Home / Urban / Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa: Chapter 201 - Chapter 210

218 Chapters

201. Siapa yang Salah?

Dini terlihat tidak menggubris perkataan Rayan dan malah kembali berbicara dengan Kirana seolah dia tidak mendengar ucapan Rayan, “Kamu … sekarang bisa lihat sendiri kan siapa yang paling egois di sini? Dan siapa yang sebenarnya salah?”Rayan mengerutkan dahi dan menatap penuh kebingungan ke arah istri ayahnya itu. Tetapi, sebelum dia sempat berkomentar lagi, Dini sudah memilih untuk meninggalkan area itu dan bergabung dengan suaminya.Rayan tentu saja semakin heran dan langsung menoleh ke arah istrinya yang menatapnya dengan tatapan aneh. Rayan seketika curiga, “Kirana, apa yang dia bicarakan dengan kamu?”Kirana menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis kepada suaminya. Rayan semakin cemas karena tidak biasanya istrinya itu tidak mau menjawab pertanyaannya. “Kamu yakin dia nggak bicara apapun?”“Maksud saya … dia pasti membicarakan sesuatu. Tidak mungkin dia berbicara dengan kamu tanpa tujuan. Bicara sama saya, Sayang! Sebenarnya apa yang dia katakan sama kamu? Apa dia … membi
Read more

202. Ini yang Terakhir!

Sungguh tatapan itu terasa begitu sangat menyakitkan untuk Rayan. Dan baru kali itu dia melihat istrinya seolah-olah terluka dengan apa yang dia lakukan. Rayan tidak tahu lagi harus bagaimana, tetapi yang dia tahu dia ingin sekali langsung memeluk istrinya itu. Benar saja tangan besarnya memeluk istrinya lalu dia sambil berkata, “Maafkan saya. Saya janji ini yang terakhir kalinya saya bersikap seperti ini. Maafkan saya, Kirana.”Kirana tentu saja tidak mungkin tidak memaafkan suaminya dan dia pun membalas pelukan itu tanpa rasa canggung.“Sudah ya Mas. Aku juga minta maaf karena tadi nggak langsung jawab dan mungkin bikin kamu jadi berpikir yang tidak-tidak. Tapi sungguh … apapun yang dikatakan oleh ibu tiri kamu itu, tidak akan aku terlalu pikirkan. Aku diam dan mendengarkan dia bukan karena percaya terhadap semua yang dia katakan. Namun, ….”Kirana menghentikan perkataannya sebentar karena dia ingin melepas pelukan suaminya itu setelah sadar mereka berdua masih berada di ruang ma
Read more

203. Apa Bagusnya?

Akbar menertawakan kakaknya tetapi cepat-cepat berhenti karena tidak ingin sang kakak berubah menjadi singa yang marah. Dia lalu berkata, “Itu dia begitu karena dia itu pewaris tunggal hotel itu. Ya gimana lagi. Orang tuanya juga pasti berpikir kalau pewaris tunggal mereka harus dijaga dengan baik, makanya mereka selalu bertanya kemanapun dia pergi.”Debby tidak percaya ternyata adiknya setuju dengan cara seperti itu. Gadis muda yang berusia sama dengan Rayan dan hanya berbeda bulan tersebut menanggapi, “Ya tapi nggak seekstrem itu juga. Kamu bayangin aja kita lagi makan dan itu baru aja beberapa menit, tapi … orang tuanya sudah menelepon dia dan bertanya macam-macam. Mana bisa orang kayak gitu mandiri?”Akbar ketawa kecil dan kali ini tidak lagi membela orang yang dimaksud. Sedangkan Mita tiba-tiba berkata, “Aku … maunya sih ketemu pria kayak Mas Rayan.”Debby mengernyitkan dahi saat mendengarnya, “Apa bagusnya si Rayan?”Akbar tahu kakaknya itu meskipun kerap bertengkar dengan R
Read more

