Home / Romansa / Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa: Chapter 71 - Chapter 80

385 Chapters

BAB 71 : Kota Tanpa Hukum

“Kau membuat kesalahan fatal.”“Saya tahu, saya tahu, Tuan Max. Saya akan menebusnya.” Lelaki berambut gondrong itu berlutut. Darah masih mengalir di pahanya. Wajah yang pucat pasi --jelas karena mulai kekurangan darah, membuat ia tampak begitu mengenaskan.Satu pukulan sempat ia dapatkan, dari Arion, yang sangat terlihat jelas begitu murka begitu pria tersebut keluar dari mobilnya.Luka tembak di pahanya yang dibiarkan, adalah hukuman ‘ringan’ bagi diri lelaki berambut gondrong itu, karena Arion tidak pernah memaafkan satu kesalahan pun.Rasa sakit dan mengucurnya darah adalah berkat atas kemurahan seorang Arion --lelaki itu bersyukur.Ia harus membuktikan dirinya masih berguna bagi Arion, jika tidak, ia hanya akan menjadi sampah terbuang. Dan itu hal yang jauh lebih menyakitkan baginya.Karena bagi anak buah Arion Ellworth yang setia, kematian jauh lebih terhormat dari pada terbuang.Sebelumnya, ia ditugaskan mengikuti dan melindungi seorang gadis. Tidak tahu apa arti gadis itu bagi
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

BAB 72 : Saksi Mata

‘Slab City?’ Elara mengeja dalam hati.Hanya butuh sepersekian detik, sebelum ia membelalakkan mata kaget.Bukan apa, kota yang mereka tuju saat ini adalah sebuah kota kecil yang terletak di daerah selatan Negara Bagian California, yang dikenal sebagai kota yang tidak memiliki regulasi atau hukum yang mengatur kehidupan warganya.Itu adalah wilayah terpencil, berlokasi di sekitar Gurun Sonora dan hanya dihuni sekitar seratus lima puluhan penduduk. Penduduk yang adalah para gelandangan, pensiunan atau orang-orang yang tidak memiliki rumah dan tanpa tujuan.Tidak lama, Elara yang semula hanya melihat gurun tandus dan semak serta beberapa pohon Boojum, kini mulai melihat kumpulan tenda, dipenuhi ornamen dan karya seni unik yang terbuat dari barang-barang bekas, seperti rongsokan mobil dan ban bekas. Sungguh ciri khas unik seperti yang pernah ia dengar dari beberapa orang.Elara kesulitan untuk mengetahui jam berapa saat ini, tangan yang terikat di belakang membuat hal itu tidak memungkink
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

BAB 73 : Usaha Lari

“Mengapa wajahmu pucat? Apa kau sakit?” Dianne mengernyit. “Bagaimana ini, Lex? Calon pengantin mu diculik. Apa kau cemas pada Elara?”Dianne menggelengkan kepalanya. “Yang harus lebih kita pikirkan adalah, bagaimana kita bisa mendapat uang itu, jika Elara tidak ada! Aku curiga, Elara telah mencairkan uang itu dan ada orang yang mengetahuinya sehingga ia diincar!”Gadis berambut keriting pirang itu masih terus mengeluh dengan marah. “Ini sial!! Bagaimana mungkin orang lain yang akan menikmati usaha keras kita?!”Alex tidak menanggapi perkataan adiknya. Meskipun ia sudah tidak berjalan gelisah, namun ia tengah berpikir keras.Mereka berhasil membawa Elara --sepertinya tidak ada kendala dengan hal itu, namun hingga kini mengapa mereka tidak memberi kabar?“Mengapa kau baru pulang jam segini?”“Aku pulang ke kediaman paman Tony. Tapi tidak menemukan ibu dan nenek. Aku menghubunginya beberapa kali, namun ponsel ibu tidak aktif. Aku ke sini, berpikir mereka ada di sini.”Alex terdiam lagi.
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

BAB 74 : Dijual?

