Shiren merebahkan tubuh mungilnya di atas tubuh sang suami. Akhir-akhir ini dia mendapati banyak hal yang sangat menguras tenaga. Mulai dari Maeva, Bernard sakit, dan kemarin ibunya pulang ke kediaman mereka sesungguhnya. "Rindu ibu?" tanya Nicholas seraya mengusap lembut kepala Shiren.Shiren mengangguk, sedikit menoleh ke atas untuk melihat wajah suaminya. "Aku baru ingat di sini bukan rumah ibu sesungguhnya. Kurang lebih enam tahun ibu tinggal bersama kita, rasanya sangat berat aku mengizinkan ibu tinggal bersama Jay. Padahal, aku tahu sendiri kalau rumah itu adalah rumah ibu sesungguhnya."Meskipun sudah sangat dewasa, Shiren tetaplah sosok anak yang membutuhkan ibunya. "Tidak apa-apa, aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Ibumu ibuku juga, aku juga kehilangan tentu saja. Tapi perjalanan kita ke rumah ibu tidak terlalu lama, seminggu sekali juga tidak masalah kita datang berkunjung selagi kamu baik-baik saja." Shiren tak berkata apa-apa lagi, dia memilih memejamkan mata u
"Kamu tidak salah bertanya seperti itu?" tanya Shiren tak habis pikir. Dia sampai berhenti mengunyah steak lezat buatan Ken."Ya ... siapa tahu?" Nicholas mengendikkan bahu, dia juga tidak tahu mengapa tiba-tiba terpikirkan hal yang sangat konyol. "Ken sudah kuanggap adik, sama seperti Jay dan Maeva. Kamu ini ada-ada saja sampai berpikir seperti itu." Shiren hampir hilang selera mendapat tuduhan yang sangat tidak masuk akal. Untungnya Nicholas tak berbicara lagi ke hal yang lebih parah. Mungkin pria ini sadar kalau dia sangat tidak masuk akal.Di malam hari, Nicholas tampak paling semangat bermain dengan anak-anak. Energinya tersimpan full sedari siang agar malam ini bisa menghibur ketiga anaknya."Ayah, bagaimana kalau tema foto keluarga kita saat Ayah ulang tahun nanti, tema kebun binatang saja? Ayah cocok jadi singa, Ibu jadi macan, kami jadi anak-anak ayam. Sisanya mereka bebas memilih mau jadi hewan apa, bagaimana?" tanya Cleve dengan sangat antusias. Sebelum ini dia sempat berd
"Ayah! Apa yang kamu lakukan dengan Bibi ini?!" sentak Aland saat melihat ayahnya tak sengaja memegang lengan wanita lain. Wanita cantik meskipun tak secantik Shiren. "Sebentar sebentar," ucap Nicholas sambil membantu wanita yang dia tolong untuk duduk terlebih dahulu. "Ayah! Jangan dekat-dekat wanita lain selain ibu! Ayah ini sebenarnya sayang ibuku atau tidak?!" Kali ini Bernard yang bicara, dia kesal bukan main pada ayahnya yang belum juga melepaskan pegangan tangannya walau pun sudah ditegur oleh Aland."Sebentar, Sayang. Ayah sedang membantu Bibi ini," ucap Nicholas masih tergolong sabar. Pasalnya wanita muda ini tampak kesulitan berdiri dan hampir pingsan jika tidak dibantu duduk."Jangan dekat-dekat, Ayah! Kamu memgkhianati ibu! Aku akan mengadu—""Diam!" bentak Nicholas sangat marah. Dia kesal saat ketiga bocah itu tak berhenti mengomel."Kenapa kamu membentak adikku?!" teriak Aland tak kalah murka, yang dibentak sang ayah memang Cleve. Saat ini Cleve langsung terdiam dan me
Nicholas terdiam sambil memijat sejenak kepalanya yang sangat sakit. Dia sadar akan kesalahannya, sangat sadar. Tapi tidak bisakah dibicarakan besok saja?"Tidak bisa menjawab, heh? Sudah mulai bosan mengurusku dan anak-anak?" tanya Shiren semakin tak santai. Kemungkinan-kemungkinan terburuk sudah dia pikirkan. Sesak sekali."Kamu dan anak-anak salah paham, Sayang. Aku hanya menolong seseorang. Kalau pun dia bukan wanita, aku akan tetap menolongnya. Aku sadar kesalahanku sudah membentak anak-anak, aku sangat sadar. Tapi bisakah izinkan aku istirahat sekarang? Besok aku akan memcari cara meminta maaf pada mereka. Aku berjanji," jawab Nicholas meminta toleransi pada istrinya."Menolong seseorang tapi kamu tega melukai hati anak-anak? Ayah macam apa kamu ini? Secantik apa wanita itu sampai kamu tega melukai hati anak-anakku?" Shiren semakin murka, dia yang semula duduk kini berdiri dan berkacak pinggang di hadapan Nicholas. Nicholas berusaha memegang tangan Shiren agar wanita itu kembal
