Home / Pendekar / JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI: Chapter 101 - Chapter 110

127 Chapters

PENEMUAN MUSTIKA UDARATI

"Candrakanti, kuharap kau dan Jentra mau untuk menyimpan dahulu permasalahan pribadi kalian. Simpan semua kecemburuanmu. Sekarang kita tinggal berlima, sedangkan Sriti terluka. Jadi kuminta jagalah Sriti baik-baik. Kau tidak akan bisa memasuki demensi mustika karena menyimpan terlalu banyak kemarahan di hatimu. Tetapi aku, Jentra dan Amasu harus masuk ke sana untuk mengambil mustika itu. Jika terjadi apa-apa pada Sriti, kau harus bertanggung jawab." Pesan Wiku Sasodara."Kau juga tidak perlu khawatir, Kanti. Guru sudah memberikan rajah di sekitar tempat kita berkemah. Jadi selama kau dan Sriti tidak keluar dari area rajah itu, kau aman. Bangsa dhemit atau makhluk halus tak akan bisa menembusnya. Sementara manusia tidak akan melihat keberadaanmu dan Sriti." Amasu juga ikut menyampaikan hal-hal yang perlu diketahui Candrakanti"Kanti maafkanlah aku jika selalu menyakitimu. Aku akan pergi untuk berjuang mencari mustika itu. Kuharap doamu karena bagaimanapun kau adalah istriku, jadi aku ak
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

PERTEMUAN MASA LALU

Ketiga orang itu kemudian diantar masuk ke ruang meditasi yang besar dan luas, segera sesudahnya ruangan itu dikunci dari luar dengan meninggalkan kegelapan yang benar-benar pekat. Sunyi tanpa suara, tanpa cahaya dan seperti tanpa kehidupan. Sasodara, Amasu dan Jentra-pun segera mengambil sikap meditasi sempurna.Mereka menutup semua panca indra kecuali yang berhubungan dengan nafas. Kepasrahan sepenuhnya, tanpa keinginan, tanpa keakuan. Hakekat dari kesempurnaan adalah kekosongan. Suara nafas mereka yang lirih terdengar mengingat kesunyian itu begitu mencekam. Bahkan suara air terjun di luar Kuil yang jatuh menggerojog dengan deras tidak terdengar.Setelah mereka mengheningkan dari segala keakuan, seberkas cahaya keluar dari tubuh mereka. Roh mereka, namun dalam dimensi mereka masing-masing sehingga tidak saling bertemu. Jentra menemukan dirinya dikelilingi berbagai makhluk mengerikan di sekitarnya, mencoba meraihnya, mencoba menangkapnya namun pada hakekatnya manusia memiliki deraja
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

TURUN GUNUNG

Setelah mendapatkan mustika Udarati. Wiku Sasodara meminta diri pada Wiku Sadana yang telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan apa yang mereka harapkan."Semoga menjadi berkah buat semesta dan semua makhluk berbahagia" kata Wiku Sadana melepaskan mereka bertiga pergi."Berjanjilah hanya akan menyerahkan mustika Udarati kepada orang yang benar-benar layak menerimanya. Seorang Chakrawartin sejati bukan penjajah dan penakluk bangsa atau wangsa lainya."Lanjutnya lagi.Wiku Sasodara berjanji dan setelah memperbarui perbekalan mereka kembali kepada Candrakanti dan Sriti."Guru!" Sambutnya gembira."Bagaimana keadaanmu dan Sriti?" Tanya Wiku Sasodara."Aku baik guru. Dia juga berangsur pulih tapi masih sedikit lemah. Lukanya sudah mulai mengering, demamnya juga mereda." Kata Candra Kanti.Amasu dan Jentra Kenanga segera berlari memeriksa Sriti. Demamnya sudah turun, namun belum bisa diajak untuk berjalan jauh. Hanya cukup berbahaya juga jika mereka tetap tinggal tanpa menc
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

