Sebastian, meski jantungnya berdetak cepat, mengakui kerja samanya dengan Serena kepada Bintara. "Aku bekerja sama dengan Serena dulu," katanya pelan, namun tegas. "Untuk sama-sama menjauhkanmu dari Aruna."Bintara tersulut emosi mendengar pengakuan itu. Dengan cepat, dia mencengkeram kerah baju Sebastian, wajahnya merah padam. "Kau apa?!" suaranya hampir serak oleh kemarahan.Namun, tatapan Sebastian tetap tajam, seolah tak gentar sedikit pun. "Aku sudah bilang, jika kau lengah, aku yang akan menggantikan posisimu di samping Aruna," ujarnya dingin. "Tapi untuk saat ini, kita harus bekerja sama lepas dari cengkeraman Serena!"Bintara perlahan melepaskan cengkeramannya, meski tangannya masih bergetar oleh amarah. "Kau tak tahu betapa sakitnya ini," gumamnya, sambil menggebrak meja dengan keras, meluapkan kekesalannya.Sebastian hanya menatapnya dengan emosi yang tertahan, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu, Bintara. Tapi kita harus berpikir jernih
Read more