi ini aku selesaikan dengan cepat. "Oh, sedang mengaji, ya? Apa Ibu mengganggu kamu, Nak?" Ibu mengerutkan kening. Mungkin Ibu merasa telah mengganggu waktuku bersama Tuhan. "Tidak, kok. Aku sudah selesai. Hari ini mau masak apa untuk sarapan?" "Yang simpel saja, Nak. Bahan makanannya juga sudah sedikit. Setelah sarapan, ayo, ikut Ibu ke pasar." Aku mengangguk semangat, melepaskan mukenaku kemudian memakai kerudung blouse yang nyaman dan simpel karena ada Yudha di rumah. "Ya sudah, ayo, kita ke dapur." Aku mengekori Ibu. "Bu, Dokter Pram bilang Yudha bisa makan seperti biasa jika keadaannya sudah membaik," ujarku ketika Ibu menyodorkan sekantong plastik wortel untuk dipotong. "Jadi, Ibu tidak perlu membuatkan bubur untuknya lagi?" Ibu berhenti menyiapkan panci besar untuk membuat bubur. Meski lebih praktis untuk membeli di luar, Ibu tetap membuatkan
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Azmina Sayang

Bab 25 Bukankah dia … adalah wanita tua yang barusan kami lihat? Benar! Wanita tua dengan penampilan renta dan tatapan kosong itu, adalah Bu Minah? "Bu, apa benar ini adalah pengurus panti terdahulu?" tanya Ayah untuk memastikan. "Saya tidak menyangka bahwa dia sudah, maaf, setua ini." Bu Nia menjawab pertanyaan Ayah dengan tenang tanpa nada tersinggung, dia paham betul dengan situasi sekarang, karena beberapa orang tua yang datang lagi untuk mencari anak mereka sangat terkejut dengan keadaan Bu Minah sekarang. "Apa Bapak ingat tahun berapa tepatnya Bapak menitipkan anak di panti asuhan kami? Dan, coba ceritakan lebih detail mengenai penitipan anak yang dulu Bapak dan Ibu lakukan," pintanya. Bapak setuju. Dia menjadi perwakilan kami untuk menjelaskan mengenai Azmina. "Oh, iya. Maaf. Sebelumnya saya hanya mengatakan bahwa saya menitipkan anak bernama Azmina. Saya akan jelaskan lebih detail." Sekilas, aku melihat Ayah melirik pada Ibu. Tatapannya meminta persetujuan, Ibu m
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Ada Apa Dengan Ayah?

Bab 26 Usai mendengarkan penjelasan dari Bu Nia mengenai kebenaran yang selama ini terkubur begitu dalam, Ayah menunduk, napasnya pendek dan memburu. Sementara itu, Ibu yang tidak dapat menahan emosinya langsung mendorong Bu Nia hingga memojokkannya ke tembok. "Iblis seperti apa yang telah menguasai hati kalian sehingga kalian berdua tega melakukan semua ini pada kami?! Bu, apa Ibu tahu seberapa terpuruknya kami selama ini? Betapa putus asanya kami setelah mengetahui bahwa Azmina telah tiada?!" Ibu menangis, suaranya serak menahan amarah. Bu Nia membuang wajah. Mengerutkan keningnya, wajahnya kelihatan sangat kesal. "Saya tidak tahu apa-apa! Kalau mau menyalahkan, ya, salahkan saja kakak saya! Toh saya hanya diberi tahu kebenarannya setelah dia melakukan itu!" hardiknya dengan suara keras. Ibu kaget mendengar jawaban dari Bu Nia. "Anda tidak merasa bersalah? Anda pikir kehilangan anak selama adalah hal remeh? Anda juga wanita, kan? Pernah melahirkan, pernah juga memiliki anak,
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

PoV Yudha

Bab 27PoV Yudha Sudah sebulan berlalu semenjak kami mendatangi panti asuhan dan pikiranku masih terpaku pada sebuah mobil yang datang saling bersisian dengan mobil Om Rahadi. “Sepertinya aku kenal, tapi di mana? Di mana aku melihat mobil itu? Dan kenapa aku merasa sangat familier dengan mobil itu?” Aku mencoba untuk mengingat-ingat lagi. Mobil hitam yang sering kulihat ada banyak jenis dan macamnya, tetapi entah mengapa yang satu ini malah mengganggu pikiranku. “Apa yang aku lewatkan?” tanyaku pada diri sendiri. Pagi hari ini diawali dengan kepalaku yang pusing memikirkan mobil itu selama sebulan ini. Terdengar suara ketukan di pintu. “Yud, kamu ada di dalam?” tanya Aisyah dari luar sembari mengetuk pintu kamar. Aku membuka pintu kamar, kulihat wajah cantiknya makin bersinar meski masalahnya belum benar-benar usai. “Kenapa, Aisyah? Ada yang bisa aku bantu?” Meski itu hanya ucapan basa basi, aku sebenarnya sangat berharap Aisyah meminta bantuan padaku. Entah mengapa, tet
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

