Beranda / CEO / MANIPULASI CINTA MAFIA / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab MANIPULASI CINTA MAFIA: Bab 41 - Bab 50

55 Bab

41

Rey memegangi punggungnya yang terasa nyeri, karena membentur latar halaman yang keras. Ternyata Hana tidak sepenuhnya menindih tubuh Rey.Hana menahan tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Sementara Rey tengah sibuk memegangi punggungnya yang terasa nyeri.Rey tidak bisa diam, karena punggungnya sangat kesakitan. Utak-atik, gerak sana, gerak sini, hingga menyentuh tangan Hana yang menahan tubuhnya sendiri. Netra Hana terbelalak, ketika Rey tidak sengaja menyenggol tangan Hana.Rey menyenggol tangan Hana yang menyangga tubuh Hana agar tidak menindih tubuh Rey. Hal itu yang membuat Hana kehilangan keseimbangan dan terjatuh menindih tubuh Rey.Gawat! Bukan hanya sekedar menindih tubuh Rey, bibir Hana tidak sengaja menyentuh sesuatu yang halus dan lembab. Tepat, Hana tidak sengaja mencium bibir Rey.Rey yang tengah sibuk dengan rasa sakitnya pun akhirnya berhenti bergerak dan hanya terpaku di tempat. Netranya terbelalak, ketika mendapat serangan dari Hana secara tiba-tiba dan tidak se
Baca selengkapnya

42

"Apa kau pikir dengan bersikap jual mahal dapat meningkatkan kualitasmu di dalam hatiku? Tidak, Hana. Kau semakin rendah dari anjing jalanan. Jika aku anjing jalanan, kau adalah makanan yang dibuang di tempat sampah. Jika aku rendah, maka kau pastilah yang lebih rendah dariku," cetus Rey.Rey tidak tanggung-tanggung, ketika mengatakan sesuatu yang sangat kejam kepada Hana. Hana pun hanya bisa mengepalkan kedua lengannya dengan perasaan geram.Deg! Jantung Hana seperti dibenturkan di jeruji besi, ketika mendengar Rey mengatakan hal itu kepadanya. Jika itu bukan Rey, Hana tidak akan sesakit ini. Hana tidak tahu jika perkataan dari Rey akan membuatnya merasa sesakit ini.Mendengar perkataan kasar yang diucapkan oleh orang yang dicintai, rasanya berkali-kali lipat pedihnya bagi Hana."Kau salah. Aku tidak mencintaimu, aku hanya ingin membuatmu merasakan apa artinya cinta. Jangan berpikir dengan cara kau mengatakan perkataan kejam kepadaku, kau bisa mengacaukan hatiku. Rey, semakin kau men
Baca selengkapnya

43

Rey sepertinya tidak ingin kalah. Ia pun mencari-cari kesalahan Hana, sekecil apa pun itu. "Sepertinya kau lebih gila. Kau mengambil sandalmu, tapi kau hanya memegangnya di tangan. Apa kau berjalan dengan satu tangan dan satu kaki? Kau bahkan lebih gila dariku," pungkas Rey dengan senyuman liciknya dengan puas.Perkataan Rey membuat Hana tersadar akan apa yang tengah ia lakukan. Mata Hana melirik ke arah lengannya yang masih memegang sandal yang ia ambil dari Rey.Lalu ia menundukan kepalanya dan melihat sebelah kedua kakinya yang hanya mengenakan sebelah sandal, dan satu kakinya lagi tak bersandal. Nyeker, seperti ayam kesasar.Roman wajah Hana berbuah menjadi kemerah-merahan. Hana yang merasa dikalahkan dan tidak ingin menanggung rasa malu pun mendapatkan ide cemerlangnya. Apa pun itu, asalkan ia tidak kalah dari Rey."Ah, ini. Aku sengaja tidak memakainya," cetus Hana."...?" Rey tidak menjawab dan merasa bahwa perkataan Hana terdengar sangat absurd."Aku akan memberikannya kepadam
Baca selengkapnya

