Share

Bab 47

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-13 18:00:43

Sebagian ibu-ibu diam-diam mengeluarkan ponsel mereka dan mulai merekam momen itu. Kamera-kamera tersembunyi di balik tangan mereka yang tampak seolah memegang dompet atau tas belanja, tetapi sebenarnya merekam setiap detik drama yang tengah berlangsung.

Aruna menyadari bahwa semakin banyak mata yang mengawasinya, semakin banyak bukti yang terkumpul. Dia merasakan desakan untuk segera menghentikan situasi ini, tetapi setiap kata yang ingin keluar dari mulutnya terasa tertahan oleh rasa takut dan cemas.

Serena, melihat bahwa aksinya telah berhasil menarik perhatian, melanjutkan dengan lebih dramatis. “Aku berharap, Aruna, kita bisa menemukan jalan untuk memperbaiki semua ini. Demi Rohana, demi masa depannya.”

Tetesan air mata Serena terus mengalir, mengundang simpati dari para ibu-ibu yang menyaksikan. Mereka berbisik-bisik lebih keras, beberapa di antaranya terlihat menyeka air mata, terharu oleh pemandangan tersebut.

“Ini sangat menyedihkan,” bis
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 48

    Sebastian, meski jantungnya berdetak cepat, mengakui kerja samanya dengan Serena kepada Bintara. "Aku bekerja sama dengan Serena dulu," katanya pelan, namun tegas. "Untuk sama-sama menjauhkanmu dari Aruna."Bintara tersulut emosi mendengar pengakuan itu. Dengan cepat, dia mencengkeram kerah baju Sebastian, wajahnya merah padam. "Kau apa?!" suaranya hampir serak oleh kemarahan.Namun, tatapan Sebastian tetap tajam, seolah tak gentar sedikit pun. "Aku sudah bilang, jika kau lengah, aku yang akan menggantikan posisimu di samping Aruna," ujarnya dingin. "Tapi untuk saat ini, kita harus bekerja sama lepas dari cengkeraman Serena!"Bintara perlahan melepaskan cengkeramannya, meski tangannya masih bergetar oleh amarah. "Kau tak tahu betapa sakitnya ini," gumamnya, sambil menggebrak meja dengan keras, meluapkan kekesalannya.Sebastian hanya menatapnya dengan emosi yang tertahan, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu, Bintara. Tapi kita harus berpikir jernih

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 49

    Dalam tangkapan kamera ponsel, terlihat jelas Dong Min yang mendekatkan wajahnya ke arah Serena. Mata mereka bertatapan tajam, dan senyum tipis Dong Min tampak ambigu di bawah cahaya temaram sky bar. Dong Min berbisik lembut, namun penuh hasrat, "Serena, kau tahu aku bisa memberikan lebih dari sekadar dukungan bisnis." Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Serena, napasnya menghangatkan kulitnya. "Kau pantas mendapatkan lebih."Serena menjaga wajahnya tetap tenang, namun matanya menyiratkan ketegangan yang tertahan. Ia menahan napas sejenak, mencoba agar ia terlihat terkendali. Sementara itu, tangan Dong Min secara halus masih bermain di area milik Serena di bawah sana.Dalam cahaya remang-remang, bayangan mereka seolah menari di dinding, menciptakan kesan bahwa percakapan ini jauh lebih intim dan penuh rahasia. Bagi siapapun yang melihatnya, momen ini akan tampak ambigu, sarat dengan godaan yang tidak terbantahkan.Dong Min melanjutkan, suaranya ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 50

