Home / Romansa / Callista: Bukan Sugar Baby Biasa / Kabanata 131 - Kabanata 140

Lahat ng Kabanata ng Callista: Bukan Sugar Baby Biasa: Kabanata 131 - Kabanata 140

181 Kabanata

Tidak Ada Jawaban

Suara tangisan tertahan Star sedikit teredam karena dia menenggelamkan wajahnya dalam pelukan Harvie. Sudah dari tadi Star menangis tanpa henti. "Sudah dong, Sayang. Mama pasti gak apa-apa kok." Harvie mencoba menenangkan sambil mengelus rambut Star dengan pelan. "Tapi ... tapi ..." Star terbata-bata, tidak bisa mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Harvie masih ingin menenangkan istrinya, tapi pintu ruangan yang sedari tadi mereka tunggui terbuka. Star refleks berbalik dan melepas pelukannya dengan perlahan, ketika ranjang rumah sakit yang berisi ibunya didorong keluar. "Kenapa kamu cengeng banget sih? Orang sehat walafiat aja ditangisi, mau Mama cepat mati ya?" Hera menegur anaknya dengan ketus, membuat Star makin terisak. "Habisnya, Mama kan nolongin aku. Aku bakal merasa bersalah banget kalau Mama kenapa-kenapa." Star menjawab setelah tangisannya reda. "Eh, kamu ini punya mata gak sih? Mama ini sehat, cuma lecet. Malah dipaksa pemeriksaan kesehatan lengkap. Cuma masuk
Magbasa pa

Tidak Terduga

"Sorry?" tanya Hera pada dokter yang datang membacakan hasil tesnya. "Menurut pemeriksaan darah dan urinnya, semua terlihat baik. Tapi kadar hcg dalam darah dan urin anda mengindikasikan kehamilan." "Kami ucapkan selamat ya, Bu." Hera dan Star menatap dokternya dengan mata membulat besar. Seolah-olah bola matanya akan melompat keluar dari rongganya. "Yang benar saja," teriak Hera dan Star bersamaan. Si dokter dan perawat terkejut dengan teriakan itu. Jangankan tenaga kesehatan yang berkunjung, Harvie saja terkejut dan menunduk malu. Harus banget ya dua orang itu berteriak seperti itu? "Kok bisa sih, Ma?" tanya Star dengan tatapan kesal. "Lah. Kok Mama yang dimarahin? Seharusnya kamu memarahi Papamu," hardik Hera ikutan kesal. "Terima kasih kunjungannya, Dok." Harvie segera mendorong dokter dan perawat keluar, enggan mempertontonkan kegilaan istri dan mertuanya. "Bukannya Mama punya selingkuhan juga ya? Yakin bukan anak selingkuhannya?" tanya Star tanpa canggung dan ra
Magbasa pa

Keceplosan

“Yakin gak mau ke dokter saja?” tanya Harvie khawatir. “Gak kok. Cepat sekitar seminggu sih, tapi harusnya masih normal kok. Daddy tidak perlu khawatir.” Star tersenyum pada Harvie yang sudah rapi hendak ke kantor. Star yang masih betah duduk bersandar di kepala ranjang, kini menepuk ranjang. Meminta Harvie untuk duduk sejenak di sana dan merapikan dasi suaminya yang sedikit miring. “Daddy gak usah khawatir. Ini beneran masih termasuk normal kok di dunia kesehatan.” Star menepuk pelan bahu suaminya. “Ya, udah. Tapi nanti banyak istirahat saja ya. Kalau kram perut, mending gak usah ke kampus. Hari ini masuk siang kan?” “Iya, tapi mau jenguk Mama dulu. Mau pastiin dia istirahat dengan baik dulu.” Star memberitahu dan Harvie mengangguk setuju. Bagi Harvie, memang lebih baik jika Star berinteraksi dengan ibunya. Mungkin saja mereka bisa berbaikan lagi, walau harus diawali dengan adu argumen sebagai permulaan. *** “Maaf, Mbak. Mau jenguk ibunya yang di kamar VIP lima ya?” Se
Magbasa pa

