Home / Romansa / ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN : Chapter 11 - Chapter 20

80 Chapters

11. KEDATANGAN NENEK SIHIR

Pukul 09:05 WIB."Jangan ada yang ketinggalan, Dek." Dika memperingatkan dan Eka langsung mengangguk yakin."Tidak ada yang kubawa selain hp. Semua barang-barang kan sudah di mobil. Om Dika sendiri yang mengurusnya tadi."Dika membuang napas lembut. Memang benar ia telah memerintahkan supirnya untuk membawa beberapa barang untuk bertemu ayah mertuanya nanti.Setelah menikah, ini kali pertama keduanya pulang ke rumah orang tua. Dika sangat menantikan dan Eka sangat merindukan ayahnya."Assalamualaikum ..."Langkah sepasang pengantin baru itu, terhenti di bibir pintu, saat seorang wanita cantik mengucap salam."Waalaikumsalam," jawab keduanya serentak."Mas Dika." Tanpa merasa malu, wanita itu langsung memeluk Mahardika sangat erat. "Aku sangat merindukanmu, Mas," ucapnya mesra sambil memasang raut wajah memelas.Dilihat dari penampilannya, ia tampak sopan, tapi itu saat mengucap salam saja. Selepas itu, ia seperti wanita penghibur yang tidak memiliki urat malu. Dika mematung beberapa
Read more

12. PERGI

"Kita enggak usah ke rumah ayah, ya. Aku takut kamu ...""Enggak mau!" Belum sempat Dika menuntaskan kalimatnya, Eka sudah lebih dulu menyambar sambil melepaskan pelukannya. Seperti biasa, dia menggembungkan pipinya, menunjukkan ketidaksukaannya tanpa bisa ditutupi. "Atas dasar apa kita tidak jadi ke rumah ayah? Kita sudah niat untuk pergi ke sana, lantas kenapa harus dibatalkan?" Raut wajahnya kembali galak seperti raja hutan yang hendak menerkam seekor kijang. Dika membuang napas panjang. Istrinya benar-benar memiliki kepribadian ganda. Setiap waktunya bisa berubah tanpa bisa diterka. "Saya takut mood kamu tidak bagus akibat kejadian tadi, ditambah kamu sedang datang bulan ...""Apa hubungannya datang bulan dengan bertemu ayah?"Skak! Pertanyaan Eka membuat Mahardika diam dan memutar otaknya cepat. Tatapan tajam sang istri, membuat fokusnya terpecah belah. "Saya hanya takut, kamu bakalan meluapkan semua emosi kepada ayah, sedangkan ayah sama sekali tidak tahu soal masalah Nadi
Read more

13. KEHEBOHAN DI PAGI HARI

Malam harinya. Eka dan Dika pun meninggalkan kediaman Teguh Saputra. Sebenarnya, Dika mengusulkan untuk menginap di sana. Namun, Eka tidak mau. Dia ingin pulang saja. Sebagai suami. Ya, Dika menuruti permintaan tersebut. "Siang tadi, siapa yang menelpon?" tanya Eka, di tengah-tengah keheningan malam, jalanan Kota Tangerang. "Heum, Robi yang menelpon. Kenapa?"Eka menggeleng sembari menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. "Aku ngantuk, Om.""Iya, tidurlah, Dek." Dika mengelus lembut pipi Eka. Namun, fokusnya tepat pada jalan. Perlahan-lahan Eka pun memejamkan matanya. Entah ia benar-benar terlelap atau hanya sekedar ingin menikmati kenyamanan yang entah kapan terakhir kali ia rasakan?Dika pun menurunkan kecepatan mobilnya. Tidak mau, mengusik istirahat Eka, yang sepertinya sangat kelelahan itu. Perjalanan yang seharusnya ditempuh satu jam itu, menjadi satu setengah jam. Sebelum memasuki pekarangan rumah, Dika lebih dulu mengirim pesan singkat pada penjaga rumahnya, untuk membu
Read more