    “Kak, kau memanggilku?” Suara khas lelaki yang ia kenal membuyarkan lamunannya. Sietta menoleh dan melihat Jinu berdiri di ambang pintu. Wajah adik iparnya yang tampan memancarkan ketenangan, namun ada kilatan ketegangan yang tidak bisa ia sembunyikan.“Ya, Jinu. Sepertinya Kakak akan pulang ke Indonesia besok, apa kau mau ikut?” tanya Sietta, suaranya lembut namun penuh makna.Jinu menghela napas panjang, menggeleng pelan. “Kak, aku gak bisa. Masih terlalu banyak luka yang belum sembuh. Kejadian beberapa waktu lalu masih segar di ingatanku. Aku masih trauma dengan cara Sebastian mengusirku dari hotel itu.” Jinu menunduk, mengingat kembali momen pahit itu.Sietta menatap Jinu dengan rasa simpati. “Aku ngerti, Jinu. Tapi kita harus kuat. Kita gak bisa membiarkan mereka terus menginjak kita.”Jinu mengangkat wajahnya, matanya penuh dengan tekad yang membara. “Kak, aku berjanji. Aku akan kembali ke Indonesia, tapi gak sekarang. Aku akan menunggu saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 51

    Berita viral itu akhirnya sampai ke telinga Adi Jaya, owner dari Hotel dan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah naungan "King Group Jaya." Adi Jaya, yang juga ayah dari Bintara, merasa terkejut dan marah dengan situasi yang melibatkan anaknya.Hari itu, Adi Jaya memutuskan untuk mengunjungi mansion miliknya untuk memastikan situasi terkendali. Dia mengendarai sebuah mobil Rolls-Royce Phantom berwarna hitam mengkilap, kendaraan yang menggambarkan status dan kekayaannya dengan sempurna. Mobil mewah itu meluncur dengan elegan di jalanan kota, menarik perhatian setiap mata yang memandang.Ketika Adi Jaya tiba di mansion, pelayan-pelayan sudah bersiap menyambutnya. Pintu mobil dibuka dengan hati-hati oleh salah satu pelayan, dan Adi Jaya keluar dengan sikap anggun yang sudah menjadi ciri khasnya.Dia mengenakan setelan jas Armani berwarna navy blue yang rapi, dengan kemeja putih dari brand Burberry dan dasi sutra Hermes yang elegan. Sepatu kulit hitam berkila

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 52

    Hari itu adalah hari yang kelam bagi Bintara. Hatinya terasa sakit dan sesak. Dengan tegas, ia berkata, “Ayah, selama ini aku selalu menuruti keinginan Ayah, termasuk menikahi Serena yang tak pernah aku cintai! Kini biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri!” Adi Jaya membalas, suaranya penuh dengan keteguhan. “Ini semua demi kebaikanmu, Bintara!” “Tidak! Ini semua demi bisnis Ayah!” Bintara membalas dengan suara yang bergetar, penuh dengan emosi yang tertahan. Dia hendak pergi, namun Adi Jaya menambahkan, “Jika kau pergi dengan wanita itu, semua asetmu akan ku cabut!” Bintara berhenti sejenak, mengepalkan tangan dengan kuat. Amarah dan kesedihan bercampur menjadi satu, namun ia tidak berbalik memohon pada ayahnya. Dengan tekad yang membara, dia pun meninggalkan ruangan dengan getir. Suara langkah kakinya yang berat menggema di lorong, menandakan keputusan besar yang telah diambilnya. Bintara melangkah keluar dari ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 53

    "Mari kita duduk sebentar, tenangkan diri," ujarnya lembut, mengajak Bintara menuju sofa. Ia berjalan menuju dapur dan tak lama kemudian kembali dengan secangkir teh hangat, menyodorkannya kepada Bintara.Bintara meraih cangkir itu dengan tangan gemetar, menyesap teh perlahan, membiarkan kehangatannya meresap. Aruna duduk di sampingnya, menatap suaminya dengan penuh kasih."Bintara, aku tahu semua ini berat bagimu. Tapi melawan ayahmu bukanlah jawabannya. Bukankah ini impianmu? Sewaktu seminar dulu kau berbagi cerita tentang betapa kau ingin membangun hotel dan melihat tawa semua orang dalam hotel itu."Bintara terdiam, pikirannya melayang ke masa lalu. Kilasan kenangan muncul di benaknya, mengingat momen-momen yang membentuk impiannya.Saat itu, Bintara masih belia, berusia sekitar sepuluh tahun. Ia berjalan memasuki lobi hotel yang megah bersama orang tuanya. Matanya yang berbinar menatap kagum interior mewah, lampu kristal berkilauan di atas ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 54

