Home / Romansa / Dua Pengacara Jatuh Cinta / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dua Pengacara Jatuh Cinta: Chapter 31 - Chapter 40

71 Chapters

Bab 31. Ancaman Zayn

Milly jatuh pingsan. Beruntung tangan Zayn masih sempat untuk menangkap kepala gadis itu agar tidak terbentur di lantai. Tampak terlihat jelas kepanikan di wajah Zayn. Panik yang tidak bisa tertutupi lagi.“Milly? Milly?” Zayn berusaha membangunkan Milly yang sekarang sudah jatuh pingsan, tapi sayangnya gadis itu tak kunjung membuka mata.“Shit!” Zayn mengumpat pelan, dan langsung menggendong Milly, membawa gadis itu turun.Setibanya di depan mobil, Zayn mendudukkan Milly di kursi mobil. Posisi kursi juga telah diatur agar Milly bisa nyaman dalam posisi berbaring. Sedikit berlari, Zayn memutari mobil dan segera duduk di belakang kemudi.Mesin mobil telah dihidupkan, tapi Zayn tidak segera menginjak pedal gasnya. Dia lebih dulu untuk menghubungi klien dan meminta maaf karena harus mengundur jadwal pertemuannya secara mendadak.Beruntung karena dia adalah seorang Zayn. Meskipun hal seperti ini—membatalkan janji secara mendadak—biasanya tidak bisa ditoleransi, tapi klien mengatakan tidak
Read more

Bab 32. Berita Buruk dari Kepolisian

Zayn menoleh cepat dari fokusnya di depan laptop saat bel apartemennya berbunyi. Dari layar interkom, terlihat kurir makanan yang mengantarkan pesanan makanannya. Zayn segera membuka pintu, lalu menerima goodie bag berisi makanan, dan menatanya di meja makan. Tepat saat dia selesai menata semua makanan, Milly keluar dari kamar sambil menenteng tasnya. Alis Zayn bertaut, matanya menatap heran pada Milly.“Mau ke mana?” tanya Zayn dingin.“Kembali ke unitku sendiri. Aku sudah merasa baik-baik saja, perutku juga sudah tidak sakit.” Milly mencoba meyakinkan Zayn bahwa dirinya telah melewati masa sakitnya.Zayn masih menatap Milly, kemudian menunjuk ke kursi makan di depannya. “Makan dulu sebelum pergi.”Milly melihat berbagai macam jenis makanan yang sudah tertata di meja. Pasti Zayn telah menyiapkannya dari tadi. Jika Milly menolak, sama saja dia tidak menghargai usaha pria itu. Akhirnya, Milly menurut dan duduk dengan tenang di kursi yang tadi ditunjuk Zayn.“Terima kasih karena telah m
Read more

Bab 33. Tantangan Milly pada Zayn

Setiba di firma, Milly langsung menuju ke ruangan Zayn tanpa mengetuk pintu. Zayn yang sedang menerima telepon dari klien, hanya bisa menatap tajam pada Milly. Jelas dia terkejut, tapi dia dalam keadaan tidak bisa berkomentar. Sementara Milly, walaupun saat ini dia sangat marah, tapi dia masih ingat dan sadar tentang sopan santun.Milly berdiri di tengah ruangan, menunggu Zay selesai dengan urusannya, sambil terus menatap kesal pada pria itu. Sikap Zayn kemarin, terasa seperti sedang mempermainkan dan menusuknya dari belakang.Beberapa saat kemudian, Zayn selesai dengan teleponnya bersama klien. Masih dengan tatapan heran, dia menghampiri Milly yang masih berdiri sambil menatapnya tajam.“Apa karena kau sakit, jadi lupa caranya sopan santun? Main masuk ke ruangan orang lain tanpa mengetuk pintu! Bukankah sudah kubilang kau istirahat saja di apartemen? Kenapa datang kemari?!” serangan pertanyaan meluncur dari Zayn.Milly mendengkus. Dia bahkan tidak menurunkan tatapan tajamnya pada Zay
Read more