204. Makan Malam Sesungguhnya

Tetapi, kali ini Akbar yang kemudian membalas, “Menurut aku, apa yang dilakukan oleh Mas Rayan itu justru paling bisa diterima. Yah … aku tahu ini bukan sinetron yang mana biasanya seorang laki-laki mengetes seorang wanita apakah wanita itu mau menerima dirinya yang miskin.”Kini Debby memasang telinganya baik-baik untuk menjelaskan opini Akbar.Mita juga ikut tertarik mendengar penjelasan Akbar karena menurutnya sudut pandang laki-laki pasti bisa jauh lebih pas dengan Rayan. “Maksud aku, Mas Rayan pasti mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan untuk mengejar Mbak Kirana. Aku yakin dia juga pasti ingin mendapatkan seorang istri yang menerimanya tanpa melihat hartanya. Mbak Kirana bisa menerima Mas Rayan walaupun telah membohonginya juga pasti bisa melihat ketulusan Mas Rayan. Oleh sebab itu, sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Mas Rayan ataupun penerimaan Mbak Kirana masih sangat masuk akal,” jelas Akbar panjang lebar.Debby tentu saja masih tidak setuju dengan pendapat terseb
Read more

205. Kita Nggak Bisa Sembarangan!

Dini langsung tersinggung. Meskipun yang bertanya tersebut adalah putranya sendiri, dia tetap tidak suka bila caranya dianggap salah sehingga wanita itu pun langsung meletakkan piring makannya di atas meja. Arik menelan ludah dan sadar bila ibunya sudah pasti sedang marah terhadapnya. Tetapi, dia tidak bisa mundur begitu saja karena misinya harus benar-benar terlaksana dan tidak boleh ada kesalahan di dalamnya.Jika sampai ada kesalahan, dia bukannya akan mendapatkan sesuatu dari keluarga Antara justru masalah yang akan dia hadapi. Maka, walaupun ibunya marah terhadapnya dia hanya mencoba untuk tetap fokus terhadap misinya. “Ma, kita nggak bisa sembarangan. Makanya Arik tanya sama mama, apa yang sebenarnya tadi Mama katakan pada Kirana?” Arik bertanya dengan nada yang jauh lebih halus seakan mencoba untuk membuat ibunya menjadi jauh lebih tenang. Sesuai dugaan Arik, Dini pun melembut dan melunak seakan dia juga sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan yang membuat rencana putra
Read more

206. Kamu Pikir Mama Nggak Tahu?

Bersamaan dengan Arik yang sedang memikirkan masalah untuk menghancurkan Rayan, saudara tirinya itu, Farid, sang ayah tiri sedang berbicara dengan ibunya. “Kamu tetap melanjutkan pernikahan kamu dengan wanita itu?” Lastri bertanya pada putra sulungnya. Farid menoleh kepada ibunya dan kemudian menjawab, “Aku tahu, Ma Dini memang memiliki banyak sekali kekurangan, tapi … Percayalah sebenarnya dia itu adalah wanita yang baik.”Mendengar ucapan putranya itu Lastri malah tertawa pelan. Raji, sang suami yang duduk di kursi roda di sampingnya hanya bisa terdiam seraya tetap mendengarkan percakapan istri dan putranya. Farid pun juga langsung tahu bahwa ibunya tidak setuju dengan perkataannya. “Wanita yang baik tidak akan mungkin masuk ke dalam rumah tangga orang lain,” kata Lastri.“Ma ….”Lastri mendengus, “Kamu pikir Mama nggak tahu? Wanita itu sudah hadir di kehidupan kamu sebelum Nuril meninggal.”Farid tersentak kaget karena dia mengira tidak ada orang yang tahu mengenai masalah itu
Read more

207. Racun dalam Keluarga

“Ya Tuhan, Farid. Mengapa kamu begitu sangat bodoh?” Lastri berkata dengan ada jengkel pada putranya. Farid terdiam.Dikarenakan Lastri tidak mau putranya itu semakin tidak tahu caranya bagaimana mengontrol keluarganya, wanita tua itu pun berkata, “Sudah terlalu jelas semuanya. Kamu juga pasti tahu bagaimana Arik dan istri baru kamu itu mencoba untuk menjatuhkan Rayan di depan semua orang.”“Tidak perlu untuk menyelidiki apapun untuk tahu bahwa Arik sangat iri pada putra kandungmu itu, sedangkan Dini tentu saja ingin putranya yang jauh lebih diakui dibandingkan dengan Rayan,” tambah Lastri.Farid mengernyitkan dahi saat mendengar ucapan ibunya, “Tapi sebelumnya aku sudah bilang pada mereka kalau Rayan tetap akan menjadi prioritas utamaku. Makanya aku selalu membela Rayan dibandingkan dengan Arik.”Lastri menggelengkan kepalanya dan sadar bila putranya memang sangat bodoh. “Ya karena itulah keinginan anak tiri dan istri kamu itu semakin besar. Mereka berdua pasti tidak rela dengan ap
Read more