    Malam itu, langit diselimuti awan gelap, membuat bulan dan bintang-bintang hanya samar terlihat. Angin malam berhembus lembut melalui jendela yang terbuka sedikit, membawa aroma hujan yang baru saja reda.Di dalam kamar yang hangat, Bintara dan Aruna duduk berdua di atas ranjang. Lampu meja memberikan cahaya lembut yang menciptakan bayangan tenang di dinding. Suasana terasa intim namun tegang, keduanya terdiam sejenak, membiarkan pikiran mereka melayang pada masalah yang menghantui mereka.Bintara menghela napas berat, matanya memandang lurus ke depan seolah sedang mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. "Aruna," katanya akhirnya, suaranya penuh dengan kekhawatiran dan cinta. "Kita harus pindah lagi. Tempat ini gak aman untukmu dan Rohana. Aku gak mau kalian terluka karena ulah Serena."Aruna menoleh, menatap mata Bintara dengan lembut namun penuh tekad. "Gak, Bintara. Aku gak bisa terus-menerus berlari. Di mana pun kita berada, Serena pasti akan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 55

    Keramaian di taman hiburan yang sebelumnya penuh dengan tawa dan kebahagiaan kini terasa seperti latar belakang yang tak berarti bagi Aruna. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar tanpa suara saat ia terus menatap boneka yang menggantikan putrinya di stroller. Tangannya gemetar, memegang erat pegangan stroller seolah berharap Rohana akan muncul kembali dengan sendirinya. Air mata mulai mengalir di pipinya, perasaan takut dan putus asa menghantamnya seperti gelombang tak berujung.Pikirannya dipenuhi bayangan mengerikan tentang apa yang bisa terjadi pada Rohana. Dia ingin berteriak, tapi suaranya tersangkut di tenggorokan, tertahan oleh rasa ngeri yang begitu mendalam.Bintara, di sisi lain, berusaha menenangkan dirinya meskipun hatinya diliputi kepanikan yang sama. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras saat dia mencoba mengatur napasnya.Matanya liar mencari-cari di sekitar, berharap menemukan petunjuk sekecil apapun. Dia mengeluarkan po

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 121

    Di bawah langit petang yang mulai bersemburat jingga, Aruna, Bintara, dan Rohana berdiri di gazebo restoran hotel, memandang hamparan lapangan golf yang terbentang luas. Angin sore berhembus lembut, membawa keharuman bunga-bunga yang mekar di sekitar mereka.Bintara melingkarkan lengannya di pinggang Aruna, menariknya lebih dekat sebelum mengecup kening istrinya dengan penuh cinta."Aku sangat mencintaimu," bisik Bintara, suaranya penuh dengan kehangatan dan ketulusan.Aruna tersenyum, namun senyumnya tiba-tiba memudar, wajahnya berubah pucat. Dia menutupi mulutnya dengan tangan, mencoba menahan mual yang tiba-tiba menyerangnya. Bintara segera terlihat khawatir, alisnya berkerut dalam kecemasan. "Aruna, kamu baik-baik saja?"Aruna hanya mengangguk pelan, lalu melepaskan Rohana ke pelukan babysitter yang berdiri tak jauh dari mereka. Setelah memastikan Rohana aman, Aruna kembali menatap Bintara dengan senyuman yang lembut. Tanpa berkata apa-apa, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 120

    Di tengah suasana meriah di Grand Opening Hotel, Bu Najiah juga turut hadir. ia tampak menikmati sore di suatu gazebo di taman belakang restoran hotel, ditemani riak air kolam yang memantulkan sinar matahari senja. Ikan-ikan berenang tenang, seolah menambah kedamaian di sekitarnya. Namun, jauh di dalam hatinya, ada kegelisahan yang belum terobati. Suara langkah kaki mendekat dari arah belakangnya. Ia tahu siapa itu sebelum sosoknya muncul di samping. "Lama tidak bertemu," sapa Adi Jaya, suaranya lembut namun ada nada canggung di dalamnya. Bu Najiah menoleh, melihat Adi Jaya yang berdiri dengan sikap yang penuh kehati-hatian. Matanya menatap tajam, namun ada kebingungan yang mengintip di balik ketegasan itu. "Ya, sudah cukup lama," jawab Bu Najiah pelan, sedikit mengeraskan hatinya untuk tidak terbawa perasaan. Pandangannya kembali ke kolam, menyembunyikan kegelisahan yang menghantui dirinya. Adi Jaya me

