/ Romansa / Tertawan Cinta Bodyguard Tampan / 챕터 101 - 챕터 110

Tertawan Cinta Bodyguard Tampan의 모든 챕터: 챕터 101 - 챕터 110

346 챕터

Bab 100. Biar Kita Lupakan Dulu

Dion menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah samping saat mendengar namanya dipanggil. Senyuman manis Laras yang kemudian menyambut Dion, membuatnya dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain. Laras segera mengambil perannya dengan baik. Ia berjalan ke sisi ranjang yang satunya untuk bisa menemui Nenek Sulastri.“Nduk, kamu sudah datang toh?” sapa Nenek Sulastri dan Laras tersenyum mengangguk. Dion tak bicara selain hanya memilih menatap hal lain saja.“Mbah, bagaimana kabarnya? Bagaimana perasaan, Mbah?” tanya Laras dengan nada lembut dan sopan pada Nenek Sulastri. Nenek Sulastri tersenyum dan mengangguk pelan.“Rasanya aku sudah kuat. Sudah bisa bangun dan membuat kue lagi!” celetuk Sulastri berkelakar dan Larasnya terkikik kecil. Budhe Dewi, istri Pak Dhe Halim ikut tersenyum melihat ibunya sudah bisa bergurau lagi. Sedangkan Dion tak tersenyum sama sekali. Wajahnya masih datar, terkesan tak senang.“Apa la
더 보기

Bab 101. Berputar Hanya Pada Satu Hati

“Namanya siapa?” tanya Pak Dhe Halim pada Dion usai melihat foto Venus di ponsel Dion.“Venus!” jawab Dion singkat lalu tersenyum. Hati Dion makin rindu kala menyebut nama Venus. Baru dua hari tak bertemu dia membuat Dion merasa hampa. Rasanya aneh tanpa mengawal Venus setiap hari. Tubuhnya telah terbiasa bersama Venus, sangat terbiasa.Pak Dhe Halim lalu mengangguk dan mencari-cari berita soal gosip yang sedang santer terdengar soal Dion dan Venus.“Ini lho yang jadi pangkal permasalahan. Yang bikin Mbah-mu masuk rumah sakit!” ucap Pak Dhe Halim memperlihatkan potongan dari sebuah portal berita. Dion membaca berita itu dan menghela napasnya.Di sana dipasang narasi seolah-olah Dion adalah kekasih rahasia yang selama ini diungkapkan oleh Venus jika di wawancara. Terlebih terlihat video saat Dion menggandeng Venus di sebuah acara televisi. Meskipun Dion memakai masker mulut tapi semua orang mengenalnya sebagai pengawal p
더 보기

Bab 102. Cinta (Belum) Sudah Lewat

Arjoona Harristian duduk di sofa ruang baca dekat kamar putrinya Venus sendirian. Ia sedang menunggui istrinya yang tengah bicara dengan Venus di dalam kamar.  Pandangannya seperti kosong sedang tertegun dengan apa yang terjadi begitu cepatnya selama beberapa hari ini.Tak disadari, Claire keluar dari kamar Venus dan menghampirinya. Claire duduk di sisi Joona dan menyentuh lengan atasnya. Arjoona pun menengok ke arah Claire dengan wajah sendu tanpa senyuman sama sekali.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Claire lembut dan mendekat pada suaminya. Arjoona mengambil sebelah tangan Claire dan menggenggamnya.“Aku merasa Tuhan sedang memberikan karma atas perbuatanku di masa lalu,” ungkap Joona dengan nada rendah.“Maksud kamu?” Arjoona terdiam beberapa saat dan menundukkan pandangannya.“Apa yang dilakukan Dion pada Venus sama seperti yang aku lakukan pada kamu sebelum kita bercerai waktu itu ...” tutur
더 보기

