Home / Romansa / CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of CINTA TERSEMBUNYI TUAN TANAH: Chapter 41 - Chapter 50

71 Chapters

USAHA LILIE

"Aku seharusnya tidak datang dan kamu tidak seharusnya menempatkan kita semua dalam posisi ini. Kenapa kamu bersikeras menjadikanku pengiring pengantinmu?" "Karena kamu istri orang yang paling ku sayangi dan kamu juga sudah menjadi sahabatku dan selamanya akan begitu." Sahabat selamanya. "Kamu memilih waktu paling tidak tepat untuk bersikap sentimental." Anin berdiri kaku. Hanya karena persahabatannya dengan lilie sangat berarti baginya bukan berarti dia bisa mengekspresikan perasaannya. "Kamu tidak mudah mencintai, tetapi saat kamu melakukannya itu untuk selamanya. Aku tahu betapa kamu sangat mencintai kakakku." Bagaikan integerator,lilie mendekatinya. "Setiap kali kita bertemu, kamu selalu menghindari percakapan ini, tapi aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sekarang. Aku ingin tahu masalahnya sekarang. Jelaskan padaku." Entah bagaimana anin bisa menggerakan bibirnya. "Aku pergi." "Ya, tapi kenapa." Lilie memegangi tangan anin,dan terlihat ragu. "Kakakku memberitah
Read more

ISTRIKU

Citra menyiksa diri sendiri, tidak mampu mengalihkan pandangan. Saat ia memandangi Anggara berbincang dengan para wanita, salah seorang sepupu kecil yang mengenakan gaun berwarna pink menari melewati Anggara dan menarik kaki pria itu. Dengan senyum sabar, Anggara menggendong anak itu dan memberikan perhatian penuh padanya. Citra tidak bisa mendengar apa yang di ucapkannya, tapi menilai dari ekspresi anak itu, pasti sesuatu yang sangat lucu. Interaksi Anggara dengan anak itu sudah cukup untuk membuka segala sesuatu yang terkurung dalam diri Citra. Ia berbalik, bertanya tanya apakah akan ada orang yang menyadari jika ia pergi diam diam. Tidak peduli di manapun ia berdiri, ia merasakan kehadiran Anggara, bahkan saat membelakangi Anggara, ia bisa merasakan kehadiran pria itu. Perasaan itu merayap di sepanjang tubuhnya dan menguasai benaknya, sehingga memusatkan perhatian pada percakapan menjadi hal yang mustahil. Lehernya sakit karena ingin menoleh dan melihat. Kali ini ia mensyukur
Read more

KETEGANGAN EMOSI YANG TERSEMBUNYI

Sudah terlalu terlambat, terlalu terlambat, dan Citra tak dapat memahaminya.Mengapa Anggara menegaskan sebuah hubungan yang sudah berakhir?Mata gadis itu menyipit sedikit dan tangannya terlepas dari lengan Anggara. "Ah. Aku yakin kalian berdua punya banyak hal untuk dibicarakan." Sambil tersenyum ke arah Citra yang dengan jelas menyatakan, Aku bisa menunggu sampai kau pergi, gadis itu menjauh untuk berbicara pada pria lainnya, yang tertawa di ujung teras."Kau lihat?" Suara Anggara terdengar kasar. "Aku bisa bersikap sensitif." Itu pernyataan yang mengingatkan Citra pada kejadian saat ia kehilangan kesabaran, kesal dengan banyaknya wanita yang sepertinya menganggap istri bukanlah penghalang untuk menggoda Anggara. Ia menuduh Anggara bersikap tidak sensitif. Pria itu menuduhnya bersikap berlebihan.Fakta bahwa Anggara akhirnya mengakui perasaanku mengenai masalah itu hanya ketika kami sudah hampir bercerai membuktikan sikap tidak sensitif pria itu, pikir Citra kaku. Semua yang dilaku
Read more

