Home / Fantasi / Dokter Ajaib Primadona Desa / Chapter 1361 - Chapter 1370

All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 1361 - Chapter 1370

1371 Chapters

Bab 1361

"Sudah, sudah! Jangan ribut, cuma hal sepele kok. Besok Tirta juga sampai. Selama ada Tirta, meskipun Nenek maksa aku belajar pelihara serangga guna-guna, Tirta pasti nggak akan izinin.""Jadi, tenang saja ya." Melihat kedua orang tuanya hendak bertengkar, Susanti buru-buru menenangkan mereka."Semoga saja begitu." Yuli memelototi Anton, seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya. Akhirnya, dia hanya menghela napas pelan.Setelah itu, suasana di dalam mobil pun mulai mencair. Apalagi sopir wanita itu mulai bercerita tentang berbagai kisah aneh dan menarik di Provinsi Naru, membuat Susanti dan orang tuanya mendengarkan dengan antusias.Topik tentang serangga guna-guna pun tidak dibahas lagi.....Di sisi lain, Tirta menggendong Selina keluar dari Gunung Kobud dan langsung naik ke mobil patroli milik Mairah. Dengan kecepatan tinggi, mereka meluncur ke bandara Provinsi Dohe.Dalam perjalanan, Tirta sempat mencoba menelepon Susanti beberapa kali. Namun, karena p
Read more

Bab 1362

"Pak Tirta, aku sudah sampaikan beritanya ke kantor kepolisian Provinsi Naru. Tapi, sepertinya pencarian baru bisa dilakukan besok. Soalnya sekarang sudah tengah malam.""Di daerah Provinsi Naru banyak pegunungan, jadi susah kalau harus cari orang malam-malam ...." Melihat Selina turun dari mobil tanpa menoleh sedikit pun, Tirta tahu dirinya sudah salah bicara. Namun, sekarang Tirta benar-benar tidak punya waktu untuk memikirkan Selina.Saat itu, Mairah yang baru selesai menelepon langsung melaporkan kepada Tirta dengan nada agak menyesal."Nggak masalah. Seperti yang kubilang tadi, asalkan mereka bisa menemukan Susanti, aku bersedia kasih 200 miliar sebagai imbalan. Tolong sampaikan pesanku ini kepada mereka. Aku harus naik pesawat sekarang," ujar Tirta dengan cepat, lalu langsung berlari ke lobi bandara."Baik, Pak. Aku akan hubungi mereka lagi." Mairah mengangguk dan segera menelepon kembali kantor kepolisian Provinsi Naru, lalu menyampaikan semua ucapan Tirta tanpa mengubah satu k
Read more

Bab 1363

"Sudah paham belum?" tanya Hafiz dengan wajah serius."Paham, Kak. Tapi, kalau kita memang sudah berniat kabur, kenapa nggak manfaatin kesempatan ini buat dapat lebih banyak uang?""Kalau kita berhasil menemukan wakil kepala kepolisian itu, kita tangkap saja. Pria kaya yang dekat sama dia rela keluarin 200 miliar. Dia pasti punya uang yang lebih banyak ...."Tiba-tiba, Arkan mengangkat alisnya dan mendekat sambil mengusulkan dengan suara rendah."Dasar! Sebelum kamu kepikiran, aku udah pikirin itu dari tadi! Ayo, cepat siap-siap dan berangkat!" Hafiz melambaikan tangannya, lalu langsung naik ke mobil patroli dan berangkat lebih dulu.....Di lobi bandara Provinsi Dohe.Saat Tirta sedang terburu-buru mengambil tiket pesawat, dia tiba-tiba melihat Selina yang tadi sempat marah dan pergi. Wanita itu berjalan ke arahnya sambil memegang selembar tiket, lalu berkata tanpa menatap langsung, "Nih, tiketmu. Hati-hati di jalan."Saat berkata demikian, Selina menyerahkan tiket dari tangannya."Bu
Read more