Bab 103. Patah Hati

Venus berdiri di depan cermin ruang walk in closet miliknya sambil menatap dirinya. Tanpa make up dan hanya memakai dress rumahan biasa, Venus masih dalam masa pemulihan dari infeksi tenggorokan yang membuatnya harus beristirahat total selama beberapa hari.Ia belum pernah patah hati sampai sakit parah seperti ini sebelumnya. Kehadiran Dion yang singkat ternyata memberi pengaruh lebih besar dari pada saat Venus bersama Gareth dan putus. Kali ini lebih menyakitkan dan mematahkan hatinya.Tangan Venus meraba dadanya karena rasa sakit itu kembali hadir menghunjam hatinya. Netra matanya kemudian jatuh pada berlian merah jambu yang menghiasi cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin pemberian dari Dion itu telah dianggap Venus sebagai lamaran cintanya. Namun ternyata takdir berkata berbeda.Dengan cepat, Venus menyeka cepat air mata dengan punggung tangannya. Ia tak mau terus menangis karena Dion.“Aku gak akan membiarkan kamu menyakitiku, Mas! Aku
더 보기

Bab 104. Jadikan Aku Milikmu

“Gosip itu tidak benar. Aku memang memiliki kekasih tapi aku tidak berpacaran dengan pengawalku!” ungkap Venus sambil tersenyum pada para reporter yang mewawancarainya di sebuah acara musik.Senyuman Venus benar-benar menipu. Ia bicara, tertawa begitu riang seolah seperti tak ada yang terjadi.“Kapan kamu akan mengumumkan siapa pria misterius itu?” tanya si reporter lagi. Venus pura-pura berpikir sambil sedikit memajukan bibir indahnya dan menggelengkan kepalanya.“Sungguh, aku lebih suka menyimpannya untuk diriku sendiri!” jawab Venus dengan senyum dan tawa palsunya yang sempurna. Reporter itu juga ikut tersenyum lebar dan mengangguk. Venus benar-benar memasang gimmik bahagia dengan sempurna.“Aku melihat cincin yang melingkar di jari manismu, apa itu pertanda sebuah lamaran?” si reporter makin menahan Venus lebih lama dengan pertanyaannya. Venus membuat gimmick terkejut sambil memamerkan cincin pemberian D
더 보기

Bab 105. Salah Siapa?

Laras memarkirkan mobil hasil pemberian Rico di sebuah gang yang bersebelahan dengan rumah kontrakan Dion. Ia harus berpura-pura hanya naik taksi online demi ke rumah sang kekasih untuk menunjukkan betapa ia sangat ingin bisa bersama Dion lagi. Sudah pasti Dion tak boleh mengetahui jika Laras selama ini telah memperoleh ‘kompensasi’ dari hubungan gelapnya dan Rico. Itulah mengapa, Laras menyembunyikan hal tersebut dari Dion.Sambil menenteng sebuah kantung plastik berlogo sebuah restoran cepat saji terkenal, Laras berjalan dengan senyuman di wajahnya. Ia masuk ke pekarangan rumah Dion dan dengan percaya diri makin tersenyum saat melihat mobil Dion parkir di depan halaman rumahnya yang pas-pasan dan hanya muat satu kendaraan saja.Laras pun mengetuk pintu beberapa kali dan menunggu. Ia sempat melirik ke arah rumah Yuli, si anak SMK yang tertutup rapat. Dengan senyum sinis, Laras mengetuk pintu lagi. Dion pun terlihat mengintip dari balik jendela sebelum kemu
더 보기

Bab 106. Rekaman Kejujuran Hati

Venus jadi panik memekik mondar-mandir di kamarnya dengan kepala masih pusing karena mabuk semalam. Hilang sudah mode cantiknya pagi ini. Dengan kesal, ia berjalan cepat ke kamar mandi untuk membasuh wajah agar jauh lebih segar. Ia memang sudah sangat terlambat ke sebuah pemotretan dan entah apa yang terjadi sampai tak ada yang membangunkannya.“Huuuhh ... dasar Andy! Ini bajuku siapa lagi yang ganti! Jangan-jangan memang dia yang ... ah ... Andy!!!” pekik Venus dengan kesal. Ia lalu menarik napas dan mengeluarkannya melalui mulut agar jadi lebih tenang dan bisa berpikir jernih.Venus lalu sedikit menggesek-gesekkan paha dan memicingkan mata. Ia sedang merasakan jika ada yang aneh di bagian intimnya.“Hhm ... kayaknya emang agak sedikit basah! Jangan-jangan ... uh, Andy! Aku bunuh dia kalo berani! Ihhh ... mana dia! Mana ponselku!” sungut Venus lalu dengan cepat keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih sedikit ada jejak air usai di
더 보기