Satu Range Rover hitam mengilat, diikuti lima Rhino GX di belakangnya, melesat cepat membelah angin di sepanjang jalan bebas hambatan West Side Freeway hingga Foothill Freeway.Di dalam Range Rover itu, Arion duduk dengan tatapan terarah pada ponselnya.Max yang duduk di samping pengemudi, membuka suara. “Sekitar setengah jam lagi kita masuk San Bernardino, Tuan. Apakah kita perlu berhenti di sana dan mengerahkan orang-orang kita di sana?”“Apa petunjuk terakhir?” Arion melemparkan pertanyaan lain.“Dari kamera pengawas terakhir van hitam itu terus mengarah sepanjang jalan ini Tuan. Namun mulai Beaumont kita akan kehilangan jejak, karena kamera pengawas daerah sana terpantau tidak berfungsi. Kita akan kesulitan menentukan arah di Beaumont dan Banning.”Arion menyimpan ponselnya ke dalam saku kemeja putih yang ia kenakan --masih dengan vest hitam nya yang membalut sempurna, menjadikan sosok pria bernetra kelabu itu terlihat sangat mengesankan meskipun aura yang menguar begitu suram.Ari
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

BAB 75 : Diberikan Pada Penawar Tertinggi

“Aku ingin setengah jutaku sekarang,” Ted mengucapkan kalimat itu dengan santai sambil menyilangkan kaki saat duduk di satu kursi terbuat dari tumpukan ban bekas.‘Tidak bisa. Gadis itu harus tiba di LA, sesuai perjanjian!’ Nada gusar langsung terdengar dari lawan bicara Ted saat ini di telepon.“Perjanjian apa? Kau menawariku keuntungan yang lebih banyak dari utang mu padaku, Bocah Sialan!” Ted mendengkus. “Jangan lupa, kau masih berutang tiga ratus ribu dolar padaku.”‘Bagaimana itu bisa tiga ratus?!’ Suara di seberang sana berteriak marah. ‘Aku memberimu seratus ribu sebagai uang muka membawa gadis itu! Sisa utangku seharusnya dua ratus lagi!’Ted terkekeh. “Seratus ribu yang kau berikan itu, tidak bisa disebut cicilan. Itu operasional kami melakukan ini. Kirimkan dulu lima ratus, aku akan antarkan gadis ini ke titik lokasi itu.”‘Tidak bisa begitu!’“Mengapa tidak?” Wajah Ted kini terlihat buruk. “Kamu main-main denganku, Bocah Busuk?!”‘Ti-tidak. Bukan begitu. Mak-maksudku… aku… a
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

BAB 76 : Menawar Lagi

Dianne menunggu dengan sedikit gelisah.Berulang kali ia mengetuk-ketuk meja dengan kukunya yang panjang. Sebelah kakinya juga tak berhenti mengetuk lantai.Pagi-pagi ini Dianne telah datang ke sebuah coffee shop yang berada di pinggiran kota Hillsborough.“Ah, itu dia…” Dianne mengembus napas, antara lega dan gugup.“Nona Gold--”“Tidak perlu menyapaku,” penggal perempuan cantik yang baru saja datang itu.Ia tinggi semampai dengan mengenakan blus sutra berwarna kuning. Rambutnya tertata cantik dengan beberapa ikal buatan. Kacamata hitam dengan logo brand internasional bertengger di hidungnya yang mancung.“Baik,” Dianne dengan patuh mengangguk. Ia lalu diam dan menunggu perempuan cantik itu duduk dan meletakkan tas tangan berbahan kulit miliknya, di atas meja.Dianne melirik tas tersebut dan berdecak kagum dalam hati. Sungguh, ia ingin memiliki tas cantik edisi terbatas seperti itu.Jika mereka memiliki uang Elara dari bibi Annie, ia bisa mendapatkan satu tas seperti itu untuknya.“K
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

BAB 77 : Mobil Asing

Ted berhenti tertawa. Ia menatap Elara, lalu beralih pada si Lelaki Beranting. “Kau percaya?”Lelaki Beranting itu menggeleng dan menyeringai penuh cemoohan. “Jika gadis ini sekaya itu, dia tidak akan tinggal di sekitar Crescent Ave. Itu hanya lingkungan standar. Tidak kumuh memang --tapi sama sekali bukan blok mewah.”“Kau dengar, Baby? Kami tidak mempercayai itu,” ledek Ted. “Lagi pula, kau tidak punya keluarga. Bukankah begitu? Dari mana uang sebanyak itu? Untuk seorang pelajar sepertimu, jika punya uang sebanyak itu, minimal kau seorang anak pengusaha kaya. Apa aku salah?”Elara menggigit bibirnya kuat. “Aku memang memiliki uang itu. Warisan dari ibuku. Aku--”“Sudahlah! Kau terlalu bising!” Ted lalu memberi isyarat pada si Lelaki Beranting untuk membungkam mulut Elara lagi dengan kain pengikat.“Aku punya uang itu! Sungguh! Aku--” “Kau pikir aku akan percaya pada ucapanmu?” Ted tersenyum sinis.“Tidak perlu repot-repot membujukku, Baby. Kau sudah terjual seharga tujuh ratus rib
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