Fakta Baru

Bab 28 “Ini rumah saya, dan saya akan menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam benak Anda!” Wajah pria itu sangat serius. Dia duduk di sampingku, di ruangan yang hanya beralaskan tikar tipis yang sudah berlubang sana sini. “Nama saya Umar,” ucapnya tiba-tiba setelah beberapa menit terdiam. “Ya, saya Yudha.” Aku menjawab spontan. “Tapi, apa maksud dari perkataan Anda barusan? Anda bilang akan menjawab semua pertanyaan dalam benak saya, apa maksudnya itu?” “Azmina … nama anak yang kalian cari tahu kebenarannya, benar Azmina, kan?” Aku mengangguk keheranan. “Apa Anda ada hubungannya dengan semua ini? Bagaimana Anda bisa mengetahui nama kembaran teman saya.” Pikiranku tidak bisa berhenti menebak. Bisa saja pria ini sama jahatnya dengan mereka dan ikut dalam rencana pemalsuan kematian Azmina bertahun-tahun silam. “Tidak, saya tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Tapi, saya tahu semuanya mengenai rahasia Azmina … mungkin cukup berguna bagi Anda.” Umar menarik napa
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Kedatangan Adnan

Bab 29 Aku dan Ibu berbelanja bulanan untuk pasokan makanan di rumah. Namun, tiba-tiba Ibu berhenti saat kami berada di depan restoran makanan Korea. “Astagfirullah, Aisyah! Belanjaan kita yang di tas warna merah mana ya? Kok, tidak ada? Perasaan Ibu pegang loh tadi.” Mataku mencari ke sana kemari, dan memang benar Ibu tidak ada belanjaan Ibu di kedua tangannya. “Sepertinya ketinggalan, Ibu tunggu saja di mobil, aku akan ambil belanjaannya di supermarket tadi.” “Ya ampun, tidak apa-apa memangnya? Kamu pasti capek juga, kan?” Aku tersenyum, menggeleng, “Tidak apa-apa, kok. Kaki Ibu kan sakit, sedangkan aku masih kuat berjalan ke sana kemari. Ibu tunggu saja di dalam mobil, aku tidak akan lama.” “Ya sudah. Terima kasih, ya, Nak. Maaf, ya, Ibu sepertinya sudah mulai pikun.” “Tidak masalah, Bu.” Sesuai rencana awal, aku mengambil belanjaan Ibu secepat mungkin agar Ibu tidak menunggu lama di mobil. Namun, saat melewati restoran makanan Korea untuk yang kedua kalinya, ak
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Siapa yang Datang?

Bab 30Siapa yang datang? Kegiatan mengaji pagiku terganggu oleh dentingan bising notifikasi yang berasal dari ponsel. Suara itu tidak berhenti, sepertinya pengirim pesan mengirimkan pesan beruntun, entah karena mendesak atau apa. Aku segera mengecek ponsel, menyimpan kitab suci Al-Qur’an dengan rapi di atas meja. Siapa, ya? Yang kirim pesan pagi-pagi buta begini? Seharusnya, sih, tidak ada, Yudha juga paling cuma mengirimkan dua pesan, setelah itu kita telepon. Lalu, teman? Tidak ada! Semuanya sudah menghilang entah ke mana semenjak tragedi pernikahan itu. Aku menelisik nama pengirim pesan, rupanya itu adalah seseorang yang pernah aku cintai dengan tulus, seseorang yang menyakitiku dengan cara yang paling keji … Mas Adnan! [Assalamualaikum, Aisyah, istriku sayang. Bisa kita bicara? Maaf aku memblokir nomor ponsel kamu waktu itu.] [Aisyahku, aku benar-benar minta maaf untuk kejadian saat pernikahan kita.] [Sayang, aku tahu aku salah, dan kesalahanku ini terlalu besar untuk d
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status