BERLARI

Citral tidak tahu berapa lama ia duduk di sana sambil menatap menembus kabut air mata, tapi ia menyadari saat dirinya tak lagi sendirian.Ia marah karena Anggara tidak memiliki kepekaan untuk membiarkannya sendirian. Bahunya menegang. "Kembalilah ke pesta, Anggara. Tak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Rembulan memancarkan secercah cahaya di balik pepohonan, menyinari wajah keras dan maskulin pria itu."Aku ingin membicarakan bayi kita."Jadi, Anggara menyimpan yang terburuk untuk saatterakhir. "Aku tidak.""Aku tahu, dan itulah sebabnya kita berada dalam ma- salah ini. Karena kau menolak membicarakannya."Kata-kata yang tidak adil itu membuat napas Citra tersendat.Bahkan sekarang pun, saat kembali menyinggung ma- salah paling sensitif ini, bahasa tubuh Anggara terlihat bagaikan salah satu dari banyak penjajah yang telah menjajah indonesia selama tiga ratus lima puluh tahun.Kedua kaki Anggara terbuka lebar, satu tangan di da- lam saku, tidak memedulikan pengaruh rumput yang basa
Read more

SERANGAN PANIK

Dua tahun menjauhkan diri dari Anggara masih tetap membuat Citra lemah, dan alih-alih mendorong Anggara menjauh, jemarinya mencengkeram kemeja pria itu. Ia tak berdaya saat kepala Anggara turun ke arahnya, hal yang jelas tak terelakkan itu meluluhkan perlawanannya.Ia sangat siap untuk ciuman Anggara, begitu mendambakannya, sehingga rasanya begitu mengejutkan ketika pria itu tiba-tiba melepaskannya.Dengan gerakan mulus Anggara melepaskan jemari Citra dari kemejanya seakan-akan wanita itu serangga yang tak ia inginkan untuk menyentuh kulitnya. "Kau benar..." ia mengucapkannya dengan suara yang dipenuhi cemoohan dan perasaan jijik sambil mendorong Citra menjauh "...pembicaraan ini tak ada gunanya. Tak ada, tak ada, yang membenarkan tindakanmu saat meninggalkan kita. Kau menyangka dirimu begitu tangguh dan mandiri, tapi kau pengecut yang lebih memilih melarikan diri dari- pada tinggal dan berjuang."Dan Citra memang melarikan diri. Saat itu juga, de- ngan kaki telanjang dan perasaan ter
Read more

GAIRAH

"Kamu wanita paling menjengkelkan yang pernah kutemui, kamu tahu itu, kan?""Kamu bicara tentang menjengkelkan padaku?" Citra tak tahu harus tertawa atau menangis. "Di saat aku paling membutuhkanmu kamu tak terlihat dan sekarang saat aku tak membutuhkanmu aku tak bisa mengusirmu. Itu menjengkelkan. Kembalilah pada teman wanitamu di pesta, Anggara." "Yang mana? Menurutmu, aku punya banyak pacar.""Aku yakin salah satu dari mereka akan mencurahimu perhatian yang kaubutuhkan." Citra merasakan kehangatan kukuh lengan Anggara menekan tubuhnya. Aromanya harum, pikir Citra dengan kepala yang serasa berputar. Indranya semakin tajam, kulitnya menggelenyar, dan sarafnya berdengung. Ia mengenali tanda-tanda berbahaya tersebut, merasakan tusukan kewaspadaan. Ia butuh Anggara untuk meninggalkannya. Pria itu atau ia yang harus pergi, namun ia tak punya tenaga lagi untuk melakukannya. Atau tempat tujuan. "Masalahmu adalah kamu selalu menganggap semua wanita kelompok yang homogen. Kau menganggap kami
Read more

HATI YANG BERSEMBUNYI

"Butuh dan ingin adalah dua hal yang berbeda,Citra." Anggara menatap mata Citra yang terlihat tidak fokus. "Jadi, serangan panikmu karena tegang. Menarik. Kamu tidak tegang ketika kita masih bersama." "Sudah kubilang, itu karena aku tak pernah melihatmu," balas Citra manis. "Aku lebih sering melihatmu dalam 24 jam terakhir daripada selama kita hidup bersama dalam pernikahan kita. Mungkin itulah sebabnya aku tegang." "Aku juga tegang. Kamu bisa membuat seorang pria gila." Geraman pelan Anggara memengaruhi Citra dan tiba- tiba perasaan lemah di tubuhnya muncul kembali. "Kamu hanya harus menerima kehadiranku sampai hari Minggu. Penerbanganku berangkat besok paginya, pagi- pagi sekali." "Besok pagi kita punya pertemuan dengan para pengacara yang akan mengurus perceraian kita." "Aku tak perlu berbicara pada mereka. Sepakati saja apa pun yang kamu inginkan dan aku akan setuju." Kasur berderak saat Anggara duduk di dekatnya. "Jika kamu semarah itu padaku, maka inilah kesempatanmu untuk
Read more