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 119

    Sementara Dong Min mulai menemukan harapan baru dalam hidupnya, jauh di tempat lain, hati Sebastian perlahan-lahan tersentuh oleh pesona seorang wanita yang kini telah menjadi pusat perhatiannya.Grand opening hotel yang berlangsung meriah menjadi saksi dari perasaan yang tak terduga ini. Acara penuh kemegahan itu menampilkan segala kemewahan yang telah disiapkan dengan teliti oleh Bintara dan timnya.Setiap sudut ruangan dipenuhi sorak-sorai dan senyuman para karyawan yang resmi direkrut. Ini adalah momen puncak dari segala kerja keras dan usaha yang telah dilakukan selama berbulan-bulan.Ketika pita merah yang melambangkan pembukaan resmi hotel itu akhirnya dipotong oleh Bintara yang berdiri gagah di samping Aruna, gemuruh tepuk tangan menggema di seluruh ruangan.Semua orang tampak tenggelam dalam kegembiraan dan kebanggaan. Namun, di tengah keramaian itu, ada satu orang yang seolah berada dalam dunianya sendiri.Sebastian, yang biasan

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 118

    Di klinik lapas, suasana terasa sunyi dan muram. Dong Min masih terbaring lemah di ranjang, tubuhnya yang kurus tampak rapuh, hampir seperti bayangan dari dirinya yang dulu. Tatapannya kosong, sering kali melamun, seakan terjebak dalam pikirannya sendiri yang kelam. Luka di pergelangan tangannya sudah mulai sembuh, namun luka di hatinya masih terasa perih, membekas dalam setiap helaan napasnya.Suster yang merawatnya selalu datang, membawa kehangatan yang berusaha meruntuhkan tembok dingin yang dibangun Dong Min di sekelilingnya.Seperti saat ini, ia datang dengan semangkuk bubur hangat, berharap bisa membuat Dong Min mau makan sedikit, agar kekuatannya kembali. Namun, setiap kali ia mendekat, Dong Min selalu berpaling, menolak kehadirannya dengan sikap acuh yang menyakitkan."Tuan Dong Min, kamu harus makan agar cepat pulih..." ujar suster itu dengan suara lembut, meski ada kelelahan dalam nadanya. Ia meletakkan mangkuk bubur di meja samping tem

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 117

    Serena mengangguk, memikirkan penjelasan Nina. "Mmm, kalau begitu aku tahu cara agar dia bisa berhenti menggangguku..." ujarnya dengan senyum kecil yang penuh arti. Nina menatapnya penasaran. "Apa rencanamu, Serena?" Serena menjelaskan dengan semangat baru, "Aku harus mengajak Mira kerjasama nanti. Aku ingin membantunya menumbuhkan kembali kepercayaan dirinya. Setelah keluar dari sini, aku berencana membuka usaha kecil-kecilan. Mungkin dia bisa bergabung denganku."Nina mendengar dengan penuh perhatian, tetapi keraguan tetap ada di wajahnya. "Itu ide yang bagus, Serena, tapi pasti akan sulit membujuknya. Mira punya banyak luka dan kepercayaan yang hilang. Dia mungkin tidak akan mudah menerima tawaranmu."Serena tersenyum tipis, matanya memancarkan tekad yang kuat. "Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku percaya setiap orang punya sisi baik. Mungkin ini adalah cara untuk membantu dia melihat bahwa ada harapan dan kesempatan kedua, sama seperti y

