Home / Romansa / Dua Pengacara Jatuh Cinta / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dua Pengacara Jatuh Cinta: Chapter 41 - Chapter 50

71 Chapters

Bab 41. Mati Lampu

Kunci mobil yang baru saja dilempar oleh Zayn tergeletak begitu saja di atas meja ruang tamu. Sementara tubuhnya telah terhempas di sandaran sofa dengan kedua mata terpejam. Hatinya mulai resah, apakah Milly pulang dengan selamat?“Buat apa aku memikirkannya. Tidak ada urusannya denganku.” Zayn terus berusaha untuk menampik pikirannya dan berusaha untuk tidak peduli. Lagi pula Milly bukan anak kecil yang tidak bisa pulang sendiri. Dia bisa dengan mudah memesan taksi atau bus. Belum terlalu malam untuk menggunakan transportasi publik.Namun tetap saja hatinya sedikit resah. Berkali-kali dia melirik ponselnya dan berniat untuk menghubungi Milly lagi, tapi berkali-kali juga dia menarik tangannya dan memutuskan untuk tidak melanggar apa yang telah ditetepkan.Selepas mandi, Zayn memilih untuk mulai mempelajari informasi dari kasus Scott Willy yang telah dikirim oleh Vivian. Zayn menghela napasnya sebelum kembali memeriksa dokumen yang berada di iPad-nya. Sekarang dia paham kenapa Vivian b
Read more

Bab 42. Sampai Kapan Mau Menghindar?

“Tidak!”Tanpa basa-basi, Zayn menolak permintaan Milly untuk tidur di apartemennya. Namun jawabannya itu tidak membuat Milly putus asa. Dia terus mendekat pada Zayn dan memohon agar keinginannya dikabulkan.“Please, untuk malam ini saja. Aku akan tidur dengan tenang di sofamu. Ya?” pinta Milly penuh permohonan.Zayn semakin menjauhkan dirinya dari Milly. “Tidak akan. Tidur saja dengan tenang di sini. Kau bisa menyalakan lampu senter dari ponselmu, dan anggaplah tidak terjadi apa-apa dengan listrikmu, kemudian tidur yang nyenyak. Aku pergi.”Milly menarik tangan Zayn, dan kembali menunjukkan wajah memelas. “Kau boleh mengatakan aku takut, terserah, aku tidak peduli, tapi izinkan aku untuk menumpang di tempatmu sekali ini saja, please…”“Berarti kau mengakui kalau takut?” seringai tipis tergambar di wajah tampannya.Meskipun Milly kesal melihat ekspresi menyebalkan itu, tapi dia harus bertahan karena sejujurnya dia memang tidak bisa tidur sendirian di tempat gelap. “Seperti yang sudah
Read more

Bab 43. Sikap Ramah Zayn dan Kegusaran Milly

Kedua mata Milly membulat saat mendengar ucapan Zayn. Bagaimana bisa dia tidak terganggu dengan kejadian semalam sedangkan itu adalah ciuman pertama Milly yang terenggut dengan oleh Zayn. Bayangannya tentang sebuah ciuman pertama yang harus dalam kondisi romantis bersama dengan orang yang dicintainya pada akhirnya melayang begitu saja.Melihat wajah Milly yang masih menatapnya dengan garang, membuat Zayn semakin tergerak untuk terus mendesak Milly, “Jangan bilang kau terbawa perasaan hanya karena ciuman itu?” tuduhnya.Milly semakin mendelik mendengar tuduhan dari Zayn. Kata ciuman pertama mendadak menjadi topik pembicaraan yang terasa sangat sensitif baginya. “Siapa bilang? Aku bahkan tidak terpengaruh sedikit pun dengan hal itu!”Milly berhasil meloloskan diri dari Zayn setelah mengelak. Sementra Zayn yang membiarkannya untuk lolos hanya menatapnya tajam dan masih merasa kesal karena respon dari Milly. Langkah gadis itu terlihat buru-buru saat menjangkau pintu ruangan. Situasi ini m
Read more

Bab 44. Lembur untuk Menemukan Petunjuk

Rey menoleh sekilas pada Milly yang bahkan tidak menyadari kehadirannya. “Kenapa? Kau cemburu melihat kedekatan mereka?”Sontak, Milly menoleh cepat dan melotot mendengar pertanyaan Rey. “Aku? Cemburu? Omong kosong! Memikirkan hal seperti itu tidak pernah terlintas di dalam pikiranku!”Mendengar elakan Milly yang bernada satu tingkat lebih tinggi dari biasanya, membuat Rey terkekeh. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, kemudian dia melihat ke arah yang sama dengan Milly.“Tidak perlu ditutupi. Jika suka katakan saja suka, tidak perlu gengsi. Kalaupun kau suka juga tidak apa-apa. Zayn sepertinya juga tertarik padamu. Terlihat dari cara dia memperlakukanmu. Masuklah, Zayn akan marah jika kita tidak fokus pada penyelidikan.” Rey berbalik, dan kembali masuk ke dalam rumah.Milly masih termenung sambil menatap pada Rey yang telah menjauh. Sejauh ini sudah ada dua orang yang mengatakan kalau Zayn tertarik padanya. Pertama Zeus, lalu kini Rey juga mengatakan hal yang sama. Namun,
Read more

Bab 45. Kau Tidak Dibutuhkan

Milly berhasil membuat Zayn terlonjak. Meskipun dia sedikit terkejut karena teriakan tiba-tiba dari Milly, tapi pria itu bisa dengan cepat mengontrol kesadarannya dan langsung mendekat pada Milly.“Apa yang kau temukan?” tanya Zayn cepat dan tidak sabar.Milly menoleh pada Zayn dengan wajah antusiasnya, lalu menunjuk pada layar laptop. “Lihat ini, di jam yang jaraknya tidak jauh dari jam kematian Scott, ada seorang pria yang keluar dari rumahnya. Gerak-geriknya terlihat sangat mencurigakan, bukan?”Zayn lebih mendekat untuk melihat rekaman pria itu.“Aku juga telah mengikuti jejaknya dari rekaman CCTV yang lain,” imbuh Milly lagi. “Lihat, dia naik taksi di depan rumah yang berjarak tiga sampai empat rumah dari kediaman Scott. Kemungkinan besar dia bukan warga kompleks. Selain itu, rekaman CCTV yang berada di titik itu juga menangkap nomor plat taksi yang ditumpangi pria itu.” Kemudian Milly membiarkan Zayn untuk memeriksa rekaman itu sampai selesai. Letih yang tadi sempat dia rasakan
Read more

Bab 46. Pembobolan Ilegal

“Blue Corner? Kita akan ke sana?” Rey mengikuti Zayn ke pakiran, tempat mobilnya terpakir seusai jam kerja.“Ada hal yang harus kita lakukan di sana.” Zayn menjawab sambil menekan tombol kunci dari remote mobil key-less miliknya.Rey membuka pintu penumpang, dan duduk di sana sambil tetap menatap Zayn. “Apa itu? Bersenang-senang?”“Katakanlah begitu. Mari kita bersenang-senang,” balas Zayn datar dengan raut wajah tanpa ekspresi.Bunyi klik dari sabuk pengaman milik Rey terdengar bersamaan dengan deru halus mesin mobil. Tanpa menunggu lama, Zayn segera melajukan mobilnya menuju bar milik Jace. Zayn mengemudi dengan kecepatan penuh agar segera tiba sampai tujuan dengan cepat.Sesampainya di sana, keduanya segera bertemu dengan Jace di meja VIP yang berada di lantai dua. Aroma alkohol menguar, membuat pengar hidung Zayn dan Rey. Kilatan lampu sorot di tempat dengan pengaturan cahaya remang senada dengan dentuman musik DJ yang memekakkan telinga.Jika diingat lagi, terakhir kali Zayn ke t
Read more

Bab 47. Sandiwara Kriminal

“Kau Menemukannya?” tanya Rey setelah hampir setengah jam menggeledah rumah itu.Zayn menggeleng. “Tidak ada bukti apa pun yang merujuk pada kasus Scott.” Tangannya menutup laci terakhir yang baru saja selesai diperiksa.“Bisa jadi dia memang tidak ada kaitannya dengan kasus itu.” Rey memberikan pendapatnya sambil memungut barang-barang yang berserakan karena penggeledahan ilegal ini.Zayn terdiam, lalu mengedarkan pandangannya pada sekeliling. Pria itu sepertinya memang tidak ada sangkut pautnya dengan kasus Scott, tapi dia harus memastikan sesuatu. Terlebih lagi, Zayn tidak akan meloloskan pria berengsek seperti ini.“Rey, potret foto-foto tidak pantas di papan itu untuk dijadikan bukti.” Zayn menoleh pada Rey yang masih berada di ruang sebelah.Rey melongok, merogoh ponsel di sakunya dan mulai memotret semua foto tidak pantas yang sebagian menempel pada dinding, dan beberapa yang berserakan di atas meja.“Oke, bukti sudah diamankan,” ucap Reyyakin.“Hold on, bukti apa? Bukankah kau
Read more

