Semua Bab CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH: Bab 51 - Bab 60

71 Bab

TERJERAT

Dari pinggir Altar, Anggara menyaksikan percakapan istri dan mantan kekasihnya itu. Anak dalam gendongannya mengatakan sesuatu padanya. Ia menjawab secara otomatis sebelum menurunkan anak itu dan menyuruhnya bermain bersama teman-temannya. Benaknya dipenuhi Citra.Selama upacara pernikahan ia bertekad untuk tidak memedulikan Citra dan fokus terhadap melayani para tamu, tidak membiarkan masalahnya sendiri merusak hari spesial adiknya. Hanya saat Andine menyenggolnya barulah ia melihat ekspresi di wajah Citra dan langsung tahu benak Citra berada di tempat yang sama dengan dirinya. Ia telah melihat tetesan air mata di pipi Citra dan itu membuatnya takjub karena selama kebersamaan mereka, sepanjang kisah cinta mereka yang panas dan gila-gilaan, ia belum pernah melihat Citra meneteskan air mata di depan banyak orang. Citra wanita paling tangguh dan kuat yang pernah ia temui."Kejar dia." Andine sudah di sampingnya, tenang dan terkendali, entah bagaimana mampu bertindak sebagai wanita yang m
Baca selengkapnya

PERDEBATAN DI RANJANG

Anggara tidak menginginkan perceraian.Ia menginginkan istrinya. Di sini. Sekarang.Selamanya.Sambil menggeram pelan Anggara bergerak menuruni tubuh Citra dan menggunakan mulutnya untuk memuaskan wanita itu, menuntut setiap rahasia dari wanita yang telah menghantui setiap segi hidupnya sejak pertemuan mereka.Godaan, sensasi Anggara menganggap dirinya pria yang terkendali, tapi saat ini tak ada kendali, tidak saat Citra terbaring di bawahnya. Tanpa ampun, ia mengirim Citra kembali ke puncak gairah, mendorongnya dengan posesif sampai akhirnya wanita itu membisikkan namanya. Citra miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya. Panas membara ini sungguh luar biasa.Mata Anggara terpejam.Saat tubuh Citra mengencang di sekeliling tubuhnya Anggara merasa benaknya hampa dan hatinya terkoyak. Inilah yang selalu terjadi di antara mereka. Lebih daripada sekadar seks. Penyatuan yang jauh melebihi hubungan fisik. Masalah apa pun mereka miliki, hal ini akan selalu membereskannya. Tanpa menyadari ap
Baca selengkapnya

MEMBOHONGI DIRI SEKALI LAGI

Citra memejamkan matanya sejenak dan berusaha menjernihkan pikirnya. Mengendalikan emosinya yang bergejolak ."Karena kita baru saja bercinta? Apa teknikmu yang hebat seharusnya memiliki efek yang sama dengan cuci otak? Itu hanya tindakan fisik, Anggar. Tidak punya makna emosional." Anggara mengumpat pelan dan akhirnya menjauhkan tubuh. Sambil berguling telentang ia mencengkeram rambutnya sebagai tanda frustrasi. "Kamu membuatku gila, kamu tahu itu kan?" "Kamu pun begitu." Citra ingin Anggara melepaskannya, tapi sekarang saat pria itu melakukannya ia merasa sangat kehilangan. Begitulah cara mereka terlelap, ingatnya, selalu saling memeluk. Ia belum pernah bergantung pada siapa pun, tapi caranya tidur dengan Anggara adalah momen ketika ia melonggarkan peraturan itu.Itu membuat malam menjadi waktu favoritnya. Citra merasa dirinya semakin lemah. Ia baru akan berbalik ke arah Anggara ketika pria itu bangkit dari ranjang, tak memedulikan kondisinya yang telanjang. Anggara benar-benar
Baca selengkapnya