44

"Ah, iya. Sepertinya aku... sangat lapar." Hana tersipu malu. "Setelah ini, makan dan minum obat, ya. Perbanyak istirahat. Kalau begitu, kami pergi dulu." Bersama dengan perawat, Dokter itu berlalu pergi. Hana menampilkan senyumnya tanpa arti, lalu menilik jam dinding yang menunjukkan pukul 16.54. WIB. "Sudah sore ternyata. Aku sudah sangat lapar. Sepertinya, jika menunggu makanan rumah sakit, pasti akan lama. Aku juga tidak begitu menyukai makanan rumah sakit." gumam Hana. "Di mana Bibi, ya?" Hana akhirnya tersadar bahwa Bibi nya sedari tadi tidak berada di sampingnya. Dengan tenaganya, Hana menuruni kasur. Kemudian, ia mendorong tiang infusnya menuju ke luar ruangan. Hana baru sadar bahwa kali ini, pergelangan kakinya terasa nyeri. Sekilas Hana memperhatikan pergelangan kakinya, tetapi ia tidak terlalu memperdulikannya. Hana terus berjalan keluar dari ruangan rumah sakit yang luas. Seperti biasa, ia selalu diberikan fasilitas VVIP. Hana tersenyum pada saat ia melihat sosok bib
Baca selengkapnya

36

"Sepertinya, pengasuh Hana akan datang terlambat. Dia sudah menangis dari tadi. Ia tampak sangat lapar. Aku tidak tega membiarkannya. Sayang, aku kasihan padanya. Bolehkah aku memberinya ASI susulan?" ujar ibu Rey, kala melihat Hana yang tak kunjung berhenti menangis.Saat itu, Hana masih bayi. Ia tak kunjung berhenti menyudahi jeritan tangisnya. Para perawat berusaha untuk menenangkannya, dengan cara menggendong, serta mengayun Hana. Akan tetapi, Hana terus menangis.Ibu Rey yang bernama Rini, saat itu bisa langsung tahu, karena ia juga memiliki insting sebagai seorang Ibu. Sebagai seorang Ibu yang memiliki bayi seumuran anak kemarin sore, tentu saja semua nampak sangat jelas. Hana menangis karna suatu alasan, yaitu karena dia lapar.Ibu pengganti yang menyusui Hana, kala itu diberi jadwal tertentu. Ibu pengganti itu hanya datang ketika pagi, sekitar jam 09.00. WIB, lalu pulang ke rumahnya kembali. Kemudian, ia datang lagi ketika pukul 16.00.WIB. Kontrak yang dibuat olehnya dengan or
Baca selengkapnya

37

Rumah mewah menjulang tinggi bak istana, dengan furnitur-furnitur yang menghiasi tiap-tiap konsep kolasenya. Aestetik, glamour, hanya itu kata-kata yang pantas untuk mengumpamakannya. Rumah luas, tetapi sangat sunyi senyap. Suasana hampa, terasa mati rasa. Hanya keheningan yang merajai. Itulah yang dirasakan Hana setiap harinya, setiap menit dan detiknya.Hana mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit rumah yang tampak kokoh. Sebutan rumah tidak lagi cocok untuk diberi julukannya, lebih cocok disebut dengan castil. Sedangkan Hana bagaikan seorang putri yang dikurung di sebuah castil, tanpa seorang teman hidup. Ia hanya berteman sepi dengan para pelayan yang sedia melayani.Hana, ayah, dan ibunya tinggal di atap yang sama. Akan tetapi, Hana bagaikan tinggal tanpa keluarga. Kedua orangtunya adalah pengusaha yang memiliki bisnis pesat di mana-mana. Sebutan pengusaha sepertinya kurang cocok untuk seorang pria bernama David Livy, yang tak lain adalah ayah Hana. Sebutan milyarder lebih
Baca selengkapnya

38

Reyhan akhirnya membuka pintu kamarnya. Rey berdiri di tengah pintu sembari menundukkan wajahnya. Hana yang kala itu berada tepat di hadapan Rey pun berencana ingin merangkul Rey. Namun, sebelum Hana sempat melakukannya, Rey sepontan mendorong tubuh Hana, hingga membuat Hana jatuh tersungkur di hadapannya. "Kau ini apaan? Keras kepala sekali! Sudah kubilang untuk pergi dari sini. Enyah kau!" Rey mengusir Hana. Ucapannya lantang dan perlakuannya kasar. Hana menatap wajah Rey yang tak balas menatap wajahnya. Hana tidak mengerti dengan sikap Rey dan perlakuan yang ia terima. Tidak biasanya Rey bersikap seperti ini kepadanya. Ia tidak mengerti mengapa Rey yang biasanya selalu lembut kepadanya berubah drastis dan menjadi kasar. "Rey... kau kenap—" Ucapan Hana langsung dipotong oleh Rey. "Apa kau tuli? Sudah kubilang pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu," cetus Rey. Hana bangkit kembali. Dia kembali mendekat ke arah Rey. Namun, belum sempat Hana mendekat lebih dekat, Rey melangkah ma
Baca selengkapnya