Bab 107. Menikung Di Seperempat Hari

“Aku mohon, Sayang. Beri aku kesempatan! Aku tidak percaya jika kamu berpacaran dengan pengawal itu. Itu cuma gosipkan?” tukas Gareth kembali mendekat. Namun, Kyle langsung menghalangi dengan berdiri di depannya. Gareth jadi kesal dan mendelik pada Kyle yang tak peduli dengan apa yang dilakukannya.“Minggir!” hardik Gareth memberikan perintah pada Kyle.“Venus!” panggil Gareth lagi.“Itu bukan urusanmu!” balas Venus dengan sikap ketus yang sama dan tak berubah. Kyle terus menghalangi dan sudah siap akan mencekal dengan keras jika Gareth terus memaksa.“Aku bilang, minggir!”“Hati-hati, Tuan! Aku berhak memasukkanmu ke penjara!” ancam Kyle tidak takut sama sekali.“Aku mau bicara dengan Venus!” hardik Gareth lebih keras.“Aku tidak mau bicara denganmu! Usir saja dia, Kyle!” perintah Venus dengan sikap dingin dan langsung masuk ke dalam mobil
더 보기

Bab 108. Jebakan Sempurna

Dengan langkah gontai, Ardeth El Ardor alias Andrew Miller masuk ke dalam ruang interogasi tertutup. Sambil membawa sebuah berkas dan dokumen penting tentang Edgar Luther, ia masuk lalu separuh melempar berkas itu ke atas meja.Edgar Luther duduk di kursinya berhadapan dengan Andrew Miller yang berhasil menjadi penyidik utama di kasus pembunuhan palsu yang melibatkan banyak pihak termasuk polisi.“Aku tidak akan menjawab apa pun!” sahut Edgar pongah meskipun kedua tangannya diborgol di atas meja.“Aku bahkan belum bertanya apa-apa!” sahut Andrew dengan nada sinis. Edgar mendengus sinis dan ingin sekali memukul Andrew. Andrew memang sangat amat menyebalkan.“Aku tidak akan bertanya soal kasusmu. Aku mau bertanya soal hal yang lain!” ujar Andrew sedikit menyeringai jahat. Ia membuka map dan mengeluarkan foto yang dimasukkan ke dalam sebuah kantung plastik transparan karena merupakan barang bukti.“Kami menemu
더 보기

Bab 109. Kucing-Kucingan

Dion sedang mengendarai mobilnya hendak pulang ke kediamannya. Sudah setengah jalan dan akan tiba sekitar lima belas menit lagi, ponsel Dion berdering. Dion memeriksa dan ternyata yang menghubunginya adalah Laras. Dion pun menepi dan menoleh lagi pada layar ponsel yang diletakkannya di atas tempatnya di dekat kemudi.Hidup jadi penuh was-was begitulah yang dialami oleh Dion saat ini. Usai tak berhasil meminta putus dari orang tua Laras, Dion jadi menghindari Laras sebisa mungkin.“Mampus aku!” gumam Dion menunggu sampai Laras berhenti menghubunginya. Setelah tak ada lagi deringnya, Dion mengambil ponselnya dan membukanya. Ternyata sudah ada satu pesan dari Laras bahwa ia sudah menunggu untuk di jemput dan akan ke rumah Dion hari ini.“Aduh, tuh kan! Ckckck ... bagaimana ini? Dia pasti ke rumah! Ah, hidup kok kayak dikejar pinjol!” gerutu Dion kembali melajukan mobilnya. Ia memperlambat mobil begitu akan tiba tapi tak berhenti melainkan me
더 보기
이전
1
...
910111213
...
35
DMCA.com Protection Status