Bab 1364

"Oh, aku Marila, kakaknya Shinta. Kakekku Saba. Aku pernah lihat fotomu di ponsel adikku. Kakek dan Shinta juga sering bahas tentang kamu. Aku juga sempat makan 2 butir Pil Kecantikan yang kamu kasih ke Shinta. Efeknya luar biasa!""Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu di dalam pesawat. Pak Tirta ... jangan keberatan dengan panggilanku ini ya. Omong-omong, kenapa kamu pergi sendirian ke Provinsi Naru?""Kebetulan aku juga ke Provinsi Naru buat bantu pamanku selesaikan beberapa urusan. Mungkin ada yang bisa kubantu."Marila menatap Tirta dengan penuh antusias, lalu mengulurkan tangan putih dan halusnya untuk memperkenalkan diri. Sikapnya kepada Tirta benar-benar hangat dan tulus, tanpa sedikit pun kepura-puraan.Hanya saja, karena di sebelah masih ada orang duduk dan Tirta terlihat sangat muda, Marila tidak bisa memanggilnya "Kakek Tirta"."Oh, jadi kamu kakaknya Shinta. Pantas dari tadi aku merasa wajahmu agak familier. Aku punya urusan mendesak. Aku lagi cari orang. Kira-kira kamu bisa
Read more

Bab 1365

"Sekarang tanpa ada energi spiritual, aku bahkan nggak bisa pakai Teknik Melacak lagi. Sialan ...." Tirta mengumpat karena frustrasi. Dia ingat Susanti pernah bilang, kampung neneknya itu bernama Desa Benad. Jadi, dia berpikir untuk langsung naik taksi ke sana.Tepat saat Tirta menemukan taksi, tiba-tiba terdengar suara familier dari belakangnya, membuatnya tertegun. "Tirta, tunggu dulu! Aku ikut kamu ke sana!"Tirta menoleh dan melihat Selina berlari kecil ke arahnya. Kedua payudaranya pun berguncang saat dia berlari, napasnya terengah-engah saat akhirnya dia tiba di depannya."Bu Selina ... kenapa kamu ikut ke sini?" Tirta terkejut setengah mati."Aku cuma ingin lihat-lihat, nggak boleh ya?" sahut Selina dengan tegas, meskipun merasa agak ragu.Sejauh ini, dia dan Tirta hanya memiliki koneksi secara fisik. Namun, faktanya mereka tidak punya ikatan apa-apa."Boleh, tentu saja boleh. Tapi ... ya sudahlah, ikut saja." Sebenarnya Tirta tidak berniat membawa Selina. Namun, karena dia suda
Read more

Bab 1366

"Nggak usah, aku nggak kenal kamu dan juga nggak perlu kenal. Kamu nggak perlu minta maaf. Minggir, kamu menghalangi jalanku."Nada suara Susanti terdengar dingin dan dipenuhi rasa kesal. Ekspresi jijik jelas terlihat di wajahnya. Dia memiringkan tubuhnya sehingga Jamil tidak berhasil meraih tangannya."Susanti, aku ...." Senyuman yang dipaksakan Jamil langsung membeku di wajahnya. Saat dia hendak berbicara lagi, Susanti, Yuli, dan Anton sudah melewatinya dan berjalan ke arah seorang wanita tua. Itu adalah Susana, yang dikenal sebagai Nenek Benad.Akan tetapi, wajah Susana tampak kurang ramah. Bahkan kepala desa di sampingnya, Jayadi, juga menunjukkan wajah masam."Bu, aku dan Anton bawa Susanti ke sini untuk rayain ulang tahunmu," kata Yuli sambil tersenyum kaku, mencoba mencairkan suasana. Anton hanya mengerutkan dahi tanpa mengucap sepatah kata pun."Hmph, kamu masih ingat pulang? Kukira kamu baru mau pulang kalau aku sudah tinggal tulang di ranjang!" Susana sama sekali tidak menyem
Read more

Bab 1367

Jamil langsung berlari pulang ke rumahnya.....Sekitar 10 menit kemudian, di bawah bimbingan Susana, Susanti masuk ke rumah neneknya. Itu adalah sebuah rumah panggung dari bambu yang berada di sudut paling dalam desa."Nek, tempat Nenek ini bau apek banget lho. Kalau tinggal lama-lama di sini, bisa sakit. Nenek istirahat dulu, biar aku sama Ibu bersihin sedikit." Begitu masuk ke rumah, Susanti langsung mengerutkan alis.Di dalam, berbagai barang tertumpuk sembarangan. Ada banyak botol dan toples. Bau lembap dan busuk yang masuk ke hidung membuat kepala terasa pusing. Bahkan di sudut ruangan, terlihat beberapa laba-laba besar menggantung di sarangnya.Susanti mengira karena Susana sudah tua, jadi gerakannya lambat dan sulit membersihkan rumah. Makanya, jadi kotor dan berbau seperti itu."Uhuk, uhuk ...." Bau itu begitu menyengat sampai-sampai Yuli dan Anton ikut terbatuk."Bu, Susanti benar juga. Istirahat saja dulu, biar kami bantu bersihin rumah," ujar Yuli sambil menutup hidungnya.
Read more