39

Rey tidak bisa tidur semalaman, karena ia terus dihantui oleh bayangan Hana. Karena pagi telah tiba, Rey bangkit dari tempat tidurnya. Rasa kantuk yang dahsyat merajai tubuhnya. Untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut, Rey berencana menghilangkannya dengan cara mandi di pagi hari.Rey mulai mengambil handuknya. Namun, sebelum ia menunda niatnya ketika ia melirik sekilas bayangan dirinya di cermin. Wajah Rey kusut, tampak lingkaran hitam seperti mata pada, melingkari kedua matanya."What?!!" Rey histeris. "Kenapa wajahku seperti ini?" gumamnya. "Ini karena Hana sialan itu," sambung Rey.Rey menyalahkan Hana, karena bayang-bayang Hana selalu mengganggu tidurnya. Hal itu yang membuat Rey tidak bisa tidur semalaman.Rey menyentak telapak tangannya ke atas meja. Ia tampak sangat kesal. Kegeramannya itu harus segera ia redakan dengan cara mandi."Yo, lihat siapa ini? Rey, kenapa wajahmu seperti itu?" tanya salah satu teman Rey.Rey berangkat ke kampus lebih awal dan langsung datang mengha
Baca selengkapnya

40

Setelah Resti menyelesaikan perkataannya, ia pun kembali meninggalkan Johandra. Sedangkan Johandra pribadi tidak menyerah untuk terus membujuk Resti."Resti, dengarkan aku dulu! Hei! Aku bisa membantumu." Resti tetap tidak menggubris Johandra. "Aku memang tidak bisa membantumu mendapatkan Reyhan, tapi aku bisa menargetkan Hana. Bagaimana? Apa kau tertarik?" Ucapan Johandra kali ini membuat Resti menghentikan langkahnya sekali lagi.Resti menghentikan langkahnya, tetapi ia tidak berbalik menatap Johandra yang jauh berada di belakangnya. Resti terhenti, sedangkan Johandra berjalan menghampiri.Johandra kali ini berada tepat di samping Resti. Resti menghembuskan nafasnya, lalu ia pun menoleh ke arah Johandra yang berada di sampingnya. Resti menatap Joahandra dengan tatapan malas, sama seperti sebelumnya."Kenapa? Bagaimana? Apa yang mau kau katakan? Ide apa yang kau punya?" tanya Resti dengan nada malas.Kemudian, Resti pun kembali meluruskan pandangannya ke arah depan, sembari melipat k
Baca selengkapnya

41

Hana telah berhenti berlari menjauhi Rey. Kini, Hana tengah berjalan dengan santainya. Akan tetapi, Hana tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping.Orang tersebut menabrak Hana dari arah samping, dari balik samping tembok. Sedangkan Hana saat itu tengah berjalan lurus dengan santainya.Hana yang ditabrak olehnya pun sepontan terjatuh dan berteriak kesakitan. "Aaw!" pekiknya. "Siapa sih yang jalan nggak lihat-lihat?!!" protes Hana dengan lantang.Seketika buku-buku yang dibawa oleh Hana di lengannya pun terjatuh ke atas lantai. Buku-bukunya berantakan. Sedangkan Hana tengah sibuk mengusap lututnya yang terasa nyeri, karena membentur lantai keramik.Seseorang yang menabrak Hana pun membantu membereskan buku-buku milik Hana. Lalu, ia pun bertanya kepada Hana, "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya."Baik-baik saja kepalamu! Aku yang ditabrak seperti ini masih ditanya apa aku baik-baik saja. Seharusnya kau tanya, 'apa aku terluka?' Seharusnya begi ... ." Hana sengaja menggantung uca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status