Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 771 - Chapter 780

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 771 - Chapter 780

945 Chapters

Bab 771

Bahkan ada beberapa orang yang maju untuk meminta maaf pada Tirta, "Nggak seharusnya kami ngomong begitu tadi.""Nggak apa-apa, lagian aku nggak rugi apa pun," balas Tirta sambil tertawa. Dia tidak ambil pusing tentang masalah ini. Jika tidak, dia pasti sudah kesal sejak awal."Hei, Nak, maaf ya. Aku memang salah paham padamu. Nggak kusangka kamu ternyata benar-benar sanggup menolong orang .... Kalau kamu merasa permintaan maafku kurang tulus, aku rela dipenjara beberapa hari."Melihat hal ini, Yanti juga meminta maaf dengan malu. Hatinya benar-benar merasa bersalah. Seandainya saja dia mengusir Tirta tadi, bukankah itu berarti mencelakai ibu Dhio?"Kak, untuk apa aku penjarain kamu? Nggak ada untungnya untukku, yang penting kamu sadar sama kesalahanmu saja. Aku nggak mau permasalahkan hal kecil begini," ujar Tirta dengan santai."Kak? Apa aku setua itu? Aku baru berumur 31 tahun, bahkan masih belum punya pasangan," ucap Yanti sambil mengerutkan alisnya. Sepertinya dia sangat keberatan
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 772

"Lagi-lagi dokter di kota? Bibi, aku nggak bohong sama kamu. Dokter di kota itu yang bersekongkol untuk bohong kamu. Kalau tebakanku nggak salah, mereka pasti rekomendasiin kamu ke sebuah rumah sakit untuk periksa, bukan?""Aku punya seorang teman yang juga dibohongi sama dokter-dokter itu. Mereka bilang dia mengidap kanker, padahal sebenarnya nggak ada masalah kesehatan sama sekali.""Kalau kamu nggak percaya, kubawa saja kamu ke kota atau rumah sakit lain di provinsi untuk periksa. Masalah uang nggak perlu dipikirkan, aku yang tanggung semuanya!"Mendengar hal itu, Tirta langsung marah besar. Namun, yang paling penting saat ini adalah menenangkan ibu Dhio terlebih dahulu agar dia tidak berpikiran untuk mengakhiri hidup lagi."Ini .... Mereka memang rekomendasiin aku ke rumah sakit di kota untuk pengobatan .... Apa aku ... benaran tertipu?" Mendengar perkataan Tirta, ibu Dhio mulai meragukan apakah dirinya benar-benar telah dibohongi."Pak Tirta, apa yang kamu bilang tadi itu sungguha
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 773

Tirta terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Dia buru-buru mengalihkan kemaluannya ke arah lain. Setelah diperhatikn dengan saksama, ternyata ada seorang wanita yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.Paha dan bokongnya terpampang jelas di depan mata. Bukankah orang ini adalah Yanti yang buru-buru pergi tadi?Ternyata, Yanti merasa sakit perut setelah masuk ke sungai tadi. Rumahnya cukup jauh dari tempat ini, sehingga dia terpaksa menumpang di toilet Dhio. Namun sialnya, dia malah bertemu dengan Tirta di sini. Setelah terkena pancuran air seni Tirta tadi, sekujur tubuh Yanti basah kuyup."Ternyata kamu? Memangnya mau bersuara gimana kalau orang lagi buang air kecil? Justru kamu yang seharusnya lihat dulu sebelum masuk ke toilet! Cepat keluar! Masalah ini nggak boleh bilang sama siapa pun atau kamu akan kubunuh!"Tirta berdiri di depan pintu toilet, sehingga tidak sengaja menghalangi cahaya masuk. Setelah beberapa saat, Yanti akhirnya bisa melihat dengan jelas siapa yang ada
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 774

"Pak Tirta, Bu Susanti, itu dia Clara! Putri direktur rumah sakit kota!"Clara dan Aaris tidak turun dari mobil. Mereka hanya membuka jendela mobil dan melihat ke sekitarnya. Namun, Dhio bisa mengenali suara Clara. Karena masalah ibunya dibohongi, kini Dhio sangat membenci Clara yang merupakan putri dari direktur rumah sakit kota."Sialan, banyak sekali kotoran anjing di sepanjang jalan ini! Lingkungannya jelek sekali, apa ini bisa ditinggali orang?" Terdengar suara keluhan Aaris sambil menutupi hidungnya."Kak, pedesaan memang begini. Nggak bisa dibandingkan sama kota. Demi harimau itu, sebaiknya kamu bersabar. Tanpa harimau itu, mau gimana kamu dekatin Tirta?" ucap Clara seraya mengernyit. Meski dia sendiri juga merasa jijik, Clara tetap membujuk Aaris."Benar juga. Ayo, turun dari mobil!" ucap Aaris sambil berjalan turun."Ada banyak yang datang ya. Wah, tenyata ada kenalan lama juga ...," kata Tirta saat melihat Aaris yang berada di dalam mobil.Mendengar pembicaraan kedua orang it
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 775

"Orang ini adalah wakil di kantor kepolisian, Bu Susanti. Sepertinya kamu harus ikut ke kantor polisi sama dia.""Benar, Bu Clara. Melakukan tindakan ilegal itu nggak bisa dibiarkan. Dengan adanya kesaksian dari kami berdua, kamu nggak bisa mengelak lagi. Ayo ikut Bu Susanti ke kantor polisi!" timpal Rauf."Apa? Kalian berdua sudah gila ya? Aku nggak kenal sama kalian. Sejak kapan aku suruh kalian tangkap harimau? Jangan memfitnah!""Kak Aaris, ayo kita pergi. Abaikan saja dua orang gila ini!" Clara benar-benar kesal. Dia tidak menyangka bahwa Dhio dan Rauf akan menjebaknya. Kini, bahkan wakil kepala kepolisian juga sudah datang.Hal ini benar-benar membuatnya malu dan ketakutan. Seketika, dia hendak membawa Aaris dan gerombolannya untuk meninggalkan tempat ini."Yah, ternyata nggak ada harimau ya ...." Beberapa pemuda yang mengikuti Clara itu menghela napas lega. Dengan demikian, Clara dan Aaris juga tidak bisa mengambil hati Tirta lagi. Selain itu, mereka juga bisa menyaksikan Clara
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 776

"Kak Aaris, bocah ini kelihatannya masih muda, kenapa kamu berlutut sama dia? Memangnya dia siapa ...?" Melihat Aaris berlutut dan memohon, hati Clara langsung mencelos dan muncul firasat buruk.Bagaimanapun, Aaris adalah cucu Tabir. Kalaupun bertemu dengan kepala kepolisian, dia juga tidak perlu setakut itu! Jangan-jangan, pemuda ini adalah anak haram wali kota?"Dasar bodoh, memangnya kamu ini buta ya? Yang berdiri di depanmu ini adalah Tirta sendiri! Kalau nggak, apa aku perlu berlutut sama dia? Tanya apanya lagi? Cepat berlutut dan minta maaf sama Tirta!"Aaris marah besar, dia langsung berdiri untuk memaki Clara di hadapan Tirta. Clara menggunakan nama Tirta untuk mencoba mengintimidasi lawan, tanpa sadar bahwa dia telah menjatuhkan diri ke dalam jurang. Itu bukan cuma cari masalah sendiri, tapi juga penghinaan langsung terhadap Tirta.Aaris yang menyadari hal ini, ingin sekali langsung mencekik Clara di tempat. "Apa-apaan ini? Jadi dia Tirta?!"Mendengar ucapan Aaris, Clara benar
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 777

"Apakah benar yang mereka katakan itu?" tanya Susanti."Aku ... Bu Susanti, aku nggak mau dipenjara. Boleh nggak aku kasih kamu uang, tapi jangan penjarakan aku?" tanya Clara dengan terbata-bata sambil mengepalkan tangannya.Mendengar hal itu, Susanti mengerutkan alisnya dan menggeleng. "Clara, aku nggak peduli apa pun yang kamu pikirkan sekarang, mohon jaga sikapmu. Sekarang ini kamu sedang diinterogasi.""Tolong jawab pertanyaanku tadi dengan jujur. Selain itu, menyogok aparat hukum adalah kejahatan besar. Kalau kamu mau dipenjara lebih lama lagi, silakan coba saja. Kita lihat sendiri apa kamu bisa sogok aku atau nggak," lanjut Susanti."Ya, memang aku yang menyuruh Dhio dan aku juga yang memberinya senapan .... Aku melihat Pangeran Dubari memelihara singa, jadi ...."Melihat sikap Susanti yang tegas, Clara akhirnya menjadi patuh. Dia terduduk di lantai dengan tatapan kosong dan memberikan keterangan dengan jujur."Baiklah, karena kamu sudah ngaku, silakan ikut aku ke kantor polisi u
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 778

