Home / CEO / MANIPULASI CINTA MAFIA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MANIPULASI CINTA MAFIA: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

31

"Ah, iya. Sepertinya aku... sangat lapar." Hana tersipu malu."Setelah ini, makan dan minum obat, ya. Perbanyak istirahat. Kalau begitu, kami pergi dulu." Bersama dengan perawat, Dokter itu berlalu pergi.Hana menampilkan senyumnya tanpa arti, lalu menilik jam dinding yang menunjukkan pukul 16.54. WIB."Sudah sore ternyata. Aku sudah sangat lapar. Sepertinya, jika menunggu makanan rumah sakit, pasti akan lama. Aku juga tidak begitu menyukai makanan rumah sakit." gumam Hana. "Di mana Bibi, ya?" Hana akhirnya tersadar bahwa Bibi nya sedari tadi tidak berada di sampingnya.Dengan tenaganya, Hana menuruni kasur. Kemudian, ia mendorong tiang infusnya menuju ke luar ruangan. Hana baru sadar bahwa kali ini, pergelangan kakinya terasa nyeri. Sekilas Hana memperhatikan pergelangan kakinya, tetapi ia tidak terlalu memperdulikannya.Hana terus berjalan keluar dari ruangan rumah sakit yang luas. Seperti biasa, ia selalu diberikan fasilitas VVIP.Hana tersenyum pada saat ia melihat sosok bibi nya
Read more

32

"Sepertinya, pengasuh Hana akan datang terlambat. Dia sudah menangis dari tadi. Ia tampak sangat lapar. Aku tidak tega membiarkannya. Sayang, aku kasihan padanya. Bolehkah aku memberinya ASI susulan?" ujar ibu Rey, kala melihat Hana yang tak kunjung berhenti menangis.Saat itu, Hana masih bayi. Ia tak kunjung berhenti menyudahi jeritan tangisnya. Para perawat berusaha untuk menenangkannya, dengan cara menggendong, serta mengayun Hana. Akan tetapi, Hana terus menangis.Ibu Rey yang bernama Rini, saat itu bisa langsung tahu, karena ia juga memiliki insting sebagai seorang Ibu. Sebagai seorang Ibu yang memiliki bayi seumuran anak kemarin sore, tentu saja semua nampak sangat jelas. Hana menangis karna suatu alasan, yaitu karena dia lapar.Ibu pengganti yang menyusui Hana, kala itu diberi jadwal tertentu. Ibu pengganti itu hanya datang ketika pagi, sekitar jam 09.00. WIB, lalu pulang ke rumahnya kembali. Kemudian, ia datang lagi ketika pukul 16.00.WIB. Kontrak yang dibuat olehnya dengan or
Read more

33. PRIA YANG DIJODOHKAN

"Tuan, silakan tandatangan di sini." Kelvin menyodorkan sebuah dokumen ke meja kerja Edward. Tampak Edward yang hanya menatap dokumen itu dengan tatapan kosong, tanpa sadar dengan ucapan yang dikatakan oleh Kelvin. Pikirannya melayang entah ke mana. "Tuan? Tuan?" Kelvin berusaha menyadarkan Edward saat menyadari ada yang tidak beres dengan sikapnya. Reflek Edward terperanjat dari tempatnya seraya bangkit. Ia menatap Kelvin dengan tatapan ling-lung, layaknya sukma tak bertempat di dalam raganya. "K-kenapa? Kau tadi bicara apa?" Bertanya karena benar-benar tak mencerna ucapan Kelvin sebelumnya. "Tuan, apa Anda perlu saya panggilkan psikiater?" sindirnya. "Untuk apa? aku tidak membutuhkannya," ketusnya. Edward pun kembali duduk di kursinya sembari memeriksa dokumen di atas meja. "Kalau begitu, yang Anda butuhkan pasti dokter cinta," timpalnya. "Jangan aneh-aneh. Aku tidak gila," celetuknya. "Hilih. Orang gila selalu mengelak kalau dirinya gila. Ciri-ciri itu ada pada di
Read more