Bab 48. Penyelidikan Milly

Sepuluh menit sebelum meeting bersama tim lain untuk membahas kasus lainnya, Zayn sudah menyiapkan semua bahan yang dijadikan acuan untuk pembahasa meeting, dan bersiap untuk keluar ruangan ketika Milly tiba-tiba masuk dengan raut serius di wajahnya.“Aku sibuk, jika kau mau membahas sesuatu, nanti saja setelah aku selesai meeting bersama dengan tim lain.” Zayn mendongak, menatap Milly dari kursinya.Milly menyerahkan sebuah surat padanya. “Tidak lama, aku hanya ingin mengajukan untuk penggantian mentor dan keluar dari tim milikmu, untuk dipindah ke tim yang lain.”Zayn menerima surat itu dengan sebelah alisnya yang terangkat. “Apa alasan kau mengajukan surat pemindahan ini? Apa karena masalah kemarin?”Milly yang merasa benar, dengan berani menatap lurus pada kedua mata Zayn. “Aku menjadi pengacara untuk menaati aturan, bukan untuk melanggarnya. Kejadian kemarin, sangat di luar batas dari toleransiku terhadap melanggar aturan.”Zayn mendengkus, disertai dengan tawa kecil yang terdeng
Read more

Bab 49. Milly Menghilang  

Koper besar yang selalu dipakai Zayn untuk berpergian terlihat di sudut ruangan apartemennya. Pria itu baru sampai dari perjalanannya ke luar negeri. Aroma kopi yang menguar memenuhi area dapurnya yang selalu tampak bersih. Perjalanan yang melelahkan, dia butuh asupan kafein untuk membuatnya tetap bugar.Hari ini masih masuk dalam off day nya. Perjalanan yang panjang dan tekanan udara di dalam pesawat selalu membuatnya sakit kepala. Alih-alih mengonsumsi obat anti nyeri, dia lebih memilih untuk membuat dirinya kecanduan dalam kopi.Bukankah yang alami lebih baik daripada obat kimia? Setidaknya, begitulah teori sederhana dari seorang pengacara ternama untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya.Secangkir kopi yang masih mengepul di cangkir hitam segera Zayn bawa ke ruang tengah. Saat dia baru duduk setelah menyesap kopinya sambil berjalan, ponselnya berdering. Matanya melirik ke layar, nama Rey terlihat sedang mencoba untuk menghubunginya.“Zayn!” Rey langsung berseru saat Zayn menerima
Read more

Bab 50. Benar Kau Pelakunya!

Aroma tanah yang lembap menyeruak ke rongga hidung Milly saat gadis itu mengerjap dan sedikit mengerang karena kepalanya terasa berat. Masih mencoba untuk membaca situasi, dia jsutru dikejutkan karena di sekelilingnya hanya terlihat tanah.Milly mendongak, sial! Saat ini dirinya telah berada di sebuah liang yang terlihat seperti semua makam. Terakhir kali hal yang diingat adalah, dia datang ke rumah pria yang menjadi tersangka utama pembunuhan Scott. Saat dia akan menekan bel rumah, dari arah belakang tiba-tiba ada sesuatu yang menghantam tengkuk kepalanya sampai dia pingsan. Namun, kenapa sekarang dia berada di sini?“Tolong!” teriak Milly panik, saat dia sadar bahwa tangan dan kakinya terikat.“Apakah ada seseorang di atas sana? Tolong aku!” teriak Milly lagi meminta pertolongan.Tidak ada jawaban sama sekali. Suasana terlalu hening bagi kota besar Manhattan. Firasat Milly mengatakan dia tidak berada di kota. Aroma yang dia hirup seperti aroma hutan yang basah. Beberapa burung juga
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status