Bab 34. Mengumpulkan Bukti

“Kau harus menghabiskan semuanya sebelum pergi,” ucap Zayn lagi sambil terus meniup bubur.Tidak menjawab, Milly hanya menatap Zayn dan menarik mangkuk buburnya. “Aku akan makan sendiri dan akan kuhabiskan.”Zayn mengangguk, membiarkan Milly mendinginkan buburnya sendiri, tapi tetap mengawasi dan memastikan gadis itu menghabiskan makanannya. Selang beberapa menit kemudian—ketika buburnya telah habis, Milly bergegas untuk pergi.“Kapan kau akan mulai mencari bukti?” tanya Zayn, tepat ketika Milly berdiri. “Perlu bantuan untuk mencari?”Milly menghela napasnya kasar, rasa marahnya pada Zayn belum mereda. Pertanyaan itu justru membuat dadanya semakin terbakar. “Aku tidak membutuhkan bantuan darimu. Aku bisa mengurus masalahku sendiri!” Nada sinis terdengar dari ucapannya.“Baiklah, aku tidak akan mengganggumu—” Milly berbalik tanpa menunggu kalimat Zayn selesai.Zayn menatap dingin punggung Milly yang mulai lenyap dari pandangannya. “Gadis itu benar-benar keras kepala. Dia susah sekali u
Read more

Bab 35. Kenyataan yang Terungkap

“Apa yang kalian lakukan di sini?” Cathy mengerutkan keningnya, dengan kedua tangan berkacak pinggang dan menatap Zayn serta Milly dengan sorot curiga.Milly mematung di belakang Zayn dengan raut wajah yang menunjukkan jelas kepanikan. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat, saat Zayn tiba-tiba menjawab dengan tegas.“Kami ingin melihat sendiri kondisi tempat kejadian perkara seperti apa, dan ini semua ideku.” Zayn menjawab tegas.“Idemu?” Kedua alis Cathy bertaut. “Bukankah kalian harus mengajukan izin resmi untuk mengujungi tempat kejadian perkara? Sebagai seorang pengacara senior, seharusnya kau sudah tahu aturan itu, Zayn!”“Come on, Cathy, jangan terlalu kaku. Aku sibuk sekali akhir-akhir ini. Terlalu rumit kalau harus mengajukan. Belum lagi waktu tunggu untuk surat izinnya keluar. Itu membutuhkan waktu, sedangkan aku harus melakukan ini secepatnya.” Zayn menjawab dengan nada tenang.Chaty mencebik sambil melambaikan tangannya di depan wajah Zayn. “Terlalu banyak alasan. Yang me
Read more

Bab 36. Ada Solusi di Setiap Kesulitan

Notifikasi pesan milik Zayn berdering. Pria itu memeriksanya, kemudian tersenyum diam-diam saat selesai membacanya. Bertepatan dengan itu, Rey masuk ke dalam ruangannya dengan raut heran.“Kenapa kau senyum-senyum seperti itu? Terlihat menakutkan.” Rey bertanya. “Sedang berkirim pesan dengan siapa?”Zayn mendongak, sambil menyipitkan mata pada Rey. “Bukan urusanmu. Ada urusan apa kau masuk ke sini?”Rey mendesis karena pertanyaan ketus dari Zayn. “Kau sudah mendengar rumor dari kasus yang sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini?”“Kasus tentang apa? Banyak kasus yang kutangani saat ini, jadi aku tidak mengikuti rumor tidak penting.” Zayn mengibaskan tangannya dua kali, mempertegas bahwa dia tidak tertarik dengan rumor receh.“Dengarkan dulu, bisa jadi ini bukan sebuah rumor,” ucap Rey. “Kau tahu Tuan Scott Willy yang meninggal beberapa hari lalu?”Zayn mencoba mengingat nama yang baru saja disebutkan Rey. “Ah, mucikari berkedok pejabat itu?”Tidak memiliki ekspektasi kalau Zayn tahu
Read more

Bab 37. Akhir dari Sidang

Menyadari tindakannya terlalu berlebihan, Milly segera melepaskan pelukannya pada Zayn, dan memberi jarak beberapa langkah. Wajahnya memerah karena hal itu. Dalam hati dia mengumpat dirinya sendiri karena bisa-bisanya melompat begitu saja dan memeluk Zayn tanpa berpikir panjang.“Maafkan aku, Zayn. Aku tidak bermaksud macam-macam. Aku hanya terlalu bahagia. Sekali lagi, maafkan aku,” ucap Milly penuh rasa canggung.Zayn berdehem untuk menghilangkan rasa canggung. Sambil membenarkan posisi duduknya, dia mengangguk menandakan bahwa dia tidak marah.“Baiklah, aku akan pergi untuk menginformasikan hal itu pada Nyonya Anne. Aku yakin dia pasti sangat senang mendengar kabar baik ini. Aku pergi dulu,” pamit Milly cepat sebelum suasananya menjadi semakin canggung.“Tunggu.” Zayn menahan langkah Milly yang sudah akan keluar dari ruangan.Gadis itu menoleh, kemudian berbalik, kembali menghadap Zayn. “Ada apa?”“Kau tidak keberatan dengan cara yang akan aku gunakan untuk mendapatkan klaim asuran
Read more