"Ibu, masih ada kasus yang harus kutangani dengan Bu Susanti. Mungkin butuh waktu cukup lama untuk bisa pulang lagi. Kamu harus jaga diri baik-baik. Ingat hubungi aku kalau ada masalah." Langkah kaki Dhio terhenti sejenak dan sudut matanya berkedut. Kemudian, dia memaksakan senyuman di wajahnya sambil bicara."Ya, Dhio lagi dalam masa percobaan di kantor polisi kami. Mungkin butuh waktu setidaknya tiga bulan untuk bisa diresmikan. Selama tiga bulan ini, mungkin Dhio akan sangat sibuk. Bibi harus jaga diri di rumah." Susanti juga ikut menutupi kebohongan Dhio."Dokter, apa yang dikatakan mereka itu sungguhan? Kalian nggak bohongin aku, 'kan?" tanya ibu Dhio yang masih tidak percaya."Bibi, memang benar yang mereka bilang. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa jamin atas namaku," ucap Tirta sambil tersenyum. Tirta juga tidak tega mengungkapkan hal ini pada orang tua seperti ibu Dhio."Ah, begitu ya. Dhio sudah jadi polisi sekarang ya. Baguslah. Kalau begitu, kalian cepat kerja dulu. Kalau a
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 779

"Ah ... maaf, Kak Nabila. Aku benar-benar lupa sama masalah ini. Gimana kalau kuantarkan sekarang?" tanya Tirta sambil menepuk kepalanya."Nggak usah lagi. Ayahku beli mobil baru siang ini, dia pulang untuk bantu aku ambilkan dokumennya. Waktu ke klinik juga kamu lagi nggak ada. Sekarang mungkin lagi dalam perjalanan pulang," jawab Nabila."Oh, baiklah. Ayahmu nggak bilang apa pun sama kamu, 'kan?" tanya Tirta dengan merasa bersalah. Dia takut Agus akan mendengar gosip tentangnya dan Melati dari warga desa lainnya."Nggak kok, ayahku nggak bilang apa-apa. Cuma waktu pulang, dia melihat ada beberapa lukisan di depan pintu," kata Nabila mengalihkan pembicaraan."Sepertinya pemberian Pak Tabir, mau diterima nggak? Kalau kamu suka, terima saja. Kalau nggak suka, buang saja atau kasih ayahmu saja." Kini Tirta merasa sangat jijik terhadap Tabir dan cucunya."Sayang sekali kalau dibuang, kasih ayahku saja," jawab Nabila setelah berpikir sejenak.Kemudian, seolah-olah teringat sesuatu, dia men
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 780

"Sialan, ini harimau betina tahu! Dia itu cuma terlalu suka main-main. Jangan kira semua orang nggak tahu malu seperti kamu!" Arum buru-buru menarik kembali celananya.Mengingat kejadian Tirta melihat kemaluannya selama belasan menit waktu melakukan pijat, wajah Arum menjadi merah padam."Memangnya kenapa kalau nggak tahu malu? Kak Arum, kamu nggak tahu ya? Kalau pria terlalu jujur, habislah hidupnya. Bahkan tangan wanita saja nggak berani sentuh. Justru semakin nggak tahu malu, wanita akan semakin suka."Tirta malah merasa bangga karena tidak tahu malu. Tirta menggendong harimau kecil itu dan mulai mencubitnya dengan gemas."Cih, teori macam apa itu?" Arum mendengus, lalu berbalik masuk ke dapur.Meski sifat Tirta sangat tidak tahu malu, Arum malah tidak bisa membencinya. Bahkan, dia merasa santai saat berinteraksi dengan Tirta."Oh ya, Tirta, aku sudah hangatkan kemaluan sapi yang nggak kamu makan tadi pagi. Nanti kamu habiskan saja, jangan sia-siakan!" ujar Arum sambil mengeluarkan
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
1
...
7677787980
...
95
DMCA.com Protection Status