JALAN BERLIKU UNTUK KEMBALI

Tepat seperti yang dikatakan Wiku Sasodara, begitu mereka menuruni Udarati, mereka telah dihadang seribu personil pasukan Kanjuruhan di bawah Tumenggung Hatala. Mereka semua bersenjata lengkap dan menunjukan sikap yang kurang bersahabat."Salam hormat Wiku! Bisakah kami memeriksa barang bawaan Anda sebelum meninggalkan Udarati khususnya dan kerajaan Kanjuruhan sebagai pemilik wilayah?" Tanya Tumenggung Hatala tanpa turun dari kudanya. Sikapnya sungguh arogan dan kurang bertata krama. Hal itu membuat Jentra tersinggung."Tumenggung, apakah di negeri Kanjuruhan ini seorang pejabat negara telah meninggalkan tata krama sehingga untuk menyapa seorang pemuka agama, Anda merasa tidak perlu turun dari kuda?" Jentra ganti bertanya. Wiku Sasodara memberikan tanda kepada Jentra untuk bersabar karena ia menangkap gelagat yang tidak baik pada para pejabat Kanjuruhan utamanya Tumenggung Hatala, Ihatra dan Madaharsa."Maaf Tumenggung. Tanpa mengurangi rasa hormat kami terhadap aturan dari negeri Kan
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

PANGERAN YANG KERAS KEPALA

"Apa maksud tuanku ingin mempersunting Mahamentri I Hino? Bukankah tuanku sudah mendapatkan cinta putri Ganika? Apa yang kurang? Apalagi saat ini putri Ganika sedang hamil putra kedua? Apakah tindakan tuanku tidak akan menyakiti hatinya." Tanya Wiku Wirathu dengan suara yang cukup keras, mengingat dahulu Pangeran Balaputeradewa mengejarnya begitu rupa, bahkan hampir mengorbankan orang-orang Walaing yang tak bersalah."Ssstt guru, jangan keras-keras. Saya juga tidak ingin menyakiti Ganika. Tetapi dengan menikahi Putri Pramodhawardani saya akan memiliki kesempatan untuk membuktikan menjadikan Medang Chakramandala yang luar biasa." Jawab Pangeran Balaputeradewa lirih. Wiku Wirathu hanya menggeleng-gelengkan kepala."Kedatangan saya ke Walaing adalah untuk menjenguk dan menanyakan kabar Paduka dan putri Ganika. Saya juga diutus oleh Yayunda paduka Sri Kahulunan, untuk memberikan hadiah-hadiah bagi putri Ganika yang telah memberikan paduka keturunan, yang baik dan sehat. Apakah pantas saya
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

PELARIAN GANIKA

Ganika menutupkan selendangnya ke tubuh putra sulungnya yang tertidur, menembus dinginnya malam. Suara roda pedati berderak perlahan. Air mata Ganika bercucuran, ia memeluk erat putranya dan memindahkan kehangatan tubuhnya pada tubuh mungil yang belum mengerti dosa apapun."Gusti, kemana kita akan pergi?" Tanya Kusir pedati yang membawa Ganika." Kita pergi ke Gunung Soda, Nawa." Jawab Ganika."Gunung Soda? Tapi tempat itu sangat jauh Gusti." Nawa mencoba untuk memberikan Ganika gambaran perjalanan yang harus ditempuh."Semakin jauh, semakin baik Nawa." Kata Ganika."Tapi Pangeran masih terlalu kecil untuk menempuh perjalanan sepanjang itu. Apalagi kita hanya menggunakan pedati kecil. Untuk sampai Gunung Soda kita bahkan harus menembus hutan, Gusti. Apa tidak sebaiknya kita mencari wanua-wanua yang dekat saja." Darini salah satu dayang yang mengikuti Ganika mencoba untuk membujuk Ganika agar tidak pergi terlalu jauh."Tidak Darini. Wanua-wanua itu semua mengenalku dan Pangeran Balaput
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

PERTEMUAN KEMBALI

Wiku Sasodara memutuskan untuk bertemu dengan Dyah Ayu Meitala diam-diam di wilayah pantai kerajaan Tatar Sunda setelah menghadap Maharaja Samarattungga dan melaporkan misinya mencari Mustika telah berhasil. Wiku Sasodara menunjukan Mustika itu dihadapan para Mahamentri dan Maharaja dengan membawa lontar perjanjian yang telah ditandatangani sebelum Sang Wiku mendaki Udarati. Lontar itu menyatakan bahwa Sang Wiku boleh menyimpan Mustika Udarati itu sampai waktu di mana Mustika itu dapat memilih tuan yang ingin diikutinya. Dan siapapun tidak akan bisa mengambilnya termasuk Maharaja sendiri.Wiku Sasodara membuka kotak dan sutera penutup dari mustika itu dan tiba-tiba Mustika itu bercahaya Ungu kemerahan dengan pancaran yang sangat indah. Mustika itu muncul keluar dari kotaknya tanpa di sentuh dan melayang sambil berputar-putar.Semua orang berdecak kagum melihat hal itu. Namun Mustika itu hanya diam di tempat tidak bergerak, hanya berputar pada porosnya saja. Kemudian Mustika itu perl
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