KETEGANGAN

"Apa kamu membenciku karena menghadiri satu pertemuan lagi ketika aku seharusnya menemani kamu untuk memeriksakan dirimu pasca kecelakaan itu. Kita berdua melakukan kesalahan. Menikah berarti memperbaikinya dan melangkah maju. Itulah yang sedang kita lakukan."Dia benar-benar sombong, pikir Citra putus asa saat menutup koper dan menggenggam pegangannya. Pria itu begitu yakin satu-satunya yang harus dia lakukan adalah menjentikkan jemari dan apa pun yang dia inginkan akan terjadi. Begitu percaya diri bahwa dia mampu menghapus masa lalu."Kamu pikir kita bisa melangkah maju, tapi kamu sama sekali tak tahu apa yang terjadi hari itu." Citra gemetar penuh ketegangan saat membayangkan kejadian itu. "Kamu tidak tahu bagaimana perasaanku."Penampilan dingin Anggara berubah. "Kalau begitu katakan padaku bagaimana perasaanmu. Katakan padaku sekarang. Jangan sembunyikan apa pun."Koper terjatuh ke lantai dengan suara keras. "Itu diawali dengan saat aku dengan terpaksa kehilangan bayiku." Suara
Baca selengkapnya

PENGAKUAN YANG MENGEJUTKAN

"Aku tidak akan hamil lagi." Bibir Citra terasa kaku dan darah mengalir deras di sepanjang tubuhnya. "Itu tidak akan mungkin terjadi." "Kamu hanya keguguran bukan..." Alis Anggara membentuk kernyit. "Tapi..." "Kecelakaan itu membuat aku tidak akan bisa hamil lagi." Hanya dengan mengatakannya membawa kembali berbagai kenangan yang menyiksa itu. Citra harus berhenti dan napasnya tersendat, dan itu mengejutkannya karena ia menyangka pengalaman itu seharusnya tidak lebih daripada sekadar kenangan buruk. Ia menekan perut dengan telapak tangan, ke bagian tubuhnya yang tak lagi berfungsi dengan berbagai akibat yang begitu mengerikan. Ia memikirkan anak mereka. "Jika saja aku tidak ada dalam kebakaran itu,mungkin kamu akan menggendong seorang anak sekarang." Keheningan itu mencekam.Citra belum pernah menyaksikan Anggara tak mampu mengucapkan apa pun. Ia belum pernah menyaksikan Anggara begitu tidak yakin dan tak nyaman.Tapi ia menyaksikannya sekarang. Kepercayaan diri Anggara yang begi
Baca selengkapnya

MENGEJAR WANITA ITU

Kebanyakan dari orang orang terlalu memedulikan masa depan sehingga tidak ada yang berani menantang Anggara.Citra tak memperlihatkan sikap hati-hati seperti itu. Dia benar-benar yakin dengan dirinya sendiri, keyakinan yang timbul karena telah membuat keputusan sendiri sepanjang hidupnya. Anggara segera menyadari satu-satunya orang yang dipercayai Citra dalam hidupnya adalah diri wanita itu sendiri.Dalam benaknya Anggara mendengar suara Citra pada hari wanita itu datang ke ruang kerjanya untuk menawarkan pernikahan kepadanya."Anda yang menerimaku," ia mengingatkan Anggara dalam suara dingin sambil menggarisbawahi daftar permintaannya sebelum menjalani kehidupan pernikahan. Karena dirinya. Karena sikapnya yang tak mau tahu dan egois.Tentu saja ia punya alasan. Alasan untuk mematikan ponselnya dan berusaha menjauhkan semua gangguan. Alasannya memilih untuk tetap tinggal dan bukannya pulang untuk menemani Citra. Tapi Anggara tidak memberitahukan alasan-alasan itu karena penjelasan ap
Baca selengkapnya

KESEMPATAN KEDUA

"Kamu hanya ingin membela dirimu sendiri. Itulah yang selalu kamu lakukan." Anggara menarik napas dalam. Sesaat Citra menyangka pria itu akan mengulurkan tangan ke arahnya, tapi kemudian Anggara berubah pikiran dan membiarkan tangannya jatuh kembali ke sisi tubuh. "Bahkan aku pun tak bisa membela apa yang tak bisa dibela." Seorang wanita di dekat Citra menghela napas panjang, tapi Citra tak menghiraukannya. "Apa akhirnya kamu mengakui sikapmu mungkin tidak sempurna?" "Sikapku buruk sekali." Bukan kata-kata itu yang menarik perhatian Citra, walaupun itu memang bukan kata-kata yang biasa diucapkan Anggara. Penampilan Anggara yang berantakanlah yang akhirnya membuat Citra berpikir bahwa mungkin upaya pria itu untuk berbicara dengannya lebih didorong oleh kesadaran daripada keinginan yang biasa untuk membuktikan bahwa dia benar dalam segala hal. Ia tak pernah melihat Anggara tampil berantakan. Pria itu bukan hanya benar-benar perlu bercukur, tapi dia jelas meninggalkan rumah dengan
Baca selengkapnya