14. OM DIKA, NAKAL!

"Ada apa, Dek?" Dika buru-buru menghampiri Eka yang berteriak tadi. Langkahnya terhenti ketika melihat Eka yang langsung menatapnya penuh kebingungan. "Kenapa enggak ada darah?" Mimik wajahnya begitu datar. "Darah apa?" tanya balik Mahardika, yang sebenernya tidak mengerti arti dari darah yang dimaksudkan?"Itu loh ..." Eka mengangkat kepalanya. Ragu untuk menyelesaikan kalimatnya.Apa itu disebutnya? Eka kesulitan merangkai kata-katanya. "Apa, Dek? Kalau ngomong sampai tuntas dong. Saya kan enggak ngerti yang kamu maksud. Darah apa?"Eka menghela napas panjang, "itu loh Om ... Darah perawan ..."Dika berpikir sejenak, mencoba mengartikan maksud kalimat yang terpotong-potong itu. Darah perawan? Bukankah itu judul sebuah film? Heum ... Dika pun mengerutkan keningnya. "Masa iya, Om enggak ngerti? Kan kita semalam habis ..."Pada kalimat berikutnya, barulah Dika paham arah pembicaraan ini. Meskipun Eka belum menuntaskan kalimatnya. "Oh, maksudnya darah setelah melakukan malam perta
Read more

15. BUNDA DATANG

"Habiskan sarapannya. Oh iya, hari ini saya akan ke kantor karena ada rapat penting yang harus saya hadiri," kata Dika tanpa melihat sang istri.Eka yang hendak menyantap sarapannya itu, seketika menghentikan aktivitasnya. Tiba-tiba ia sudah merasa kenyang tanpa harus makan. "Hari ini Om ke kantor?" tanyanya dan ada raut kekecewaan terpancar di wajah mungil itu.Dika mengangkat kepalanya, "iya, Dek. Maaf tidak memberitahumu sebelumnya karena saya tidak ingin kamu merasa kecewa.""Kalau Om ke kantor, terus aku sama siapa?""Kan, ada Bi Endang, Dek. Oh iya, Bunda juga akan datang ke sini. Kemarin saya sudah memberitahu ke Bunda, soal rapat ini. Jadi, Bunda bakalan main ke sini untuk nemenin kamu." Dika menerangkan situasi yang ada."Oh ..." Meskipun sudah berusaha untuk tersenyum manis, tetapi kekecewaan itu masih tampak dan tidak mampu Eka sembunyikan sepenuhnya.Dika menghela napas panjang, "maafkan saya, Dek. Saya harus menghadiri rapat ini. Investor dari Prancis, berniat untuk menj
Read more

16. ADA APA DENGAN OM DIKA?

Rapat pun dimulai. Dika sangat bersemangat saat menjelaskan proyek kerja sama yang akan dilakukan dengan perusahaan Prancis.Raut wajahnya begitu serius. Namun, aura kepemimpinannya keluar dengar sempurna. Aura setelah menikah, membuat Dika lebih tampan dari sebelum-sebelumnya. Kesepakatan pun terjalin. Perusahaan Prancis tertarik dan menerima proyek kerja sama ini.Dika dan salah satu utusan dari Prancis itu, segera melakukan tanda tangan kontrak kerja sama."Terima kasih. Senang bisa bekerja sama dengan kalian," kata Dika, yang berbicara dalam bahasa Inggris sambil menjabat tangan pria tersebut.Senyuman terus terukir indah di wajah tampan pria tiga puluh tahun itu. Nyatanya ucapan semangat dari sang istri, membawa dampak luar biasa bagi Dika. ***Dika pun kembali ke ruangannya. Ada rasa puas dalam hatinya untuk kali ini. Terlihat jelas dari mimik wajahnya, yang tidak henti-hentinya mengumbar senyum. Semua ini karena dorongan semangat dari Eka, meskipun hanya terucap melalui samb
Read more

17. PERASAAN OM DIKA

Seharian itu, Dika terus menempel pada sang istri. Dia seolah enggan lepas dari Eka sedetik pun.Bahkan selama perjalanan pulang. Dika sampai tertidur, dengan posisi kepala bersandar di bahu Eka. Annata yang duduk di kursi kemudi pun, berulang kali melihat putra semata wayangnya yang sedang tidur itu. Nyatanya, kehadiran Nadia masih mampu memporak-porandakan suasana hatinya.Annata berharap, Nadia tidak membuat rumah tangga Dika dan Eka kacau balau. Seperti yang pernah Nadia lakukan dulu pada Dika. ***Mobil pun terparkir di halaman utama kediaman Eka dan Dika."Biar bunda panggil Pak Rudi, untuk bantu keluarin Dika," kata Annata, sambil melepas sabuk pengaman. Selanjutnya ia keluar mobil.Eka mengangguk pelan. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dia takut kalau bersuara, akan membangunkan sang suami yang sedang terlelap dalam mimpi itu.Selang beberapa menit kemudian, Pak Rudi pun datang. Dia membuka pintu mobil, lalu membantu mengeluarkan Dika yang terlelap itu.Dika
Read more