CINTA SRITI

Jentra memasuki rumah yang disewa khusus Wiku Sasodara untuk merawat Sriti. Ada dua orang pembantu di sana. Mereka menyiapkan semua keperluan Sriti. "Gusti Jentra Kenanga, silahkan masuk. Nyimas ayu belum bisa bangun dari tempat tidur." Kata Mbok Jero."Iya mbok. Saya akan melihatnya." Kata Jentra.Saat Jentra masuk, Sriti tengah menyisir rambutnya. Wajahnya telah dipoles dengan sederhana, membuatnya semakin cantik. Jentra mengetuk pintu kamar yang tidak tertutup itu."Masuklah Kakang. Aku menunggumu." Kata Sriti lembut.Jentra mengambil kursi kayu yang ada di situ dan duduk di samping tempat tidur Sriti."Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah membaik? Aku membawa obat dari Wiku Sasodara dan Amasu. Sekarang mereka pergi lagi untuk suatu tugas baru di utara. Dan mungkin setelah ini aku juga harus ke barat untuk mencari Rukma dan Gusti Ayu Ganika. Jadi jagalah dirimu sepeninggalku nanti." Kata Jentra.Sriti menarik lengan Jentra dan menyandarkan tubuhnya ke pundak Jentra. Jentra tidak samp
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

PERJALANAN MENEMUKAN CHAKRAWARTIN

"Kau dengar suara itu?" Tanya Ratna Widuri."Iya aku mendengarnya." Menur menjawab perlahan."Mengapa suara dan gelombang suaranya begitu keras tapi benda atau hewan apa yang menggeram itu tidak nampak ya?" Ratna Widuri masih penasaran dan terus mencari."Ah, kau ini membuatku takut saja Ratna. Sudah tahu di dalam hutan begini masih saja cari-cari suara aneh. Ayo kita kembali saja. Takutnya Gusti Ayu Meitala menunggu kita."Menur membujuk Ratna."Sebentar dululah. Aku masih penasaran. Kenapa sih? Takut? Masak seorang prajurit wanita takut pada macan atau kucing hutan?"Sahut Ratna Widuri."Bukan itu. Kalau macan atau binatang hutan lain aku sih nggak takut. Tapi kalau..."Belum selesai Menur bicara Ratna Widuri menyambar omongannya"Jurig? Hantu?" Tanyanya."Aduh malah disebut, gimana sih?"Menur cepat-cepat menutup mulut Ratna Widuri."Lha kenapa memangnya?" Ratna Widuri melepaskan bekapan mulutnya dari tangan Menur."Kalau sedang di hutan kaya gini, pamali ngomong seperti itu. Nanti mer
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

SILPIN AGUNG

Dyah ayu Meitala begitu gembira menyambut kedatangan Wiku Sasodara begitu pula dengan Kelwang dan Mpu Panukuh. Mereka menghaturkan hormat yang disambut dengan pelukan hangat juga oleh Sang Wiku. Dan persis seperti dugaan Wiku Sasodara, Mpu Panukuh, Kelwang dan Munding telah menjadi pemuda yang sangat tampan dan rupawan. Terutama Mpu Panukuh yang mewarisi kelembutan watak ayahnya dan ketampanan khas Sanjaya dan Pengging. Namun soal wibawa, Mpu Panukuh memiliki wibawa yang jauh lebih besar dari ayahandanya, hanya Mpu Panukuh juga memiliki kerendahan dan kebaikan hati ibunya."Senang sekali bertemu dengan Guru. Saya menghaturkan salam hormat." Kata Mpu Panukuh yang hampir saja berlutut di hadapan Sang Wiku jika saja Sasodara tidak menghentikannya. "Tidak Gusti. Gusti tidak perlu menghormati saya seperti itu. Gusti adalah calon pemimpin besar, maka Gusti tidak boleh memberikan sembah pada hamba sahaya seperti saya." Kata Wiku Sasodara."Guru adalah biksu Agung dan kedudukan Guru itu bisa
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status