Bab 1368

"Ini .... Nek, aku nggak suka benda kayak gini. Nenek simpan saja deh!" Susanti terkejut bukan main saat melihat hadiah dari Susana ternyata adalah seekor serangga. Meskipun sudah sering melihat berbagai jenis serangga, dia belum pernah melihat yang seperti Serangga Emas.Menjijikkan, menyeramkan, terutama karena sepasang matanya yang sebesar kacang hijau itu bersinar merah menyala. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri!Usai bicara, Susanti berniat membuka pintu kamar dan berlari turun untuk kembali ke sisi Yuli dan Anton."Hehehe. Meskipun kamu nggak suka dia, dia sangat suka sama kamu!" Susana tertawa seram. Sebelum Susanti sempat membuka pintu, dia menjentikkan jarinya.Serangga Emas dan satu lagi serangga kecil seukuran kuku berwarna cokelat, sontak menggigit lengan Susanti!Serangga cokelat itu adalah Serangga Penghapus Ingatan yang bisa menghapus seluruh ingatan seseorang dalam waktu singkat!"Nek ... aku nggak mau serangga kayak gini. Tolong singkirkan .
Read more

Bab 1369

"Pak, masih butuh berapa lama lagi untuk sampai di Desa Benad?" Selina melihat Tirta gelisah setengah mati, jadi ikut panik. Dia menoleh ke sopir taksi, nada suaranya mengandung desakan."Dik, kamu sudah tanya ini puluhan kali sepanjang jalan. Aku juga sudah nyetir secepat mungkin. Tapi, jalanan di pegunungan terjal dan sulit dilalui. Jaraknya ratusan kilometer, paling cepat pun butuh tiga jam baru sampai.""Lagi pula, kalau ngebut terus bisa bahaya. Masa aku harus korbankan nyawaku cuma demi uang kalian berdua?" Sopirnya adalah pria paruh baya dari Suku Morda. Dia tampak agak kesal saat menggerutu.'Tiga jam .... Tiga jam lagi Susanti pasti dalam bahaya! Kak, tolong bantu aku pikirin cara lain! Aku nggak bisa biarin Susanti kenapa-napa!' Tirta mengepalkan tangannya, matanya memerah karena cemas dan panik. Dalam hati, dia mulai memohon kepada Genta."Bisa saja .... Tapi, kenapa aku harus menolongmu menyelamatkan perempuan lain?" Suara Genta terdengar dingin dan enggan saat bertanya.Se
Read more

Bab 1370

Sementara itu, di lantai 2 rumah panggung milik Susana di Desa Benad."Benda apa ini ...?" Setelah menjerit kesakitan, Susana memegang lengannya yang mati rasa, lalu bangkit dari lantai. Dengan waspada dan bingung, dia menatap lapisan cahaya yang menyelimuti Susanti."Serangga Besi, maju!" Agar Serangga Emas mengakui Susanti sebagai tuannya, Susana harus menghancurkan lapisan cahaya itu dan membuat serangga itu berinteraksi dengan Susanti.Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan seekor serangga seukuran kuku dari sakunya. Warnanya hitam seperti bongkahan besi, bentuknya tidak menarik. Dia melemparkannya ke arah cahaya yang menyelimuti Susanti.Serangga Besi sangat kokoh, memiliki sepasang gigi besi kecil, bahkan bisa menggigit tembus baja atau batu. Itu adalah salah satu serangga paling langka setelah Serangga Emas, pemberian dari Jayadi.Begitu menyentuh cahaya itu, Serangga Besi langsung terpental keluar. Kemudian, dia kembali mendekat dengan lambat, lalu mendarat di permukaan cah
Read more
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status