Pandangan Nicholas semakin berkunang, beruntungnya mobil-mobil yang biasa mengikutinya sadar kalau dia sedang tidak baik-baik saja. "Tuan, sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang. Keadaanmu sedang tidak baik-baik saja," ucap salah satu orang yang membantu Nicholaa berpindah tempat. Kemudi langsung diambil alih oleh orang tadi.Nicholas menggeleng pelan, dia mencoba mengatur napas sebelum menjawab. "Tidak perlu, langsung ke kantor saja. Nanti di sana aku akan istirahat." Nicholaa bersikeras tidak mau ke rumah sakit apalagi pulang, dia yakin tubuhnya baik-baik saja dan hanya perlu istirahat. ***Meskipun belum sepenuhnya membaik, Nicholas tetap memaksakan diri untuk datang menjemput ketiga anaknya. Bahkan, dia datang sebelum jam pulang tiba agar tidak didahului oleh Shiren. Dan saat wanita itu datang dia sudah ada lebih dulu."Tidak pakai sopir lagi?" tanya Nicholas berusaha untuk kembali lembut walau pun sejujurnya dia tidak suka Shiren mengemudi sendiri. Shiren hanya melirik sinis,
Shiren memeluk erat ketiga anaknya yang tak bisa berhenti menangisi sang ayah. Di dalam sana Nicholas belum juga membaik, serangan jantung yang pria itu alami memang bukan main-main. "Anak-anak, Ibu mohon tenang dulu, ya? Ibu tahu kalian takut, Ibu juga sama. Bisa kita berhenti menangis dulu untuk mendoakan ayah? Ibu mohon, kalian anak-anak yang kuat dan patuh, Ibu tahu kalian sangat sayang ayah. Ayo, duduk dulu di sana, kita berdoa bersama, ya?" pinta Shiren pada ketiga anaknya.Cukup sulit menenangkan ketiga anak itu sampai akhirnya mereka patuh untuk tenang walau pun masih sedikit terisak-isak. "Ibu ... ayah pasti sembuh, kan?" lirih Aland terdengar sangat serak, matanya sampai merah dan berwajah sembab. Shiren mengangguk lalu menghapus air mata anak sulungnya yang kembali menetes deras, padahal sebelumnya sudah dia hapuskan."Tentu saja, ayah sangat sayang kita 'kan? Ayah tidak mungkin tega meninggalkan kita terlalu lama, sekarang ayah sangat butuh doa kita daripada kita terlal
"Ini sudah dua hari, Sayang. Kamu tidak rindu aku? Selelah ini ya menghadapi istri tidak tahu diri sepertiku? Kamu pasti menyesal 'kan menjadikanku ibu dari anak-anakmu? Seharusnya seorang ibu yang baik aku bisa mengarahkan anak-anak untuk tidak membencimu dan membuat mereka paham akan posisimu. Tapi apa yang aku lakukan? Demi keegoisanku sendiri kamu menjadi korban, andai saat itu aku tidak egois, bebanmu tidak akan seberat ini. Sampai detik ini mungkin kamu masih berada di rumah dan bermain dengan anak-anak lagi. Mereka sangat sedih, Sayang. Mereka tidak mau makan, tidak mau sekolah, tidak mau mandi kalau kamu tidak pulang. Rumah sakit ini tidak pernah kami tinggalkan, apalagi aku, kalau bisa aku ingin berada di ruangan dingin ini dua puluh empat jam bersamamu. Sayangnya dokter tidak mengizinkan."Shiren tak peduli dia terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri, dalam hatinya dia sangat yakin kalau Nicholas mendengarkan apa yang dia katakan. Hanya saja Nicholas belum bisa me
Nicholas sadarkan diri saat Shiren dipaksa istirahat total di ruangan yang berbeda. Keduanya memaksa ingin bertemu namun dokter juga belum bisa mengabulkan. Apalagi keadaan Nicholas saat ini yang baru bisa membuka mata dan langsung memaksa ingin bertemu dengan Shiren."Anak-anakku bagaimana? Setidaknya keluarkan aku dari ruangan ini agar bisa bertemu anak-anakku," pinta Nicholas sekali lagi. Dia tahu betul anak-anak tidak boleh masuk ke dalam ruangannya saat ini. "Dua jam lagi akan kami lakukan pemeriksaan yang terakhir sebelum dipindahkan ke ruang rawat, Tuan. Kami harap selagi menunggu waktu, Tuan bisa istirahat dengan baik agar hasilnya baik dan bisa langsung dipindahkan. Kami pastikan nyonya Shiren dan anak-anak baik-baik saja, keluarga Tuan selalu ada di sini setiap hari," jelas dokter membuat Nicholas tak bisa memiliki harapan lagi untuk bertemu Shiren secepatnya. Setelah dokter keluar, rasa mengantuk Nicholas kembali datang membuat pria itu tak tahan untuk tidur. Sama halnya
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia