Home / Pernikahan / Wanita Simpanan CEO / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Wanita Simpanan CEO: Chapter 61 - Chapter 70

74 Chapters

[61] Tunggu sampai Lahir

“Kamu baik-baik saja, sayang?”Qiana yang sejak tadi dia pun langsung mengalihkan pandangan. Manik matanya menatap ke arah sang Mama yang tampak khawatir. Dengan tenang, Qiana menarik kedua sudut bibir dan membentuk senyum manis. Sebelah tangannya meraih tangan sama mama dan menggenggam erat. “Aku baik-baik saja, Ma. Tapi aku benar-benar meminta maaf karena tidak bisa mengontrol emosi. Ucapan mamanya James membuat kesabaranku habis. Aku sudah menahan cukup lama, mencoba diam dan tidak mempedulikan, tapi nyatanya mamanya James malah semakin menjadi-jadi. Dia tidak berpikir mengenai perasaan Mama sama sekali. Hal di sini bukan mama dan papa yang salah. Saya mendidikku dengan benar, tapi aku yang melakukan kesalahan. Jadi, aku tidak terima kalau kalian dihina,” kata Qiana dengan suara lembut. Siska yang merasa tersentuh pun mengulurkan sebelah tangan dan mengelus pipi putrinya lembut. Dia berkata, “Kamu tidak perlu memikirkan apa yang dia katakan, Sayang. Biarkan saja.”“Tap—”“Tidak a
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

[62] Akan Memenangkan Hak Asuh

Deolinda berada di kamar, berjalan ke sana-sini. Dia merasa tidak tenang karena sang mertua yang sepertinya mulia percaya dengan ucapan Qiana. Dia takut kalau sampai Ishana tidak lagi percaya dengan perkataannya. Pasalnya hanya Ishana yang bisa membantu dirinya. Tidak akan ada yang berpihak lagi kalau sang mertua mulai meragukannya. Selain itu, kalau Ishana mulai percaya dan goyah, tidak ada lagi yang membantunya menekan Qiana. Deolinda yang merasa sudah sangat bingung pun menghentikan langkah. Dia memilih duduk di sofa. Dengan tenan, dia menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dia tidak boleh terlalu cemas. Dia harus benar-benar tenang dan mencari solusi untuk masalahnya kali ini. Hingga sebuah pikiran melintas dalam benaknya, membuat Deolinda mengulas senyum lebar.“Aku harus gunakan Alvan,” gumam Deolinda. Dia segera mengambil tas dan bangkit.Tepat saat itu, pintu kamar terbuka. Deolinda yang terkejut pun mengalihkan pandangan, menatap ke arah sang mertua yang baru saja membuk
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

[63] Menunggumu

Alvan terdiam dengan kening berkerut dalam. Dia menatap ke arah ponsel dengan layar yang sudah mati. Dia merasa aneh karena baru saja Deolinda menelpon dirinya, meminta hal yang menurutnya aneh. Bukan ke aneh, tetapi gila. Pasalnya Deolinda meminta hal yang begitu sulit dilakukan. Setidaknya dia membutuhkan waktu untuk melakukannya. Hingga Alvan meletakkan ponsel dan mendesah kasra.“Kenapa dia seenaknya sendiri? Menyuruh melakukan ini dan itu. Dia pikir dia siapa? Kalau bukan untuk mendapatkan Qiana, aku gak akan mau kerjasama dengan dia,” gumam Alvan dengan wajah masam.Alvan menutup mata secara perlahan. Sekarang dia kembali dibuat bingung karena perintah Deolinda. Dia memang mau mendapatkan Qiana, memisahkan mantan kekasihnya itu dengan James, tetapi dia tidak mungkin melakukannya secara instan. James pasti memberikan pengawasan yang ketat untuk Qiana. Dia cukup tahu seperti apa James dan seberapa besar kekuatan pria itu. Kalau dia sampai berbuat salah, bukan Cuma dia yang akan me
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

[64] Tidak Berniat Pisah

“Apa yang mau kamu katakan denganku, Qiana?” tanya James dengan raut wajah serius. Sejak Qiana mengajaknya berbicara empat mata, dia merasa penasaran. Pasalnya Qiana selalu saja menolak saat dia mengajaknya berbicara berdua. Jangankan berbicara, duduk berdua saja Qiana enggan.Qiana mendongakkan kepala. Sejak tadi dia diam dengan perasaan tidak karuan. Rasanya benar-benar bingung harus memulai darimana. Padahal seharian ini dia sudah memutuskan hal tersebut, tetapi tetap saja rasanya berat saat James sudah sampai di depannya. Dia seperti kembali merasa ragu, takut kalau James akan mengingkarinya.“Qiana, kalau kamu memang belum siap mengatakannya, mungkin lain kali saja,” kata James saat melihat keraguan di mata Qiana.Qiana yang kembali ditanya pun menarik napas dalam dan membuang perlahan. Beberapa kali dia melakukannya, berusaha meyakinkan diri untuk semua keputusan yang diambilnya. Hingga dia yang sudah yakin pun berkata, “James, kamu tidak mau menceraikanku, kan? Mulai sekarang a
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

[65] Perlakukan Dia dengan Baik

Deolinda menuruni satu per satu anak tangga dengan langkah anggun. Bibirnya mengulas senyum manis yang menunjukkan kelembutan. Sebelah tangannya memegang tas kerja. Manik matanya menatap ke arah sang mertua yang sudah ada di meja makan.“Selamat pagi, Ma,” sapa Deolinda.Ishana yang mendengar hal itu pun mendongakkan kepala. Kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk senyum manis. Sejak tadi dia fokus dengan ponsel, membuatnya tudak memperhatikan kedatangan Deolinda sama sekali.“Mama lagi sibuk apa? Kelihatannya kok serius banget.” Deolinda meletakkan tas di meja dan menatap ke arah Ishana.Namun, Ishana tidak langsung menjawab. Dia terdiam dengan wajah berpikir. Ada hal yang tidak ingin dikatakannya dengan Deolinda, membuat Ishana menjawab, “Mama lagi lihat harga saham saja, Sayang.”“Ayo kita sarapan. Hari ini kamu harus kerja lagi, kan? Jadi, kamu harus semangat dan kuat,” kata Ishana sembari meletakkan secentong nasi di piring Ishana.Deolinda yang merasa kalau sang mertua tampak a
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

[66] Memilih Menurut

Hening. James yang mendengar hal itu pun diam. Permintaan sang mama benar-benar sulit. Dia sendiri tidak yakin bisa melakukannya. Pasalnya dia begitu membenci Deolinda. Sedangkan Qiana juga membutuhkan dirinya. Dia tidak mungkin meninggalkan istrinya yang tengah mengandung. Kali ini, sang mama benar-benar memberikan keputusan yang menurutnya sulit.“Bagaimana, James? Kamu sepakat?” tanya Ishana dengan tatapan mengamati.Sejenak, James hanya diam dan tidak mengatakan apa pun. Dia memperhatikan sang mama lekat. Terlihat jelas sekali senyum sinis di bibir sang mama yang menandakan kemenangan. Hingga James yang sudah membuat keputusan membuang napas lirih dan berkata, “Aku bisa tinggal dengan Deolinda, memperlakukannya dengan baik. Tapi kalau aku tidak datang ke rumah Qiana, aku tidak bisa.”Seketika, kedua mata Ishana melebar. Rahangnya mengeras dengan kedua tangan mengepal. Tanpa sadar, dia bangkit dan berkata, “James, mama hanya meminta kamu tidak ke rumahnya lagi. Apa sesulit itu? Ter
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

[67] Bukti Perselingkuhan

“Aww,” desis Alvan dengan wajah menahan sakit.Qiana yang mendengar hal itu pun menatap ke arah Alvan dengan wajah memelas. Dia merasa kasihan dengan pria yang baru saja mendapatkan tamparan dari sang mama. Padahal saat di dalam tadi dia pikir mamanya tidak akan melakukan hal semacam ini. Ya, Qiana tahu Alvan datang, tetapi tidak pernah terpikir kalau sang mama akan mengamuk dengannya. Bagaimanapun mamanya pernah sesayang itu dengan Alvan.“Maafin Mama ya, Alvan. Aku yakin, Mama gak sengaja tadi,” ucap Qiana. Dia benar-benar tidak enak hati atas semua yang dilakukan mamanya. Dia dan Alvan memang berpisah dengan cara yang buruk, tetapi dia sudah memaafkan semuanya. Dia sudah ikhlas dengan semua yang terjadi.Alvan yang mendengar pun tersenyum kecil dan menganggukkan kepala. Dia menyahut, “Gak masalah, Qiana. Aku juga tahu alasan Tante Siska marah. Dia pasti kesal karena anaknya dulu aku permainkan. Maaf untuk semua, Qiana.”Qiana hanya tersenyum tipis saat mendengar apa yang Alvan kata
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