KESEMPATAN KEDUA

"Aku tidak suka kejutan." Citra mengingatkan diri bahwa satu-satunya yang ia berikan pada Anggara adalah kesempatan untuk meminta maaf secara pantas dan tanpa disaksikan orang lain. Ia menyelinap ke dalam mobil. "Apakah menurutmu tidak lebih baik kalau kamu pulang dulu kerumah dan berganti pakaian? Mengemasi kopermu?" "Tidak." "Kamu mengenakan separuh tuksedo. Kamu terlihat menggelikan." Sebenarnya tidak. Anggara terlihat sangat seksi, dan itu tidak adil karena dia mengenakan pakaian dengan terburu-buru namun masih bisa menarik perhatian setiap wanita yang ada di bandara. Termasuk Citra.Mesin menyala dengan suara rendah dan Anggara menoleh untuk melihat Citra, mata Cokelatnya bertemu mata wanita itu. "Apa kamu memedulikan pakaianku? Apa ada pengaruhnya untukmu?" Bahkan di sini, dengan suara klakson yang keras dan orang-orang yang menatap mereka, ketertarikan di antara mereka terasa panas dan membara.Aku tak mampu memadamkannya, pikir Citra putus asa, merasakan udara di sekeliling
Baca selengkapnya

HADIAH ISTIMEWA

"Kita menuju selatan. Apa kamu akan melemparkanku ke lautan yang luas dan membunuhku?" "Ide yang menggoda." Sudut-sudut mulut Anggara bergerak-gerak. "Dan ya, kita memang menuju selatan." Mata Citra tertuju pada puncak gunung di kejauhan. "Aku selalu menyukai bagian Malang yang ini." "Aku tahu." Mereka sudah melewati jalan raya dan mendaki, mobil itu meliuk-liuk mengitari tikungan di bawah kendali cekatan Anggara. "Apa yang kamu lakukan?" Jantung Citra sedikit berdebar saat menyadari ke mana tujuan mereka. "Kamu membawaku ke Sendang ?" Itulah tempat yang biasa Citra tuju saat menghabiskan sebagian masa liburan sekolah bersama ayahnya dan Citra sangat menikmati kealamian tempat itu. Ya, tempat itu memang tempat favorit pelancong, tapi karena alasan yang bagus. Tempat itu menakjubkan.Desa purba yang menjadi sumber inspirasi para seniman dan pelukis selama bertahun-tahun itu terletak di atas tebing sementara di bawahnya terhampar kesempurnaan Laut Selatan yang berkilauan, permukaann
Baca selengkapnya

JANJI

Mereka berdua menikmati makan siang di bagian teras yang teduh, dikelilingi taman yang memukau dan rumpun pohon-pohon apel yang berbuah ranum. Citra memakan Steak dengan saus dan bumbu-bumbu yang di dapat dari laut di sekitar istana itu, pipinya pucat dan matanya terasa lelah saat ia pelan-pelan menikmati makanannya. Anjing-anjing berbaring dekat kakinya sambil memandangnya dengan tatapan memuja yang konyol, tidak bersedia meninggalkannya saat mereka terengah- engah di tengah cuaca panas. Dan aku pun sama nakalnya dengan anjing-anjing ini, pikir Anggara ironis saat menunggu Citra menceritakan rahasianya. Ia tahu benar apa yang ada dalam benak Citra. Tidak butuh seorang cerdas untuk menebaknya dan Anggara bisa saja mengungkit masalah itu, tapi ia ingin melihat apakah Citra akan melakukan itu tanpa dorongannya. Menyadari bahwa hal itu kemungkinan besar takkan terjadi ketika situasi di antara mereka terasa begitu tegang, Anggara memilih mengalihkan percakapan ke masalah netral. "Di man
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status