Trauma

"Istriku tersayang lagi ngapain? Katanya gak ikut makan malam ya." Harvie yang baru pulang langsung menyapa istrinya dengan manja. Harvie mengecup kening Star yang duduk di salah satu sofa tunggal dekat jendela, berhadapan dengan boneka beruang kesayangannya. "Babe?" Harvie memanggil Star sekali lagi karena istrinya itu tidak bergerak sama sekali. Sedari tadi Star duduk tegap memandangi boneka beruangnya dengan tatapan kosong. Kedua tangannya mengepal sangat erat di atas pangkuannya. "Sayang. Kamu kenapa? Ada masalah di kampus?" Harvie kembali bertanya setelah meletakkan jasnya secara sembarangan di atas meja kecil, di depan Star. Harvie berjongkok di depan sang istri, menggenggam kepalan tangan Star dan mengelusnya pelan. Sebelah tangan Harvie menjangkau pipi Star dan juga mengusapnya pelan. "Kalau ada masalah ngomong dong. Siapa tahu Daddy bisa bantu. Mama Hera buat kamu marah lagi? Atau ada teman kampusmu yang kurang ajar? Dosen yang nyebelin?" Harvie berusaha menebak
Magbasa pa

Pendarahan

“Selamat pagi.” Star menatap orang yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tatapan bingung. Star menatap Harvie yang tadi membukakan pintu kamar untuk tamu mereka, dengan tatapan bingung. “Kak Bella?” “Yes, I am. Aku datang untuk konsultasi pagi. Boleh aku masuk?” Kalimat terakhir ditujukan untuk Harvie. Harvie menyingkir sedikit dan mempersilakan Bella Rayner untuk masuk ke dalam kamar mereka. Setelahnya, Harvie bergabung dengan Star yang masih menyandar malas di kepala ranjang. Star segera menoleh ke arah suaminya meminta penjelasan atas kehadiran Bella. “Kan katanya kamu gak mau ke rumah sakit dan mau terapi di rumah saja. Jadi ya ini aku bawa dokternya ke rumah saja. Nanti siang akan ada dokter kandungan yang datang.” “Apa itu artinya Mama Helena sudah tahu?” tanya Star mulai cemberut. “Aku belum mengatakan apa pun,” jawab Harvie dengan senyum tipis. “Mama cuma tahu kamu sedang tidak enak badan dan perlu istirahat tanpa ada gangguan, kecuali jika ada dokter yang berkunj
Magbasa pa

Masa Lalu

"Aku hamil," bisik Hera dengan wajah tertunduk. "Apa?" Zeus yang sedang duduk di kursi kerja ruanganya yang baru langsung berdiri. "Sudah dua bulan," sambung Hera masih menundukkan wajahnya. "Gugurkan saja," jawab Zeus tanpa perasaan. Seketika saja Hera muda mendongak mendengar kata-kata kekasihnya itu. Dia menatap Zeus yang juga menatapnya dengan tatapan datar. Bagaimana mungkin lelaki yang di pacarinya selama enam bulan ini tega berkata seperti itu. Padahal waktu 'melakukannya', Zeus selalu menjanjikan hal-hal yang manis. "Yang benar saja, Zeus. Kamu kira menggugurkan kandungan itu mudah?" Zeus mendengus kasar. Dia memang menyukai Hera, tapi dirinya masih cukup muda. Baru dua tujuh dan karirnya sedang bagus di perusahaan keluarganya. Dia baru saja memenangkan tender besar dan ada kemungkinan naik jabatan. Menikah dan punya anak adalah hal terakhir yang ingin dipikirkannya sekarang ini. Bagi Zeus karirnya sekarang ini jauh lebih penting dari apa pun juga. "Dari ma
Magbasa pa

Ulah Hera

Hera yang tadinya mengetuk pintu, kini membuka pintu kamar pasien setelah mendapat sahutan dari dalam. Besan dan menantunya menyambut dengan tatapan datar. Netra Hera memindai satu per satu orang yang ada di dalam ruangan itu. Sepertinya tidak ada yang menyukainya dan itu sebenarnya wajar saja, tapi setidaknya menantunya tidak menunjukkan ekspresi sekeras itu. "Kudengar Callista sedang sakit." Hera menatap putrinya yang tertidur dari dekat pintu. Masih merasa takut untuk mendekat. "Ya, tapi sekarang sudah baik-baik saja. Mama duduk dulu. Jangan berdiri terus." Harvie memberikan kursi yang tadi di dudukinya pada Hera. Hera menggeleng pelan. Dia ingin duduk di tempat Harvie yang tepat di samping ranjang pasien, tapi dirinya masih takut untuk mendekat. Takut akan membuat Star tidak nyaman. "Tidak perlu. Biar saya berdiri saja. Toh saya tidak akan lama karena sepertinya kehadiran saya tidak begitu diinginkan." Hera tersenyum ramah pada Peter dan Helena. Hera sama sekali tidak ad
Magbasa pa

Jawaban

Sarah berjalan dengan sempoyongan. Tadinya dia hendak menjenguk Star yang katanya sakit, tapi siapa yang menyangka akan mendengar percakapan ibu dan anak yang membuatnya sangat syok. "Mama kenapa?" Marcus bertanya ketika melihat ibunya masuk ke kamar rawat inapnya. Kebetulan saja Marcus dan Star dirawat di rumah sakit yang sama. Makanya Sarah langsung meluncur ke ruangan Star yang tidak jauh dari kamar Marcus. Marcus masih harus tinggal karena harus menjalani operasi besok. "Ma? Mama sakit?" Marcus kembali bertanya ketika tidak mendapat jawaban dari Sarah. "Kamu apaiin Star dan Harvie?" tanya Sarah tanpa basa-basi. "Maksud Mama apa?" tanya Marcus bingung. Belum memahami kata-kata Sarah. "Apa benar kamu yang berusaha mencelakai Star dan Harvie beberapa waktu yang lalu?" tanya Sarah dengan nada sedikit tinggi. "Mama tahu dari mana?" tanya Marcus datar. Tidak menyangkal, tidak juga mengiyakan. "Tadi Mama gak sengaja dengar Star ngobrol sama Mamanya soal ini. Hera bilang d
Magbasa pa

Menjebak Irish

"Argh." Irish melempar benda apa pun yang bisa dijangkaunya. Tidak peduli jika akan ada banyak barang yang rusak di penthouse mahalnya. Karin sampai ikut histeris melihat putrinya yang mengamuk itu. "Irish berhenti. Kamu bisa terluka, Nak." "Berhentilah mempedulikanku. Sudah terlambat untuk Mama." Irish berteriak, bahkan menunjuk dengan tidak sopan. "Oke. Kalau kamu tidak peduli dengan dirimu sendiri, setidaknya pedulilah pada anakmu." Karin masih mencoba untuk menasihati. "Kenapa memangnya? Kenapa Mama harus peduli? Karena dia anaknya Zeus Arwen?" tanya Irish dengan mata melotot. "Irish." Karin ikut-ikutan berteriak. "Mama mungkin salah karena kurang memperhatikanmu, tapi jangan begitu pada anakmu sendiri." "Anak ini hanya alatku untuk membalas dendam pada Star. Dengan adanya anak ini, aku bisa merebut seluruh keluarganya. Merebut seluruh harta warisannya." Ya. Itu yang direncanakan Irish. tapi sayangnya tidak mudah mendapatkan itu semua. Keluarga Arwen sialan itu terlalu cur
Magbasa pa

Obat

"Apa ada sesuatu di wajah saya?" tanya Brian dengan sopan pada Star. "Tidak ada." Star menjawab dengan cepat dan bibir mencebik. Seperti biasa, Brian hari ini datang ke rumah sakit untuk bekerja dengan Harvie. Itu dilakukan karena Harvie enggan meninggalkan istrinya sendirian. "Dia begitu karena sudah tahu kelakuan bejatmu dengan Irish." Harvie membantu menjelaskan dengan kekehan riang, senang melihat wajah cemberut Brian. "Kenapa semua orang melihatku dengan jijik? Bahkan Nona Derina juga, padahal aku cuma menjalankan perintah anda." Brian mendelik kesal ke arah Harvie. "Kenapa jadi aku yang salah? Yang duluan memberi ide itu kau. Bukan aku." Harvie segera membantah dengan tegas, membuat Brian mengumpat dengan kesal. Kenyataannya memang begitu. Brian yang mengusulkan pada Harvie dan Brian pula yang mendatangi Irish duluan. Dia hanya ingin bersenang-senang karena baru saja diputuskan pacarnya, dengan alasan Brian terlalu sibuk. Kini sia menyesal sudah menyarankan ini.
Magbasa pa
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status