208. Apa Perlu?

Tidak mau membuat suaminya cemas, Kirana pun segera menjawab, “Nggak kok, Mas.”“Nggak apanya? Kamu aja tadi kelihatannya Lagi mikirin sesuatu kok,” balas Rayan yang terdengar sama sekali tidak percaya dengan jawaban istrinya. Kirana memilih untuk tersenyum lembut kepada suaminya dan mengambil sebuah jawaban lain, “Mas, aku cuman penasaran nanti seperti apa tempat tinggal kita.”Mendengar hal itu, Debby sontak cepat-cepat berkata, “Ya udah, sana pergi!”Debby memang sengaja mengusir sepasang suami istri itu karena dia juga tahu bahwa Kirana pasti sudah sangat lelah. Terlebih lagi wanita itu baru saja mengetahui fakta besar mengenai suaminya dan juga diperkenalkan ke keluarga besar sang suami yang memiliki sifat beraneka ragam.Sudah tentu tidak hanya fisiknya yang lelah tetapi juga otaknya dan juga mentalnya yang pasti sama lelahnya.“Hati-hati ya Mas, Mbak,” kata Mita dengan senyuman tulus. Akbar menepuk bahu sepupunya dia juga tersenyum pada Kirana sesaat sebelum dua anak muda it
Read more

209. Ada Apa Memangnya?

Secepatnya Rayan menjawab tanpa berpikir panjang, “Kenapa, Sayang? Apa kamu tidak suka?”Kirana segera menjawab agar suaminya tidak salah paham, “Mas, bukan seperti itu. Aku … bukannya tidak suka, tapi aku hanya merasa sedikit agak tidak nyaman.”Rayan mengernyitkan dahi, “Kenapa tidak nyaman? Saya pikir kamu akan senang karena kau bisa sedikit lebih bersantai dan tidak terlalu memikirkan masalah pekerjaan rumah.”Kirana menggigit bibir bawahnya, “Mas, justru kalau seperti itu aku malah merasa agak aneh.”Dia mencoba untuk memikirkan bahasa yang jauh lebih mudah agar suaminya tidak merasa bahwa semua yang dia lakukan sia-sia. Wanita itu pun kemudian dengan sangat berhati-hati berbicara, “Kamu kan tahu aku terbiasa melakukan hal apapun sendiri dan selama ini aku sama sekali tidak merasa terbebani ataupun tertekan dengan semua hal yang aku lakukan termasuk ketika sudah menikah dengan kamu. Aku tahu … kamu berniat ingin membuatku merasa lebih nyaman dan tidak lelah, tapi … justru itu ma
Read more

210. Bukan Pendendam

Rayan sontak menoleh ke arah istrinya yang terlihat terkejut dengan perkataannya. Sesungguhnya dia sangat maklum dikarenakan istrinya pasti sedikit agak kebingungan tentang rencananya yang tiba-tiba.“Sayang, sebenarnya Mas mau memberi … uang sejumlah yang dulu Bapak minta,” jelas Rayan.Kirana menelan ludah dan tidak menyangka bila ternyata jawabannya seperti itu. Dia pikir Rayan ingin pergi ke rumah kedua orang tuanya dikarenakan memberitahu mereka tentang identitas rakyat yang sebenarnya. Sesungguhnya dia sama sekali tidak keberatan tetapi dia hanya berpikir jika sampai kedua orang tuanya mengetahui latar belakang Rayan yang asli, maka kemungkinan besar orang tuanya tersebut akan mencoba untuk memanfaatkan Rayan. Dia tidak ingin hal itu terjadi dan merasa telah cukup membuat Rayan kesusahan karena sikap kedua orang tuanya.“Mas pikir lebih baik Mas kasih uang itu untuk satu bulan sehingga Mas tidak perlu memikirkannya lagi,” jelas Rayan.Kirana langsung saja menanggapi, “Tapi,
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status