Home / Romansa / Kehangatan Nyonya Presdir / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Kehangatan Nyonya Presdir: Chapter 231 - Chapter 240

264 Chapters

Bab 231

Nicholas datang dengan terburu-buru, dia sadar sudah melakukan kesalahan yang besar. Ketika masuk kamar, yang dia lihat hanyalah Shiren yang sudah jatuh tertidur masih menggunakan pakaian dinas. "Maafkan aku, Sayang," gumam Nicholas sambil membungkus tubuh Shiren menggunakan selimut agar tidak kedinginan.Seperti biasa, sebelum ikut tidur Nicholas tak lupa membersihkan diri. Dia bahkan tidak sempat menutup pintu kamar mandi karena ingin cepat-cepat selesai dan bisa ikut istirahat.Dan tanpa diduga, Shiren ternyata bangun saat mendengar suara gemericik air yang sangat jelas. Ketika melihat pintu kamar mandi, dia yakin suaminya sudah pulang. Tanpa berlama-lama lagi dia segera datang dan bergabung dengan Nicholas di bawah guyuran air shower."Dingin, Sayang. Ayo keluar, aku juga sudah selesai." Nicholas berniat mengajak Shiren keluar dari kamar mandi, tapi sayangnya, Shiren tetap diam di tempat membuat Nicholas mengurungkan niat."Ada apa? Tumben sekali kamu mau mandi malam-malam sepert
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

Bab 232

"Shiren, sejak kapan aku mengizinkanmu pakai rok seperti itu?" tanya Nicholas dengan nada tak bersahabat. Meneliti dari ujung rambut sampai ujung kaki penampilan istrinya yang sangat cantik."Ayolah, aku sudah lama tidak pakai rok-rok cantikku. Katamu aku hanya di ruangan, kan? Tidak akan ke mana-mana? Pakai rok seperti ini rasanya masih aman. Toh pakaian atasku tidak terbuka, Sayang." Shiren berusaha merayu Nicholas agar mengizinkan dirinya memakai rok hitam selutut. Memang ketat, tapi Shiren sedang ingin memakainya."Tidak. Jangan ketat apalagi pendek, dan kamu memakai keduanya. Ganti atau tidak perlu ikut," balas Nicholas tak kalah tegas. Dia rela keteteran lagi asal istrinya tidak menunjukkan lekuk tubuh menggoda seperti ini.Shiren memutar bola mata malas, dia tak memiliki pilihan lain selain menuruti perintah sang suami. Alhasil, celana panjang dan tidak ketat menjadi pilihan terakhirnya."Begini masih salah tidak?"Nicholas lagi-lagi meneliti, tak hanya celana dia juga meneliti
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

Bab 233

"Ayolah, anak-anak sudah menunggu. Kamu benar-benar mau dimusuhi mereka?!" omel Shiren yang hampir menyerah menanggapi suaminya. Dia sedang memasak, sedangkan Nicholas sangat sulit lepas dari tubuhnya. Seperti benalu."Kenapa harus kamu yang memasak? Biar dikerjakan Ken atau pelayan lain saja, Sayang. Kamu seharian kerja denganku pasti lelah, kan?"Shiren menggeleng, menatap serius wajah suaminya yang semakin masam."Tapi kamu tahu sendiri anak-anak ingin makan makanan yang kubuat. Mereka sangat kritis terhadap janji, aku tidak mau dimusuhi mereka hanya karena ingkar. Sekarang lebih baik kamu menyingkir agar pekerjaanku cepat selesai. Daripada mengacau lebih baik temani anak-anak bermain," usir Shiren lebih tegas. Nicholas akhirnya mau tak mau pergi, menyusul ketiga anaknya yang sangat heboh berlarian di dalam rumah. Tawa renyah mereka berhasil memunculkan atmosfer baik seseantero rumah."Ayah, ibu belum selesai? Kenapa lama sekali?" tanya Bernard yang lebih dulu menyadari kedatangan
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Bab 234

Pagi harinya, Shiren tak bisa turun dari ranjang karena menggigil luar biasa. Anak-anak sampai menangis histeris melihat keadaan ibu mereka yang sedang tidak baik-baik saja. Tak sampai di sini, Shiren juga mengalami mual muntah luar biasa. Nicholas sampai menyediakan satu wadah khusus berisi muntahan Shiren agar tidak perlu bolak-balik ke kamar mandi."Nenek, kenapa dokternya lama sekali? Ayo bawa ke rumah sakit saja, aku takut ibu semakin parah," rengek Cleve pada Belinda, baju sekolahnya sampai lusuh lagi setelah mengamuk tadi. Bukan hanya Cleve melainkan dua saudaranya yang lain ikut bertingkah seperti itu."Sebentar lagi dokter datang, Sayang. Nanti kalau kata dokter perlu dibawa ke rumah sakit, kita pasti membawa ibu ke rumah sakit. Sekarang lebih baik kamu dan kedua kakakmu ganti baju dulu, nanti Nenek sampaikan pada paman-paman yang biasa menjaga kalian di sekolah untuk memberi kabar pada guru kalau kalian hari ini tidak datang. Ayo, ajak dua kakakmu yang lain ke kamar," titah
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Bab 235

"Astaga, jadi kakakku dan istriku sedang sama-sama mengandung? Oh Tuhan ... aku sangat bahagia!" Jay berjingkrak-jingkrak senang saat tahu Shiren kembali mengandung, dia sudah mengkhayal banyak hal saat Shiren dan Maeva melahirkan bersama."Ya, aku juga sangat bahagia. Hanya beda dua minggu. Aku sudah masuk ke sepuluh minggu sekarang," balas Maeva dengan satu tangan tak bisa berhenti mengusap perut datarnya. Impian terbesar dalam hidupnya adalah mengandung seorang anak dari pria yang sangat dia cintai.Di seberang sana, anak-anak sangat heboh saat tahu ibunya sedang hamil. Mereka berdiskusi alot layaknya orang dewasa."Pokoknya mulai sekarang, kita tidak boleh terlalu banyak membebani ibu dan ayah. Kita sudah besar dan tidak perlu dibantu lagi untuk makan dan mandi. Ibu harus banyak istirahat agar adik bayi tetap sehat, dan ayah harus fokus menjaga ibu. Sepertinya kita tidak perlu lagi diantar jemput sekolah, biar saja kita pergi sendiri bersama paman."Segerombolan bocah-bocah kecil
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Bab 236

"Sudahlah, Bernard sudah memaafkanmu. Dia sudah tahu kalau seorang ibu hamil memang sangat sulit ditebak. Kamu dengar sendiri dia sudah memaafkanmu dengan tulus," ucap Nicholas yang hampir menyerah menenangkan Shiren. Semalam suntuk Shiren menangisi kesalahan tadi pagi sewaktu membantak Bernard, dia merasa menjadi ibu paling jahat sedunia. "Aku benar-benar ibu yang buruk, Nicholas. Anak sebaik Bernard kenapa harus aku bentak? Hatinya sangat lembut, kita tidak tahu seberapa dalam luka di hatinya. Aku juga takut membuat perasaan terluka di hati Aland dan Cleve, mereka tidak akan ikhlas Bernard dibentak seperti itu. Hatiku sangat sakit sekali." Bagaimanapun, ketiga anak mereka diperjuangkan dengan susah payah melawan ketidakmungkinan yang sempat menjadi penghalang. Setelah mereka lahir dan tumbuh dengan baik, Shiren tentu tidak rela ada yang menyakiti mereka termasuk dirinya sendiri. Nicholas menghela napas panjang, bingung harus berkata apa lagi agar ibu hamil satu ini lebih tenang.
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Bab 237

"Shiren, kenapa pakai dress itu lagi? Bukannya sudah kubuang?" Nicholas terlihat sangat kesal saat melihat Shiren mengenakan dress kurang bahan yang akan wanita itu gunakan keluar. Padahal, Nicholas sudah menekankan ribuan kali kalau dress seperti itu hanya boleh digunakan di kamar. Memang masih tergolong tertutup, tapi sangat mencetak bentuk tubuh."Tapi dress ini sangat senada dengan jas yang kamu pakai, Sayang." Sebenarnya bukan alasan utama, tapi Shiren terlanjur nyaman dan malas berganti baju lagi."Baiklah, kita ganti tema. Warna biru, bagaimana? Aku ingat kamu punya dress warna biru gelap dan lebih pantas digunakan daripada dress ini. Sebentar, biar aku saja yang mencari. Kamu duduk di sini," titah Nicholas bergegas pergi dari hadapan Shiren. Wanita itu mengendikkan bahu, dia dengan senang hati menunggu sang suami. "Lihat, ini juga bagus 'kan? Ayo, kubantu ganti baju."Nicholas bahkan dengan sangat cekatan membantu Shiren berganti pakaian. "Kadang aku masih tidak percaya bis
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Bab 238

Pulang dari restoran, Nicholas membawa Shiren ke rumah sakit lebih dulu untuk memeriksakan keadaan wanita itu. Shiren sendiri berkata kalau dia sudah tidak mual-mual lagi, tapi karena Nicholas belum merasa lega sebelum mendatangi dokter, alhasil Shiren diam saja hendak dibawa ke manapun dirinya."Aku mengantuk," keluh Shiren, semakin mengusalkan tubuhnya pada pelukan sang suami untuk menemukan kenyamanan yang lebih. "Sabar, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit. Aku tidak bisa tidur nyenyak sebelum dokter berkata kalau kamu baik-baik saja," balas Nicholas masih kukuh dengan pendiriannya. Bahkan anak-anak sudah tertidur di kursi masing-masing. Saat kekenyangan mereka memang sangat mudah tertidur."Ugh ... mataku sudah berat sekali, Sayang. Tidak bisakah besok saja? Kasihan anak-anak, mereka pasti tidak nyaman tidur di mobil seperti ini," ucap Shiren masih berusaha membujuk suaminya.Sekali lagi Nicholas menggeleng, apalagi rumah sakit sudah berada di hadapan mereka saat ini."Ayo t
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Bab 239

"Tenang, tenang, Sayang. Kandunganmu baik-baik saja, dia anak yang kuat, jangan khawatir. Kata dokter kamu tidak boleh terlalu banyak beban pikiran dulu, percaya padaku kalau semuanya akan baik-baik saja, ya?" pinta Jay pada Maeva yang tak kunjung tenang. Bagaimana bisa tenang kalau dia sendiri ingat betul rasa sakit saat menghantam lantai sebelum kesadarannya benar-benar hilang. Benar dugaan dokter, Maeva pingsan karena sudah tak kuat terlalu banyak muntah."Benar kata Jay, Maeva. Tolong jangan terlalu dipikirkan lagi, toh sekarang kamu sudah ditangani dan kata dokter kamu dan kandunganmu baik-baik saja. Dirawat selama beberapa hari kurasa sangat wajar dan bukan berarti ada sesuatu yang buruk pada kandunganmu. Anggap saja di sini kamu bisa istirahat sepuasnya, ya? Aku juga tidak akan pulang sebelum kamu benar-benar sembuh," timpal Shiren ikut membantu sang adik. Maeva berpindah pelukan pada Shiren, kakak ipar yang sudah dia anggap seperti kakak pribadi saking baiknya."Aku belum be
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

Bab 240

Shiren merebahkan tubuh mungilnya di atas tubuh sang suami. Akhir-akhir ini dia mendapati banyak hal yang sangat menguras tenaga. Mulai dari Maeva, Bernard sakit, dan kemarin ibunya pulang ke kediaman mereka sesungguhnya. "Rindu ibu?" tanya Nicholas seraya mengusap lembut kepala Shiren.Shiren mengangguk, sedikit menoleh ke atas untuk melihat wajah suaminya. "Aku baru ingat di sini bukan rumah ibu sesungguhnya. Kurang lebih enam tahun ibu tinggal bersama kita, rasanya sangat berat aku mengizinkan ibu tinggal bersama Jay. Padahal, aku tahu sendiri kalau rumah itu adalah rumah ibu sesungguhnya."Meskipun sudah sangat dewasa, Shiren tetaplah sosok anak yang membutuhkan ibunya. "Tidak apa-apa, aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Ibumu ibuku juga, aku juga kehilangan tentu saja. Tapi perjalanan kita ke rumah ibu tidak terlalu lama, seminggu sekali juga tidak masalah kita datang berkunjung selagi kamu baik-baik saja." Shiren tak berkata apa-apa lagi, dia memilih memejamkan mata u
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status