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 116

    "Serena...," panggil Nina kemudian."Ya?" Serena menatap Nina sendu."Aku punya satu permintaan, maukah kau melakukannya untukku?" Tatap Nina dengan nanar."Apa itu?" tanya Serena.Nina menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Jika nanti kau keluar dari penjara, bisakah kau datang pada anakku dan mengasuhnya?"Serena terkejut, menatap Nina dengan heran. "Kenapa kau berkata begitu? Bukankah kau juga akan keluar dari penjara?"Nina tersenyum getir, air mata mengalir di pipinya. "Aku tidak tahu apakah aku akan hidup sampai hari itu tiba," bisiknya sambil menyerahkan selembar kertas pada Serena.Serena meraih kertas itu dengan tangan gemetar. Saat ia membaca hasil tes rumah sakit yang diberikan Nina, matanya terbelalak. "Leukimia...," gumamnya tak percaya.Nina mengangguk, air mata tak tertahankan lagi. "Aku sudah berusaha sekuat tenaga, tapi kondisiku semakin memburuk. Aku tidak ingin anakku hidup tanpa cint

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 115

    Keesokan harinya, mereka pun beranjak untuk merencanakan kunjungan ke penjara tempat Serena ditahan. Bintara merasa sedikit gelisah, tapi ia tahu bahwa ini adalah langkah penting untuk menutup lembaran masa lalu dan melangkah ke depan dengan hati yang lebih tenang. Di mobil, dalam perjalanan ke penjara, suasana hening sesekali diwarnai dengan percakapan ringan. Namun, masing-masing dari mereka tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aruna merenung, memikirkan pertemuannya dengan Serena yang akan datang. Ia ingin melihat langsung bagaimana keadaan Serena, apakah mantan istri Bintara itu sudah berubah atau masih sama seperti dulu. Sesampainya di penjara, mereka melangkah masuk dengan langkah mantap. Petugas penjara mengarahkan mereka ke ruang kunjungan. Suasana di penjara terasa berat dan penuh dengan ketegangan yang tersimpan di dinding-dinding dingin bangunan itu. Serena duduk di sana, menatap ke luar jendela kecil yang ada di ruang kunjungan. Ketika pin

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 114

    Pagi itu di rumah baru Aruna dan Bintara di Bandung, udara terasa sejuk dengan sinar matahari yang hangat menyelinap melalui jendela. Burung-burung berkicau ceria di luar, seolah-olah ikut merayakan hari baru. Di dalam rumah, aroma harum kopi dan roti panggang memenuhi udara.Aruna dengan cekatan menghidangkan sarapan di meja makan. Senyum manisnya terpancar saat melihat Bintara yang duduk menunggu dengan penuh kasih. "Bagaimana kemajuan hotelmu, Sayang?" tanya Aruna sambil menyusun piring-piring dan makanan di atas meja."Semua lancar," jawab Bintara, matanya bersinar penuh kebanggaan. "Ada Sebastian yang urus, aku tinggal nerima laporan aja. Sekarang lagi rekrut pegawai juga. Sebentar lagi grand opening hotel."Aruna tersenyum mendengar kabar baik itu. "Aku juga udah daftar kuliah online," tambahnya dengan nada riang.Bintara mengangkat alisnya, terkesan dengan semangat istrinya. "Benarkah? Hebat! Kamu memang selalu punya semangat untu

  • Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 113

    Di dunia ini, kita hidup berdampingan dengan berbagai kisah dan perjalanan hidup. Setiap individu memiliki jalan yang berbeda, namun semua saling berkaitan dalam jalinan takdir yang tak terduga.Seperti Serena, yang kini mulai menyadari kesalahannya dan bertekad untuk memulai semuanya dari awal. Penjara yang awalnya dirasa sebagai akhir, justru menjadi tempat refleksi dan pembelajaran.Dia berusaha bangkit, belajar dari masa lalu yang kelam, dan berharap dapat menebus kesalahannya dengan tindakan yang lebih baik di masa depan.Di sisi lain, ada Dong Min yang tenggelam dalam keputusasaan. Kehidupan yang dulu gemilang kini hancur berantakan. Namun, di balik setiap kegelapan, selalu ada cahaya yang menyinari. Tanpa disadarinya, ada orang-orang seperti suster Jaine yang peduli dan berusaha keras untuk menyelamatkannya, memberikan harapan dan kesempatan kedua yang tak ternilai.Kemudian, ada kisah Aruna dan Bintara, pasangan yang menghadapi setiap rint

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status