Semua Bab Ternyata Suamiku Tampan: Bab 11 - Bab 17

17 Bab

bab 11

"Ayah! Ibu!"Alby berteriak ditengah cahaya keemasan yang mengelilingi di sekitarnya. Satu batang kayu jatuh tepat di hadapan, beruntung ia masih bisa menghindar mundur."Ayah! Ibu!" teriaknya lagi.Alby maju selangkah, mengindari kobaran api dari batang kayu. Melindungi wajah dan kepalanya dengan jaket sport yang ia pakai. Yakin jika kedua orangtuanya masih di dalam sana. Setelah cukup lama mencari dalam kobaran api, Alby yang sudah terlalu banyak menghirup asap kebakaran mulai melemah. Beberapa kali terbatuk dan mata mulai perih. Namun, di titik itu, ia melihat ayah dan ibunya dalam kobaran api yang tak bisa ia dekati."Ayah! Ibu!"Suara teriakannya menukik tinggi.Tubuh Alby membeku, dengan keringat dingin yang mengucur deras. Pupil matanya melebar sempurna, jelas sekali jika lelaki itu tengah berada di titik tertinggi dari rasa takut. Namun kakinya tak juga mau bergerak."Alby?"Suara sirine berdenging di kepala lelaki bertopeng itu. Kobaran api terlihat begitu nyata di matanya."
Baca selengkapnya

bab 12

"Hannah!"Suara pekikan Amy di susul suara keras, dan mobil yang berlari begitu saja meninggalkan Hannah yang tergeletak di atas aspal jalan."Hannah!"Alby berlari mendekat, wajah yang takut akan kehilangan terlihat jelas di sana. Melihat wanita yang mulai masuk ke dalam hidupnya tak bergerak membuat Alby luruh dan takut yang dahsyat."Jangan sentuh!" larang Josep ketika Alby mendekat hendak menyentuh tubuh Hannah."Biarkan di sana! Aku akan memanggil petugas medis dan polisi," lanjut Josep.Alby mengerti maksud Josep, dalam kecelakaan memang tidak di sarankan memindahkan korban. Karena mungkin bisa berakibat fatal jika salah dalam pertolongan pertama. Alby merendahkan tubuhnya sampai di dekat wajah Hannah."A-apa yang kamu rasakan?" tanyanya terbata.Beberapa orang tampak berkerumun, sebagian ada yang membantu mengatur lalulintas agar tidak macet dan menjaga korban tetap ditempatnya. Agar tidak terjadi luka yang lebih parah jika dipindahkan."Hannah, apa yang kamu rasakan? Katakan,"
Baca selengkapnya

bab 13 a

"Tapi, bisa kamu lihat, kan? Hannah sekarang baik-baik saja. Kenapa tidak lebih memperhatikan Hannah saja dari pada sibuk mencari pelaku yang tak jelas dimana!" sanggah Joana"Ah, kenapa bibi sepertinya takut jika kami menyelidiki kasus ini. Apa jangan-jangan, bibikah yang mencoba mencelakai Hannah," sindir Irene dengan senyum di wajahnya."Tutup mulutmu! Jangan menuduh tanpa bukti." Dan ini membuat Joana meradang."Akan segera kami dapatkan buktinya, bi!""Kau! Aku pasti akan menuntut mu jika kamu bahkan tidak bisa membuktikan apapun!" sergah Joana semakin marah."Sudah cukup!" Kakek JM menengahi.Menatap Joana dan Irene bergantian. "Kenapa kalian malah bertengkar di depan wajahku!"Semua diam, bahkan Morgan pun tak mengatakan apapun, juga suami Irene, Roky yang mengusap lengan istrinya yang sudah beremosi."Aku akan nyuruh orang untuk mencari tau siapa pelakunya. Selama itu, sebaiknya kalian berdamai. Aku harap ini hanyalah penyerempetan orang lain, dan tidak ada keluarga yang terli
Baca selengkapnya

