All Chapters of Sebatas Ibu Pengganti untuk Anak Presdir: Chapter 301 - Chapter 310

354 Chapters

Bab 301

Malam itu, di sebuah kafe. Emily menggenggam mini bag di pangkuannya erat-erat, seolah benda kecil itu adalah pelampiasan rasa frustrasi yang membuncah dalam hatinya. Duduk di sebuah kafe mewah di pusat kota, ia berhadapan dengan seorang pria bernama Arthur, pria yang dijodohkan oleh orang tuanya. “Jadi, Emily, kau kerja di mana sekarang?” tanya Arthur sambil menyandarkan tubuhnya di kursi, tatapan angkuh terpancar dari kedua matanya. Emily hanya mendengus pelan, mencoba menahan diri. Dalam hati, ia masih tidak percaya betapa absurd–nya situasi ini. Orang tuanya, yang sudah bertahun-tahun tidak berkomunikasi dengannya, tiba-tiba saja sibuk mencampuri urusan pribadinya begitu ia kembali ke negara asalnya. Tidak ada pelukan hangat, tidak ada upaya membangun kembali hubungan yang rusak, hanya agenda perjodohan seperti ini. “Saya bekerja di bidang yang tidak terlalu menarik bagi orang-orang seperti Anda,”
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 302

Emily berdiri di pinggir jalan, matanya terpaku pada lalu lintas yang padat. Tangannya terangkat, berusaha menghentikan taksi yang lewat, namun nihil. Jalanan tampak seperti lautan kendaraan yang tak bergerak. Ia memeluk tasnya erat-erat, melamun, memikirkan kejadian tadi di kafe. Rasanya absurd, pertemuan yang seharusnya sederhana malah berubah menjadi ajang memperdebatkan nilai hidup. Tapi ia tahu, tidak ada gunanya terus memikirkannya. Tidak semua hal butuh tempat di pikiranmu, Emily, gumamnya dalam hati, mencoba menyadarkan diri.“Bisa gila kalau memikirkan hal itu,” gumamnya. Namun, lamunannya terputus ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan wajah seseorang yang tak asing. Han. Mata Emily terbelalak sesaat sebelum ia memalingkan wajahnya, seolah keberadaan Han adalah sesuatu yang ingin ia hindari. Ia mencoba untuk tetap fokus mencari t
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 303

Emily duduk di meja kerjanya, menatap layar ponsel dengan alis berkerut. Sebuah pesan baru saja masuk dari Jarvis, CEO tempatnya bekerja. Isi pesan itu membuat Emily bingung. “Aku sudah tiba di negara tempatmu berada. Mari kita diskusikan perkembangan kerja sama dengan AFG secara langsung.” Awalnya, Jarvis mempercayakan proyek penting ini sepenuhnya kepada Emily. Namun, tiba-tiba pria berusia 39 tahun itu memutuskan datang sendiri. Emily tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Jarvis sudah menikah dan memiliki anak. Mengapa ia harus datang langsung? Emily menghela napas panjang. Bagaimanapun juga, ia tidak punya pilihan lain selain menyambut kedatangan atasannya itu. “Baiklah. Saya akan menemui anda di bandara,” balas Emily. Setelah membalas pesan dengan singkat, Emily segera mengambil kunci mobil dan menuju bandara. Di bandara, Emily memaksakan senyum saat
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 304

“Maaf, Tuan Jarvis. Saya akan menegaskan bahwa saya tidak mencintai siapapun, bahkan diri saya sendiri.” tegas Emily, langkahnya lepas meninggalkan Jarvis di sana. Jarvis menatap punggung Emily, jelas dia kecewa. Namun, dia tidak memiliki minat untuk menyerah. ****Siang itu, di sebuah restoran, sesuai Jarvis dan Emily melakukan pengecekan tahap produksi. “Jadi, untuk tahap finishing, Miss Helena sudah memastikan semuanya sesuai standar. Tinggal menunggu hasil pengecekan akhir sebelum masuk ke proses pemasaran,” kata Emily sambil menandai sesuatu di dokumen di depannya. Jarvis mengangguk pelan, matanya tertuju pada wajah Emily yang terlihat serius dan fokus. Ia kagum dengan dedikasi wanita itu, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam mengganggu pikirannya. Sudah empat hari ia berada di kota ini, memantau langsung proyek kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan milik Helena. Empat hari pula ia terus berusaha men
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 305

Emily berdiri di tengah situasi yang semakin panas. Clara terus melontarkan kata-kata tajam, menuduhnya sebagai perusak rumah tangga. Setiap kali Emily mencoba menjelaskan, Clara tidak memberinya kesempatan. Di sisi lain, Jarvis tak henti-hentinya membela Emily, membuat amarah dan kecemburuan Clara semakin memuncak.Akhirnya, mereka pun menjadi tontonan yang memalukan. “Jarvis, berhenti melindunginya!” teriak Clara histeris. ”Dia wanita tidak tahu malu yang menghancurkan keluarga kita! Dan kau, Emily, bagaimana bisa kau bersikap seolah-olah kau tidak bersalah?” Emily mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosi yang memuncak. “Nyonya Clara, saya sudah mengatakan bahwa saya tidak memiliki perasaan apa pun terhadap suami Anda. Tidak pernah ada niat seperti itu dari saya.” Namun, Clara tidak mendengarkan. Dia terus menyerang Emily dengan kata-kata yang membuat suasana semakin tegang. Emily merasa seperti terperang
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 306

