Semua Bab Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir: Bab 311 - Bab 320

354 Bab

Bab 311

Matahari mulai terbenam, memancarkan semburat oranye yang membingkai teras rumah lantai dua tempat Han dan Alexander duduk. Angin sore berhembus lembut, membawa aroma bunga dari taman di bawah. Mereka duduk santai, membahas bisnis seperti biasa. “Han,” Alexander berkata sambil menyandarkan punggungnya di kursi, “aku sudah bilang, berhenti memanggilku ‘Tuan’. Kita ini juga teman, jangan terus membuat batasan antara bos dan bawahan.” Han hanya tersenyum tipis, menggeleng pelan. “Maaf, Tuan. Tapi ini sudah kebiasaan. Lagipula, saya merasa lebih nyaman begitu.” Alexander mendengus, mencoba menyembunyikan rasa jengkel kecilnya. “Kalau begitu, setidaknya ingat untuk selalu menjaga batasan. Aku tidak mau kau memperlakukan semua orang seperti aku.” Han tertawa kecil, tidak terlalu menganggap serius ucapan Alexander. Namun, suasana santai itu berubah ketika Alexander tiba-tiba bertanya, “Ngomong-ngomong, Han… bagaimana kabar Emily?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 312

Selama tiga hari penuh, Emily merasa pikirannya terus berputar, seolah ia berdiri di tengah pusaran badai yang tak kunjung reda. Keputusan itu terlalu berat, tetapi ia tahu, menunda hanya akan membuatnya semakin terjebak. Di tengah pergulatan batinnya, Jarvis terus mencoba menghubunginya. Puluhan panggilan tak terjawab menghiasi layar ponselnya. Pesan-pesan datang bertubi-tubi, dari yang penuh permohonan hingga yang mulai terasa seperti tekanan. Emily menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar, mencoba menahan diri untuk tidak merespons.“Semoga ini adalah jalan yang paling benar,” ucap Emily, penuh harap. Akhirnya, dengan tekad yang ia bangun setengah hati, Emily memutuskan untuk mengganti nomor teleponnya. Ia menghapus semua akun media sosial yang selama ini menjadi jendela kecil ke dalam hidupnya. Begitu semua itu selesai, ada rasa lega yang tipis, tapi juga kekosongan yang perlahan merayap.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 313

Malam itu, keheningan menyelimuti rumah. Setelah makan malam yang hangat dan memastikan kedua anak mereka sudah terlelap di kamar masing-masing, Helena dan Alexander akhirnya masuk ke kamar mereka. Kamar itu remang-remang, diterangi lampu meja kecil di sudut ruangan.“Sayang,” suara Helena lembut, “malam ini, aku benar-benar ingin memeluk mu sampai pagi.” Alexander tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia pun berbaring lebih dulu, sementara Helena merapikan beberapa barang di meja riasnya. Setelah selesai, ia naik ke tempat tidur, menyusup ke dalam selimut, dan mendekap Alexander dengan lembut. Pelukan itu adalah rutinitas yang selalu mereka lakukan sebelum tidur, sebuah momen keintiman yang menenangkan setelah hari yang panjang.“Bagaimana, nyaman?” tanya Alexander. Helena menganggukkan kepalanya, merasai nyaman pada pelukan itu. “Sayang,” Helena memulai lagi dengan suara lembut, wajahny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 314

Sore itu, Alexander dan Han berlari tergesa-gesa menuju rumah sakit, napas mereka tersengal-sengal. Mereka berhenti di depan ruang unit gawat darurat. Hati mereka dipenuhi kecemasan. Emily dan Helena sedang dirawat di dalam sana, akibat luka yang mereka derita. Kali ini, Alexander tidak mampu menahan emosinya. Dengan keras, dia memukul dinding rumah sakit, melampiaskan kekesalan dan rasa kecewanya pada diri sendiri. Bugg!Dia merasa gagal, merasa tak mampu melindungi Emily. Alexander, di sisi lain, berdiri dengan wajah penuh kecemasan. Air mata mengalir di pipinya. Rasa takut menguasai hatinya, takut kehilangan Helena, wanita yang telah menjadi segalanya baginya. Helena adalah pusat dunianya, bagian penting dari hidupnya yang tak tergantikan.“Sayang,” katanya pilu, “aku mohon... aku cuma punya kau untuk alasan bertahan hidup dan segala tujuan perjuangan ku. Jangan pergi, jangan tinggalkan aku, Sayang...
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 315

Ruangan rumah sakit itu sunyi, hanya suara alat kontrol denyut jantung yang terdengar berirama, seolah menjadi pengingat akan rapuhnya kehidupan. Helena dan Emily dirawat di dua ruangan yang bersebelahan, masing-masing masih dalam kondisi kritis. Peralatan medis memenuhi ruang mereka, memantau setiap detak dan napas yang tersisa. Di salah satu ruangan, Alexander duduk di sisi tempat tidur Helena. Tangannya menggenggam erat tangan Helena yang terasa dingin. Tubuhnya gemetar, matanya merah dan bengkak akibat tangis yang terus mengalir sejak beberapa jam terakhir. “Sayang,” suaranya serak, hampir tak terdengar. “Kumohon, bangunlah. Jangan tinggalkan aku.” Alexander menunduk, membiarkan air matanya jatuh ke tangan Helena yang ia genggam erat. “Aku... aku tidak bisa hidup tanpamu. Anak-anak kita... mereka butuh kau. Aku butuh kau juga.” Suaranya pecah, penuh dengan rasa putus asa. Alexander memandang waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 316