34. DITINGGALKAN

"Baiklah. Aku tunggu hari itu," balas Kelvin, lalu melangkah mundur. Ia merangkul lengan Stella, lalu Stella menatapnya dengan penuh tanda tanya. Kemudian, dia mengajaknya beranjak pergi menuju mobil Kelvin yang terparkir tak jauh dari sana. Kelvin membukakan pintu mobil untuk Stella. Stella hanya diam saja menuruti skenario yang berjalan tiba-tiba. Kemudian, disusul Kelvin yang gegas menancap gas. Sementara Justin masih terdiam di tempat dengan hati bergumal karena geram. Tin! Tin! Tin! Setir mobilnya dihantam beberapa kali oleh Kelvin seraya berkata, "Sialan!!!" Sepanjang perjalanan, mulut Stella terkunci karena otaknya berpikir keras mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Semua terlalu tiba-tiba, otak kecilnya kesulitan untuk memahaminya. "Apa kau lapar?" Akhirnya Kelvin membuka pembicaraan. "Eh? Oh, ya," gagapnya. Sulit ber kata-kata. Mulutnya kembali bungkam seribu bahasa. "Mau makan apa?" tanya Kelvin. "Terserah." Satu kata pamungkas yang keluar dari mulut wa
Read more

35. MENYUKAI OM-OM

Stella meninggalkan Justin setelah dia menendang kakinya dan menarik kursi yang diduduki Justin sehingga dia terjatuh menahan malu di hadapan para pengunjung di restoran itu. Memberi satu pelajaran untuk Justin memang cukup berguna bagi Stella. Akhirnya, Stella merasa lega setelah melampiaskan amarahnya yang tertahan. Sementara itu, hari sudah sangat larut. Namun, malam ini Stella berniat tidak pulang ke rumah Edward. Dia ingin menghabiskan malam ini dengan bersenang-senang. "Hallo?" Stella menelephon nomor salah satu temannya. "Kenapa?" jawab teman Stella yang bernama Miki. "Apa malam ini kau sibuk?" "Tidak juga." "Ayo pergi." "Ke mana-mana." "Klub." "Gass." Selain berteman dengan anak baik, Stella juga berteman dengan anak nakal. Stella tidak suka pilih-pilih tentang circle pertemanan, walaupun tidak pemilih sebenarnya tindakan yang kurang tepat. Pengaruh baik sulit menular, sementara pengaruh buruk lebih mudah menular. Baru-baru ini, Stella mulai bosan dengan lingkunga
Read more

36. INSIDEN DI KLUB

Salah seorang anak buah Edward ternyata berkhianat. Ia membawa chip memori rahasia berisi informasi tentang organisasi Black Devil. Ia menyobek lengannya, lalu memasukkan chip itu ke dalam, kemudian menjahitnya. Setelah berhasil kabur diam-diam, pihak lain yang menunggu di bandara pun menjemputnya. Sayang sekali, semua tak berjalan lancar karena Edward berhasil mengirimkan anggotanya untuk mengejar sang pengkhianat. Baku hantam berlangsung di bandara, berhasil menewaskan sejumlah anggota organisasi Black Devil. Ternyata, pihak musuh telah menyusun rencana dengan matang sebelum beroperasi. Mereka bahkan membawa granat dan meledakkan bandara, sehingga memakan banyak korban jiwa. Anggota Black Devil yang tersisa terpaksa harus mundur ketika Keamanan Negara akhirnya datang. Sementara itu, chip gagal direbut kembali dan pihak musuh yang cukup misterius itu berhasil melarikan diri. "Aaarggghhh!!! Sial!" Edward sangat frustasi karena mengalami kemalangan yang sulit didefinisikan. Sebab, ia
Read more

37. RAHASIAKAN DARI EDWARD

Wajah Stella disiram alkohol hingga spontan membuatnya tersadar. Ketika dia membuka netranya, dia sangat ketakutan karena sudah berada di tempat yang sangat asing. Sebuah kamar dengan lampu redup dan pria bertelanjang dada tersenyum ke arahnya. Ya, dia pria yang sudah melecehkannya tadi. Dengan senyum nakalnya, ia pun berkata, "Gadis manis, maukah kau menghangatkan ranjang ku malam ini?" godanya dengan genit. "Jangan macam-macam padaku, atau aku akan melaporkanmu ke polisi. "Stella menangis karena ketakutan." Dia berharap ada seseorang yang menolongnya, namun harapannya percuma karena di dalam kamar itu hanya ada dia dan sang pria mesum itu. "Coba saja laporkan aku kalau bisa," tantangnya. Pintu kamar dikunci rapat, kemudian pria itu merangkak ke atas ranjang, lalu merobek pakaian Stella. Stella dibuat tak berdaya ketika tubuh kekar pria itu menindihnya. Tangannya sangat lihai memainkan hasratnya. Jujur saja, Stella menikmati setiap sentuhannya. Akan tetapi, dia berusaha menyad
Read more