Bab 38. Kebenaran yang Diungkap

“Hal apa yang ingin kau katakan padaku?” tanya Zayn setelah mereka berada di sebuah café. Di meja lain, terlihat Milly yang menunggu mereka sambil menikmati es latte dan chesse cake. Pembicaraan kali ini, Vivian tidak ingin ada orang yang terlibat selain dirinya dan Zayn.“Kau pasti sudah tahu berita kematian ayahku, Scott Willy, bukan?” Vivian menarik tubuhnya dari sandaran kursi, lantas melipat kedua lengannya di atas meja sambil menatap serius pada Zayn. “Aku ingin kau yang menjadi pengacara kasus ini dan ungkap kebenaran dari kematian ayahku.”Zayn tidak langsung bereaksi saat mendengar permintaan Vivian. Dia menyeruput kopinya, lalu meletakkannya kembali di atas meja, baru menatap wanita itu lagi. “Kenapa harus aku?”“Kedua saudaraku tidak setuju ketika aku mengusulkan untuk naik banding atas keputusan hakim yang menyatakan bahwa ayahku meninggal karena serangan jantung. Itu berarti, mereka tidak bisa meng-klaim warisan seceapatnya jika aku tidak menyerah pada kasus ini.” Vivian
Read more

Bab 39. Batas Kadaluwarsa Cinta

Mobil Zayn baru saja melaju pelan, memasuki area halaman mansion milik Zeus yang telah lama tidak dia kunjungi. Semenjak memutuskan untuk hidup mandiri, dia seolah menghilang dari silsilah keluarga Ducan.Sementara Zayn masih merapikan barang-barangnya di dalam mobil, Milly sudah turun terlebih dahulu. Langkahnya terhenti di depan mansion yang terlihat sangat mewah. Selama ini, dia menganggap penthouse Zayn adalah tempat tinggal termewah yang pernah dia lihat secara langsung, tapi bangunan yang ada di depannya saat ini, jelas sudah di luar klasifikasi mewah dalam taraf logikanya.“Kenapa kau diam di situ? Ayo masuk,” ajak Zayn sambil berlalu, mendahului Milly yang masih mengagumi kemewahan di depan matanya.“Hai, selamat datang di tempat tinggal kami,” sapa Vintari ramah setelah melihat Milly dan Zayn melewati pintu masuk mansion. “Aku akan mengantar Ares untuk membersihkan diri dan ganti baju dulu, tunggu sebentar, ya. Kami akan segera kembali.”Milly tersenyum sambil mengangguk. Jan
Read more

Bab 40. Keluarga dan Privilage

Milly menatap resah pada pantulan lampu yang terlihat dari pinggiran piring. Dia pernah merasakan canggung dengan Zayn, tapi berdua saja dengan Zeus di meja makan, terasa berkali-kali lipat canggungnya dibanding saat dia bersama Zayn. Berkali-kali dia menatap gelisah ke arah dapur, berharap Zayn dan Vintari segera kembali.Di depannya, masih dengan wajah datar, Zeus menanyakan satu hal yang membuatnya penasaran dari tadi. “Kau tahu identitas asli Zayn selain pengacara senior di firma kalian?” Milly mengalihkan pandangannya dari pinggirin piring pada Zeus. Alis gadis itu bertaut, suasana canggung yang tadi dia rasakan langsung lenyap. “Memang Zayn memiliki identitas lain apa? Pahlawan super Marvel?”Zeus tersenyum diam-diam dan bergumam, “Sekarang aku tahu alasan Zayn menyukaimu, kau memiliki kesamaan dengan Vintari dalam satu hal.”Milly memiringkan kepalanya karena mendengar satu kata yang menurutnya terdengar sangat aneh. “Zayn menyukaiku? Ck. Baru kali ini aku mendengarnya. Biasa
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status