GALAU

"Anggara, apa kamu mendengarkanku?"Anggara menoleh, malu karena menyadari ia tak mendengarkan sepatah kata pun yang telah di ucapan oleh pengacaranya.Ia meninggalkan rumah saat matahari terbit, berusaha meredakan ketegangan yang memuncak dengan berlama- lama joging sebelum kehangatan hari yang baru berubah menjadi panas terik. Setelah itu ia membersihkan tubuhnya daru keringat. Kemudian ia memeriksa e-mail.Tak ada yang mampu menghapus pikiran tentang Citra dari benaknya.Ia ingin memandang Citra sebagai wanita tak berperasaan yang memperlakukan janji pernikahan mereka sebagai hal yang tak berharga, tapi sebaliknya ia terus melihat Citra, pucat dan rentan saat berjuang untuk bernapas, begitu tertekan karena kembali bersamanya. Karena terbiasa menangani berbagai keadaan darurat setiap hari, Anggara terkejut dengan kepanikan yang mencengkeramnya saat menyaksikan Citra berjuang untuk bernapas. Ia hampir saja memanggil semua dokter yang ada di kota itu.Semua dokter kecuali Dokter Mila
Read more

UPACARA PERNIKAHAN

Citra sedikit lega karena pesta pernikahan ini akan sangat berbeda dari pada pernikahannya. Takkan ada hal yang akan memicu kenangan-kenangan tak menyenangkan. Takkan ada nostalgia. Ia hanya perlu melewatinya dan pulang ke rumah. Untunglah Anggara telah meninggalkan rumah sebelum ia terjaga, yang menghindarkan mereka berdua dari pertemuan yang canggung itu. Tapi sekarang ia takut menghadapi saat bertemu kembali dengan Anggara. Pria itu sepertinya bertekad untuk menggali kembali masa lalu sementara Citra tak berminat melakukan hal itu.Sementara dengan ciuman itu...Pria itu memang jago mencium. Itu tak mengubah apa pun.Sebuah ciuman bukanlah cintaDengan tangan yang masih gemetar, Citra merapikan penutup wajah Lilie. "Apa kamu sudah siap?""Oh ya tentu saja. bagaimana denganmu?"Takkan pernah. Citra tersenyum. "Tentu. Ayo kita lakukan." Ayo kita selesaikan upacara pernikahan ini, lalu aku bisa pulang. Ia sudah memesan penerbangan untuk besok. Yang harus ia lakukan hanyalah mengikuti
Read more

PERNIKAHAN LILIE

Citra berpikir mungkin memang dirinyalah yang pergi, tapi Anggaralah yang menghancurkannya. Saat pasangan itu mencondongkan tubuh ke depan untuk berciuman, Citra menyadari bulu romanya berdiri. Apa yang dimulai sebagai getaran berubah menjadi guncangan. Perutnya mual dan ia merasakan wajahnya memucat saat menyaksikan pernyataan cinta Lilie dan David yang sepenuh hati. Dengan emosi yang terlihat jelas, Citra menggenggam karangan bunga dan berusaha mengendalikan diri. Sisa upacara itu mengabur menjadi siksaan besar. Ujian pengendalian diri yang sulit. Samar-samar ia menyadari Lilie melepaskan lengan dari suami barunya-desahan- desahan para tamu yang berkumpul dan kenyataan bahwa ia merasa semakin kedinginan. Entah bagaimana caranya ia berhasil tersenyum, menghadapi sesi pemotretan yang tiada akhir, mengucapkan apa yang perlu diucapkan selamat, senang sekali, ya, dia terlihat cantik, sangat bahagia bersama-sambil menyadari Anggara memegang kendali dan memastikan adik perempuan satu
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status