BAB 78 : Ia Yang Datang

Ted mulai merasakan peluh di pelipisnya.Ia mengeluarkan senjata api dari balik punggungnya. Tangannya menggenggam erat senjata itu, begitu pula kedua lainnya.Tiga orang dalam bangunan kumuh itu kini terlihat mulai tegang. Elara cukup jelas melihat peluang dari situasi ini.Entah siapa yang menyerang mereka, Elara tidak harus menunggu di sini. Ia tidak yakin jika siapapun yang datang menyerang, tidak berniat buruk padanya.Di saat Ted dan kedua anak buahnya terlihat sibuk memperhatikan situasi, Elara beringsut ke sisi sofa satunya dan menurunkan kakinya yang semula ia tekuk.Meskipun ia masih dalam kondisi terikat, Elara menggerakkan tubuhnya dengan baik. Ia berdiri, lalu merayap dan menggeser kakinya yang terikat dengan hati-hati, agar ketiga lelaki dalam ruangan itu tidak berpaling padanya.Gadis ini sudah cukup hati-hati, namun si Lelaki Beranting melihat pantulan bayangan Elara dari kaca jendela.“Fuck you, B*tch!” Dia berbalik dan menarik kerah belakang kemeja Elara dengan kasar.
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

BAB 79 : Kesenangannya

Arion memindai sekeliling dan tatapannya jatuh pada tubuh Elara yang tergeletak di lantai.Gestur tenang dan wajah tanpa ekspresi itu seketika berubah. Dengan tergesa ia nyaris berlari menghampiri Elara dan menjatuhkan lutut di sisi tubuh gadis itu.Gadis itu masih dalam posisi yang sama dan keadaan yang sama --Max tidak berani menyentuhnya, meski menjadi orang pertama yang masuk dan melihat Elara di dalam bangunan kumuh ini.Surai cokelat madunya mengayun lembut, tatkala tangan Arion meraih tubuh Elara dengan sangat hati-hati, setelah membuka ikatan pada kaki dan tangan gadis itu.Ia memeriksa keadaan Elara lalu mendekap gadis itu sangat erat.“Elara…” bisiknya. Suara itu terdengar serak, tertahan gejolak emosi yang begitu kompleks sejak ia mengetahui Elara dibawa pergi.Iris kelabu milik pria itu lalu terkunci pada wajah Elara yang terlihat pucat dengan lebam di pipi dan juga sisi kepala.Sebelah tangan Arion bergerak cepat namun hati-hati membuka kain yang membebat mulut dan sorot k
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

BAB 80 : Dibuntuti

Jika pun ada hal lain, itu karena keanehan yang selama ini ada dalam diri Arion tidak muncul saat bersama gadis ini.Hasrat yang mati itu, selalu timbul --bahkan menyala, saat bersamanya.Keinginan menyentuh dan menguasai tubuh gadis itu seolah menjadi obsesi dalam pikiran Arion. Anehnya lagi, Arion tidak sanggup memaksakan kehendak pada gadis itu dan hanya akan menunggu gadis itu yang memberikan dirinya secara sukarela.Kening Arion mengernyit.Desakan dalam dadanya mendorong dirinya untuk membiarkan hal itu. Tanpa perlu melawan atau pun menyingkirkan rasa-rasa asing serta keanehan ini.Pria tampan itu sedikit terhenyak, saat melihat tangan Elara yang bergerak.“Elara…”Kelopak mata Elara bergetar, lalu membuka perlahan.Ia hendak bergeser, lalu mengernyit saat merasakan nyeri di kepalanya.“Jangan dulu bergerak,” ujar Arion pelan.Elara tersentak mendengar suara dalam yang familiar itu lalu berusaha menoleh ke kiri.“...Rion…” Mendengar panggilan lirih Elara tersebut, Arion membeku.
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more
PREV
1
...
678910
...
39
DMCA.com Protection Status