[68] Memercayaimu Sepenuhnya

Alvan turun dari mobil dan melangkah ke arah perusahaan. Hari ini dia cukup puas. Langkah pertamanya untuk memisahkan Qiana dan James pasti akan berhasil. Dia benar-benar begitu percaya diri dan yakin bisa mendapatkan Qiana lagi. Bagaimanapun dia pernah bersama dengan Qiana dan dia cukup tahu apa yang akan dilakukan untuk mendapatkan hati wanita itu.Alvan terus melangkah dan berhenti saat berada di depan lift. Dia menunggu, tetapi tidak terlalu lama, pintu terbuka. Dia pun segera masuk. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana dan memasang raut wajah sinis. Hingga pintu lift kembali terbuka, membuat Alvan segera keluar. Tujuannya kali ini ada ruang kerja yang terletak di ujung.Alvan yang sudah sampai di ruangan pun membuka dengan tenang sembari berkata, “Lihat saja. Aku pasti bisa mengalahkan egonya.”“Ego siapa?”Alvan menghentikan langkah dan langsung mengalihkan pandangan. Dia menatap ke asal suara, dimana Jessica sudah duduk di sofa. Wanita itu menyilangkan kaki. Kepalanya dimi
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

[69] Tidur di Kamar yang Sama

Hening. Qiana hanya diam, menatap ke arah langit kamar dengan raut wajah berpikir. Dia masih mengingat semua ucapan James padanya. Ada perasaan berbeda setiap kali dia mengingatnya. Pasalnya dia tidak pernah mempercayai pria itu sama sekali. Qiana bahkan selalu bertingkah buruk dengan James, tetapi pria itu masih begitu percaya dengannya.Apakah menjauh dan memusuhi James bukanlah hal yang benar? Qiana mulai memikirkan hal tersebut. Dia mulai merasa kalau semua perlakuannya dengan sang suami adalah salah. Pikirannya benar-benar semakin kacau sejak beberapa menit yang lalu. Qiana merasa kalau dia tidak bisa berpikir dengan benar. Hingga pintu kamar mandi terbuka, membuat Qiana mengalihkan pandangan.Deg.Qiana yang melihat James sudah keluar kamar mandi pun hanya diam. Mulutnya setengah terbuka saat melihat sang suami yang tidak mengenakan pakaian. Kali ini James hanya menggunakan celana panjang dan membiarkan bagian dadanya terbuka. Otot yang terbentuk sempurna membuat Qiana menelan s
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

[70] Sedikit Lebih Dekat

Qiana menyembunyikan dalam wajahnya di dalam bantal. Dia merasakan kenyamanan saat mendekap benda yang selalu menemaninya tidur, tetapi entah kenapa kalau kali ini dia merasa jauh lebih nyaman. Dia seakan enggan meninggalkan tersebut dan malah mendekap semakin erat. Bau maskulin yang melekat membuat Qiana enggan meninggalkannya. Belum lagi elusan lembut di bagian punggung yang semakin menambah rasa nyamannya.Sejenak, Qiana menikmati semua hal tersebut. Dia bahkan terus mengusel masuk, berusaha mencari titik ternyaman yang enggan untuk ditinggalkan. Sampai dia yang mulai kembali meraih kesadarannya pun terdiam. Wanita itu mencoba mengingat semuanya. Dia yang tengah mendekap guling, tetapi kenapa merasakan elusan? Dengan cepat, Qiana membuka mata dan mendongakkan kepala. Tepat saat itu, Qiana melebarkan kedua mata.‘Astaga,’ batin Qiana.“Pagi,” sapa James.Qiana yang menyadari kalau sejak tadi bukan bantal guling yang didekap pun semakin diam. Mulutnya tertutup dengan raut wajah kaku.
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status