Citra menyiksa diri sendiri, tidak mampu mengalihkan pandangan. Saat ia memandangi Anggara berbincang dengan para wanita, salah seorang sepupu kecil yang mengenakan gaun berwarna pink menari melewati Anggara dan menarik kaki pria itu. Dengan senyum sabar, Anggara menggendong anak itu dan memberikan perhatian penuh padanya. Citra tidak bisa mendengar apa yang di ucapkannya, tapi menilai dari ekspresi anak itu, pasti sesuatu yang sangat lucu. Interaksi Anggara dengan anak itu sudah cukup untuk membuka segala sesuatu yang terkurung dalam diri Citra. Ia berbalik, bertanya tanya apakah akan ada orang yang menyadari jika ia pergi diam diam. Tidak peduli di manapun ia berdiri, ia merasakan kehadiran Anggara, bahkan saat membelakangi Anggara, ia bisa merasakan kehadiran pria itu. Perasaan itu merayap di sepanjang tubuhnya dan menguasai benaknya, sehingga memusatkan perhatian pada percakapan menjadi hal yang mustahil. Lehernya sakit karena ingin menoleh dan melihat. Kali ini ia mensyukur
Read more