18. KEDATANGAN NADIA

Mahardika pun telah menyiapkan sarapan yang menjadi favorit sang istri. Beruntungnya Eka, memiliki suami seperti Mahardika. Eka benar-benar diperlakukan layaknya seorang ratu. Dipenuhi segala kebutuhannya.Eka pun masuk ke ruang makan, sedikit mendehem, supaya sang suami menyadari kedatangannya. Dika mengangkat kepalanya, setelah meletakkan piring di atas meja makan. "Sarapan dulu, Dek," kata Dika sambil menarik kursi, supaya memudahkan Eka untuk duduk. Namun, gadis itu malah menduduki kursi yang lain.Ngeselin banget bukan? Namun, Dika tidak melawan. Ekor mata Eka masih melirik tajam, sembari menyelengos, membuang pandangannya ke sisi berbeda.Dika tersenyum kecil, melihat tingkah laku Eka yang masih ngambek karena ciuman pagi ini dan dirinya tidak marah sama sekali akan sikap istrinya tersebut. "Kamu sarapannya yang banyak. Supaya semangat menjalani hari," kata Dika mengingatkan."Iya, Om. Om juga. Sarapan yang banyak."Dika tersenyum lembut disertai anggukan kepala, "pasti itu.
Read more

19. KEMARAHAN EKA

Pernikahan yang belum ada satu Minggu itu, kini telah diterpa badai prahara yang cukup besar. Beberapa menit yang lalu, Eka baru saja melihat hal yang tidak sepatutnya ia lihat. Sebuah video yang mempertontonkan adegan dua insan sedang bercinta, layaknya suami istri, tanpa ikatan pernikahan. Suara lengkuhan yang ada pada video tersebut, masih terngiang-ngiang di benak Eka. Entah yang ada di dalam video tersebut benar atau tidak? Eka tidak bisa berpikir jernih sekarang.Dia mengacak-acak rambutnya. Menutup telinganya dengan kedua tangan. Berupaya untuk menghilangkan suara itu dari pikirannya. "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ...!!!"Eka menangis sejadi-jadinya. Meraung keras seolah ingin dunia mendengar tangisannya. Dia mengacak-acak seisi meja rias. Menatap dirinya yang kacau dari pantulan cermin. Mengetahui suaminya telah melakukan hubungan badan sebelum pernikahan, membuatnya sangat sakit. Hatinya seolah tercabik-cabik. Kenyataan sedang menamparnya. Badai besar sedang menerjan
Read more

20. RENCANA NADIA

"Aku lihat semuanya, Om!" teriak Eka keras."Lihat apa, Dek! Apa yang kamu lihat?!" Suara Dika tidak kalah tinggi dari sang istri, bahkan sampai melotot, seolah sepasang mata itu hendak melompat keluar dari tempatnya."Aku lihat video, Om lagi berhubungan badan sama nenek sihir itu!" Perlahan suaranya mengecil. Namun, rintikan air matanya belum kunjung reda. Dika bisa melihat, ada kekecewaan yang besar dari sorot mata istrinnya.Dika memeluk erat tubuh mungil wanita yang sangat dicintainya itu. Dika menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan-lahan. "Maafin saya ya, Dek. Seharusnya saya tidak pergi ke kantor tadi. Mungkin kejadiannya tidak akan separah ini," ungkap Dika, yang terus menarik napasnya dari waktu ke waktu.Eka tidak memberontak, tetapi dia masih terisak-isak. Dika pun membelainya lembut. Tidak ada bait yang terucap dari bibirnya. Dia sudah mengeluarkan seluruh energinya tadi, demi bisa menenangkan emosi Eka yang meluap-luap.Bi Endang memperhatikan sepasang
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status