Vera mengetuk pintu ruangan kerja Alexander dengan sopan. Suara rendah dan tegas dari dalam ruangan mempersilakannya masuk. Dengan langkah tenang, Vera membuka pintu dan masuk, menyapa Alexander dengan penuh hormat. “Selamat pagi, Tuan Alexander. Ini dokumen dari pihak pemasaran,” ujar Vera sambil menyerahkan map biru tua yang sudah disiapkannya. Alexander mengangguk singkat, matanya masih terpaku pada layar laptop di hadapannya. “Letakkan di meja. Oh, dan tolong cek dokumen yang sudah selesai aku baca tadi. Pilah sesuai kategorinya,” pintanya tanpa menoleh. “Baik, Tuan,” jawab Vera cepat, lalu mengambil dokumen yang dimaksud di sudut meja kerja Alexander. Vera segera duduk di meja kecil di sudut ruangan, memulai pekerjaannya dengan penuh konsentrasi. Namun, di tengah-tengah memilah dokumen, matanya tanpa sengaja melirik ke arah Alexander. Pria itu sedang sibuk mengetik, alisnya sedikit mengerut, waj
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 307

Senja mulai memudar ketika Alexander tiba di rumah. Begitu mobilnya berhenti di depan pintu, suara langkah kecil dan tawa riang terdengar mendekat. Kedua anaknya, Angel dan Rendy, berlari keluar dengan wajah penuh kegembiraan. “Ayah pulang!” seru Angel, memeluk ayahnya erat. Rendy menyusul sambil melompat-lompat kegirangan. “Apa Ayah bawa sesuatu untuk kami?” Alexander tertawa kecil, lalu menyerahkan sebuket bunga lavender kepada Angel. “Ini untuk Angel, bunga favoritmu.” Mata Angel berbinar. “Wah, wangi sekali! Terima kasih, Ayah!” katanya sambil mencium bunga itu. Kemudian Alexander mengeluarkan sebuah boks kue dari tangannya yang lain dan menyerahkannya kepada Rendy. “Dan ini untukmu. Keju cake kesukaanmu.” “Wow, keju cake! Terima kasih, Ayah!” Rendy bersorak, lalu berlari ke dalam rumah sambil membawa boks itu. Angel juga mengikuti kakaknya dengan langkah riang, sementara Alexander
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 308

Emily memandang layar ponselnya dengan ekspresi kesal. Sebuah pesan baru dari Jarvis muncul di aplikasi perpesanan. Isinya meminta maaf atas insiden tadi pagi, saat istrinya tanpa alasan yang jelas mencaci makinya di depan umum. “Emily, aku sungguh minta maaf untuk apa yang terjadi. Aku tidak tahu dia akan bertindak sejauh itu. Tolong jangan salahkan dirimu. Aku akan membereskannya.” Emily mendesah panjang. Pesan itu hanya membuat emosinya semakin memuncak. Bukannya merasa simpati, dia justru merasa jijik dengan situasi ini. “Beraninya dia mencoba memperbaiki semuanya dengan kata-kata kosong,” pikirnya. Ia enggan membalas. Emily tak ingin dianggap sebagai wanita yang akan merusak rumah tangga orang lain, bukan sekarang, bukan nanti. Bahkan, jika Jarvis terus menghubunginya seperti ini, ia sudah memutuskan akan segera mengundurkan diri dari pekerjaannya. Emily meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja sa
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 309

Pagi itu, mentari belum sepenuhnya menampakkan diri, tetapi suara dering ponsel sudah menggema di kamar Emily. Dengan mata setengah terbuka, ia meraih ponselnya di meja samping tempat tidur. Sebuah nomor tak dikenal terpampang di layar. Emily mendesah, berpikir itu pasti Jarvis. Siapa lagi yang akan mencoba menghubunginya sepagi ini? “Dia benar-benar tidak tahu malu,” gumam Emily sambil meletakkan kembali ponselnya. Namun, dering itu tak kunjung berhenti. Kekesalan mulai merayap di hatinya. Akhirnya, dengan enggan, ia menggeser tombol hijau dan menjawab panggilan itu. “Dengar, Tuan Jarvis! Aku sudah bilang, jangan hubungi aku lagi. Aku tidak akan pernah—” Suara Emily terputus ketika sebuah suara wanita terdengar di ujung sana. “Emily, ini aku, Clara.” Emily membeku. ‘Clara’? Rasa malu langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia baru saja memarahi seseorang yang bahkan tidak ada salahnya.
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 310

Sore itu, langit berwarna jingga keemasan ketika Emily menghubungi Helena. Ia tahu keputusan ini tidak mudah, tetapi ia tidak ingin menundanya lagi. Helena menyambut panggilan itu dengan hangat. “Aku baru saja selesai bekerja. Kalau penting, kita bisa bertemu di kafe dekat kantorku,” katanya. Emily setuju. Beberapa puluh menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah kafe mungil dengan suasana nyaman. Begitu Helena masuk, Emily berdiri dan menyambutnya dengan pelukan singkat. “Sudah lama kita tidak bertemu santai seperti ini,” ucap Helena sambil tersenyum, mencoba meringankan suasana. Namun, ia segera menangkap ekspresi lesu di wajah Emily. Mereka memesan minuman, lalu duduk di sudut ruangan. Helena memandang Emily dengan cermat, menunggu sahabatnya membuka percakapan. Emily menarik napas panjang, lalu menunduk. “Helena… aku ingin minta maaf. Aku tidak lagi bisa membersamai proses kerja sama kita.” Kening He
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
36
DMCA.com Protection Status