bab 14

"Tuan Alby! Awas!" seru manager perencanaan yang menyertainya kala itu menarik tubuh Alby menjauh sampai tersungkur. Beruntung papan kayu yang lepas beserta longsong besi yang jatuh tak mengenai tubuh mereka. Tepat di depan mata benda-benda berbahaya itu mendarat.Jantung Alby berdetak kencang karena merasa nyaris celaka, napasnya pun naik turun karenanya."Tuan Alby anda baik-baik saja?" tanya manager perencanaan yang tadi menyelamatkan dirinya, dengan nada khawatir."Iya aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu," angguk Alby melihat ke atas."Saya juga baik-baik saja. Syukurlah. Astaga! Bagaimana bisa ada benda berbahaya begini jatuh?" ucapnya diselingi gerutu, melihat ke atas juga."Apa kalian baik-baik saja?" Beberapa orang pekerja kuli mendekat dengan gelisah. Karena takut jika sampai kehilangan pekerjaan, lebih parah jika diminta ganti rugi."Kenapa bisa sampai ada yang jatuh? Bagaimana kalian bekerja." Manager perencanaan marah menunjuk-nunjuk pekerja yang menunduk lemas."Maaf,
Baca selengkapnya

bab 15

Hannah menatap wajah pria bertopeng di hadapan yang terlihat gelisah melihat senyumannya yang memudar. "Kamu nggak suka?" Hannah menggeleng pelan, "Ini terlalu berlebihan Alby. Apa aku pantas menerimanya? Ini terlalu indah." Alby merasa lega, ia pikir Hannah tak suka. "Akan kupakaikan untukmu," ucap Alby mengambil kotak kalung dari tangan Hannah lalu berdiri, "Ini terlihat mahal." Alby tersenyum mengeluarkan kalung dari kotak, "Ini memang mahal, jadi kamu harus memakainya," ucap Alby memutari sampai ke belakang Hannah. Hannah menyatukan rambutnya yang tergerai dan menyibak ke samping agar Alby lebih mudah memasangkan di lehernya. Rasanya jantung Hannah berdebar kencang saat Alby memasangkan kalung itu di sana. Dan tubuh Hannah menegang kala merasakan kecupan di tengkuknya. Ya Alby mendaratkan bibirnya di sana untuk sesaat. Membawa sengatan panjang di tubuh Hannah. "Alby..." ucap Hannah dengan napas yang
Baca selengkapnya

bab 16

Bab 15 "Apa yang kau lakukan?" "Ma-maaf! aku tidak. bermaksud... A-aku hanya..." Hannah menjadi gugup dan takut. Wajah Alby terlihat sangat menyeramkan. "Maaf, aku sudah..." Alby melepaskan tangan Hannah dan lekas berbalik membelakangi. Meninggalkan rasa sesak dan sesal di dada Hanah. "Alby, dia pasti marah aku sudah melewati batas privasi. Bodoh sekali, Hannah!" umpat Hanah dalam hati meruntuki diri. "Alby, maafkan aku. Aku tak bermaksud mengganggu privasimu." "Tidur!" "Aku pikir aku ini istrimu." Alby berbalik lagi, "Lalu?" Hannah gentar, merasa ciut Dengan tatapan mata Alby yang tajam. "Kau pikir kau istriku, lalu apa?" "Tidak apa-apa jika, aku melihat lukamu." Alby tersenyum, lalu menyeringai menyeramkan, membuat Hannah takut dan gentar.
Baca selengkapnya

bab 17

Bab 16 Malam ini, Alby merasa sangat lelah. Persiapan launching projek yang dia kerjakan sangatlah menyita banyak waktu dan tenaganya. Saat pulang, ia pikir Hannah sudah tidur, bertemu dengan Morgan hanya menambah buruk suasana hatinya. "Istrimu cantik sekali malam ini." Alby meliriknya dingin. "Tadi aku mau mengajaknya minum kopi, tapi dia lebih suka mencari angin di atas sana." "Apa maksudmu?" "Lain kali tidak apa-apa, kan kalau kami sedikit mengakrabkan diri? Minum teh misalnya." "Lantas? Kau mau merayunya seperti Ivana?" sindir Alby. "Boleh?" "Dia tidak akan tergoda!" "Berarti boleh, kan?" tantang Morgan membangkitkan amarah dan cemburu di dada Alby. "Dia menolak karena kamu sudah pulang, lain kali pulanglah lebih larut agar kami bisa menikmati teh bersama..." Alby mencengkram kerah leher depan Morgan menatapnya dengan penuh amarah. "Jangan sampai aku melihatnya, Morgan!" Mata Alby yang tajam menusuk mata Morgan. Memberi peringatan pada sepupunya sendir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status