38. PERTENGKARAN ROSY DAN RACHEL

Seharian di rumah membuat Rosy merasa sangat bosan, apalagi akhir-akhir ini Edward jarang sekali pulang ke rumah untuk menemaninya. Masalah pekerjaan semakin menumpuk di kantornya, sehingga mereka pun mulai jarang berkomunikasi. Terlebih semenjak insiden terakhir yang menciptakan kerenggangan dalam hubungan. Entah mengapa, Rosy merasa akhir-akhir ini Edward sengaja menghindarinya. Sesungguhnya, dalam hati Rosy merindukan kebersamaan indah seperti sebelumnya. Namun, harga diri Rosy terlalu tinggi untuk bisa memulai dan kembali. Rosy yang merasa bosan pun memutuskan untuk me time sendirian, guna melepas kebosanannya. Tanpa ditemani siapa pun, Rosyi akhirnya keluar rumah. Dia memilih menghabiskan waktu di sebuah cafe sebagai tempat persinggahannya. "Selamat datang!" sambut seorang pelayan cafe. Rosy hanya membalas dengan senyuman. Kmudian, pelayan itu menyodorkan menu kepada Rosy. Dia memilih beberapa menu yang menurutnya tampak menarik. Selama menunggu makanan dan minuman dis
Read more

39

"Maka bunuhlah aku, karena aku telah memutuskan. Aku bersikeras akan menikah denganmu. Bunuh aku sekarang juga, selagi kau punya kesempatan." Hana menantang Rey."Apa? Kau benar-benar gila! Jangan memaksaku untuk membunuhmu," cetus Rey dengan geram."Lakukan sekarang juga! Aku tidak pernah memaksamu. Aku memegang kata-katamu... Pengecut! Buktikan kata-katamu kalau kau bukan seorang pengecut!" cerca Hana."Curut!!!" bentak Reyhan."Bunuh aku sekarang juga! Sini, lakukan kalau berani." Hana semakin menantang Rey dengan menaikkan dagunya.Mata Rey sudah dipenuhi kilat halilintar api nirwana yang membara dan siap melahap sosok Hana yang ada di hadapannya. Suasana sudah mulai tegang dan keduanya tidak bergerak. Mereka hanya saling menatap dengan tajam.Cetarrr!!! Srettt..., ctarrr!!!Tiba-tiba suara petir menyambar dan rintik tangis awan telah bocor. Hujan turun membasahi dua sosok yang saling dipenuhi aura kebencian.Hujan tak membuat mereka goyah sama sekali. Beradu dalam hati, siapa yan
Read more

40

"Maka bunuhlah aku, karena aku telah memutuskan. Aku bersikeras akan menikah denganmu. Bunuh aku sekarang juga, selagi kau punya kesempatan." Hana menantang Rey. "Apa? Kau benar-benar gila! Jangan memaksaku untuk membunuhmu," cetus Rey dengan geram. "Lakukan sekarang juga! Aku tidak pernah memaksamu. Aku memegang kata-katamu... Pengecut! Buktikan kata-katamu kalau kau bukan seorang pengecut!" cerca Hana. "Curut!!!" bentak Reyhan. "Bunuh aku sekarang juga! Sini, lakukan kalau berani." Hana semakin menantang Rey dengan menaikkan dagunya. Mata Rey sudah dipenuhi kilat halilintar api nirwana yang membara dan siap melahap sosok Hana yang ada di hadapannya. Suasana sudah mulai tegang dan keduanya tidak bergerak. Mereka hanya saling menatap dengan tajam. Cetarrr!!! Srettt..., ctarrr!!! Tiba-tiba suara petir menyambar dan rintik tangis awan telah bocor. Hujan turun membasahi dua sosok yang saling dipenuhi aura kebencian. Hujan tak membuat mereka goyah sama sekali. Beradu dalam hati, s
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status