Langit mendung menutupi sinar matahari sore saat Tuan Beauvoir, Hendrick, dan Helios tiba di rumah sakit. Wajah mereka penuh dengan kecemasan yang sulit disembunyikan. Ketegangan di udara terasa begitu nyata ketika mereka melangkah melewati lorong-lorong panjang yang sunyi, seakan setiap langkah membawa beban yang semakin berat.“Sial! Kenapa tidak sampai juga, sih?!” gerutu Hendrick. Di depan pintu kamar, Alexander menunggu dengan wajah penuh penyesalan. Matanya sembab, ekspresi sedihnya tampak semakin mendalam ketika melihat kedatangan mereka. Dia segera berdiri dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Maafkan aku, Ayah mertua, maaf...” ucap Alexander dengan suara bergetar. “Aku tidak bisa melindungi Heceline. Aku... aku telah gagal sebagai seorang suami, menantu, dan ipar.” Kata-kata itu membuat Helios mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba meredam gejolak amarah dan kepedihan yang terus menggerogoti hatinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 317

Ruangan rumah sakit masih diselimuti keheningan. Tuan Beauvoir tetap di sisi putrinya, memegang tangannya yang dingin sambil terus berbisik, berharap Helena segera bangun. Sementara itu, Alexander duduk di bangku panjang di luar kamar. Pikirannya terus bergelayut pada kejadian yang menimpa istrinya, berulang-ulang seperti kaset rusak.“Aku tidak bisa memikirkan yang lain. Kalau aku pulang sebentar untuk melihat Angel dan Rendy, mereka pasti akan langsung menanyakan keberadaan ibunya, kan?” Alexander mendesah lesu, “bagaimana aku akan menjawabnya nanti?” Helios dan Hendrick telah pergi untuk menyelidiki lebih dalam. Pada akhirnya, Alexander memutuskan untuk tetap di rumah sakit, tetapi keberadaannya terasa kosong. Sorot matanya yang lelah terpaku pada lantai, tubuhnya kaku seolah memikul beban yang terlalu berat. Tiba-tiba, suara langkah pelan mendekat. Alexander tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 318

Ruangan itu sunyi, hanya diiringi bunyi pelan mesin medis yang terus bekerja. Han duduk di sisi ranjang Emily, tatapannya tak lepas dari wajah mantan istrinya yang masih terbaring tak sadarkan diri. Ada kehangatan yang aneh dalam pandangannya, bercampur dengan rasa bersalah dan kehilangan yang dalam. “Emily...” gumamnya pelan, seolah berharap namanya cukup untuk membangunkan wanita itu dari keterpurukan yang tengah membelenggunya. Namun, suasana itu seketika berubah ketika pintu ruangan terbuka dengan keras. Kedua orang tua Emily berdiri di ambang pintu, ekspresi mereka penuh keterkejutan dan kemarahan begitu melihat Han di dalam ruangan. “Apa yang kau lakukan di sini?!” seru ayah Emily dengan suara tajam, matanya melotot marah ke arah Han. Han menoleh perlahan, wajahnya tetap tenang meskipun ia bisa merasakan amarah yang memancar dari pria tua itu. Ia berdiri, memasukkan kedua tangannya ke dalam sak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 319

Helena membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa berat, dan ia merasa amat bingung. “Aku ada di mana?”Di sekelilingnya, terbentang padang rumput hijau yang luas, namun pandangannya terganggu oleh kabut yang cukup tebal. Helena berusaha bangkit dari posisi tidurnya di atas rumput lembut itu, mengedarkan pandangan ke segala arah. Tidak ada yang dikenalnya. “Halo? Apa ada orang di sini?” serunya berulang kali, suaranya terdengar samar di tengah kesunyian. Tidak ada jawaban. Namun, tak lama kemudian, dari balik kabut, muncul sosok seorang wanita yang anggun. Dia mengenakan dress putih panjang, rambutnya terurai indah, seperti cahaya yang menerobos kegelapan. Helena memicingkan mata, mencoba mengenali siapa wanita itu. “Siapa, kau siapa?”Langkah demi langkah, wanita tersebut mendekat, dan wajahnya semakin jelas. Helena tertegun. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Rac
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 320

Helena duduk dengan perlahan, merasakan tubuhnya yang masih lemah namun tidak lagi terbebani oleh alat-alat medis yang sebelumnya melekat di tubuhnya. Dokter yang berada di sisinya membantu melepaskan satu per satu alat tersebut dengan hati-hati, memastikan semuanya baik-baik saja. Alexander, yang tidak pernah meninggalkan sisi Helena, tersenyum lega ketika dokter mengangguk dan berkata, “Nyonya Helena sudah melewati masa kritis. Tapi untuk sementara membutuhkan istirahat total, dan masih membutuhkan pemantauan intensif.” Seolah terbebas dari beban yang berat, Alexander menggenggam tangan Helena dengan lembut. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit, mengecup tangan istrinya dengan penuh rasa syukur. “Aku benar-benar lega,” bisiknya. “Aku pikir aku akan kehilanganmu untuk selamanya.” Helena menatapnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Walau tubuhnya masih lemah, kehangatan di matanya cukup untuk memberikan jawaban kepada Alexander.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3031323334
...
36
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status