Semua Bab JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI: Bab 71 - Bab 80

127 Bab

PENYUSUP

"Aku mendengar suara-suara aneh di atas genting. Seperti orang merayap. Ilmunya cukup tinggi agaknya, karena tak seorangpun menyadari keberadaannya selain diriku." Kata Pangeran Balaputeradewa dalam hati. Pangeran Balaputeradewa melihat wajah istrinya. Ia tertidur dengan nyenyak. Perlahan Sang Pangeran meraih tombak pendek unik miliknya yang tersimpan di bawah tempat tidurnya. Kemudian ia membacakan mantera dari ilmu jaring warih yang ternyata tidak hanya bisa untuk senjata namun juga bisa sebagai perlindungan.Saat mantra selesai di baca, seluruh tempat tidur Ganika dan Ganika terbungkus gelembung air besar seperti dom. Tidak satu senjatapun mampu merobek dom terbuat dari air tersebut. Kemudian Pangeran Balaputeradewa melangkah keluar perlahan. Ia ingin agar penyusup itu tidak masuk ke kamar dan membahayakan Ganika. Jika memang harus bertempur maka Pangeran akan meladeninya di luar.Benar saja. Saat Sang Pangeran keluar, ia melihat ada sosok bertopeng merayap di wuwung rumah atau a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

SEBUAH AKIBAT

Kematian Pawana tidak hanya membahana di Walaing saja, namun terdengar hingga pelosok Medang. Hal ini kemudian digunakan oleh Maharaja Rakai Garung untuk memantapkan langkah selanjutnya.Ia mengincar wilayah Panaraban dan Kelasa.Hal ini tentu membuat Wiku Sasodara murka. Ia marah yang semarah-marahnya. Sampai Jentra dan Amasu cukup kebingungan di dalam meredakannya."Dasar bodoh, tolol! Mengapa kubiarkan semua ini terjadi> Anak itu telah membuat berbagai kerusakan karena ego dan nafsunya." Kata Wiku Sasodara.Matanya yang biasanya jernih tiba-tiba terlihat memerah. Dua tangannya bergetar hebat. Tiba-tiba Jentra dan Amasu merasakan bumi yang dipijak ikut bergetar kencang. Angin dari segala penjuru mengepung tubuh bikku yang sedang marah itu."Maruta Alun." bisik Amasu.Sang Bikku-pun mengendalikan energinya dari nafasnya yang teratur. Semakin nafasnya panjang, semakin besar angin yang ditimbulkannya. Tiba-tiba ia menarik udara yang besar itu berkumpul. Sebuah topan dahsyat-pun menuju p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya

KELASA MEMBARA

Saat Jentra dan kawan-kawannya tiba di sima Panaraban, beberapa persiapan sudah dilakukan. Namun Jentra melihat persiapan itu sama sekali sia-sia karena ia tahu pasukan Medang yang diturunkan akan puluhan ribu jumlahnya."Sandi musuh datang!" Teriak salah seorang prajurit. Mereka langsung mengepung Jentra dan teman-temannya.Rakai Panaraban dan Mpu Kumbhayoni-pun keluar dari dalam benteng pertahanan yang telah disiapkan. Gaurika yang melihat kakaknya Mpu Kumbhayoni, Megarana dan Laturana-pu segera turun dari kuda."Kangmas Kumbhayoni!" Teriaknya tanpa bisa membendung air matanya. Mpu Kumbhayoni-pun memeluk adiknya itu."Tahan!" Teriak Rakai Panaraban setelah mengetahui bahwa yang datang bukanlah musuh, melainkan utusan dari wiku Sasodara. Para perajurit itu-pun menurunkan senjata mereka, namun dengan penuh kewaspadaan tetap menjaga jarak dengan Jentra dan kawan-kawan. Mereka cukup hati-hati dengan pandangan tidak bersahabat. maklum yang datang adalah Panglima Medang yang dikenal sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-15
Baca selengkapnya

KESEDIHAN RUKMA DAN SASODARA

Persis seperti yang diramalkan oleh Sasodara. Panaraban luluh lantak tak berbekas selain puing-puing dan mayat yang bergelimpangan di sana-sini. Amasu, Rukma, Wiku Sasodara yang memeriksa tempat itu hanya bisa mengelus dada dan menyeka air mata setiap waktu.Jenasah Rakai Panaraban dan para Tumenggung-pun ditemukan diantara reruntuhan bangunan dan semua dibersihkan oleh Rukma dan Amasu. Jenasah itu disucikan dan dibungkus dengan kain. Beberapa perajurit Medang yang ditinggalkan mencoba menghalangi mereka. Namun Wiku Sasodara menghardiknya."Apakah kalian tidak mengenaliku? Aku adalah wiku Sasodara, paman dari permaisuri Sri Kahulunan. Aku hanya ingin memperlakukan jenasah orang-orang ini dengan sedikit hormat dan tidak membiarkan burung pemakan bangkai mengoyak mereka." Kata Sang Wiku yang membuat para perajurit itu mundur."Guru, akan kita kemanakan jenasah-jenasah ini. Kita bawa atau sekaligus kita sucikan di sini?"Tanya Amasu."Sebaiknya kita sucikan dan kita kremasi di tempat ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-17
Baca selengkapnya

PERSIAPAN PENDAKIAN

Pagi-pagi sekali Jentra telah mengumpulkan perbekalan untuk mendaki Udarati. Ia membagi beban dengan seluruh anggota yang akan ikut mendaki, berdasarkan keterangan Ganandara dan Kawindra mengenai vegetasi dan kondisi pasokan air dan pangan. "Apa saja yang kau bawa Jentra?"Tanya Amasu."Beras, empon-empon (sebangsa kunyit, jahe, cabe jawa, kencur dsb), minyak kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan dan kain tebal. Sisanya kita bisa berburu di hutan. Kata Kawindra banyak babi besar atau kijang yang bisa dipakai menambah perbekalan kita."Jawab Jentra."Tapi akau dan guru tidak makan daging." Amasu mengingatkan Jentra."Jangan kuatir wiku Amasu, saya juga menyiapkan beras ketan dan gula merah. baik dari kelapa maupun aren. Konon makanan manis akan menambah tenaga kita." Jawab Candrakanti"Ah, kau memang selalu bisa diandalkan, Candra sayang." Amasu nampak gembira."Naik gunung juga belum, sudah mengkuatirkan makanan. Dasar guru Amasu." Rukma menimpali sambil tertawa."Itu memang penting Ruk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-19
Baca selengkapnya

MENCARI SOSOK CHAKRAWARTIN

Sore itu, cahaya bulan telah mulai nampak memerah sinarnya. Dyah Ayu Meitala memandang putranya yang nampak takjub dengan indahnya cahaya rembulan itu. Dyah Ayu Meitala-pun meneteskan air matanya sambil mengelus rambut tebal putranya. Saat memandang bulan itu, Pangeran kecil wangsa Sanjaya itu bernyanyi sebuah kidung kuno yang bahkan belum pernah di dengar oleh Dyah Meitala. Kidung itu sedih sekali, seolah berisi pengajaran betapa sia-sianya cinta yang hanya akan menghasilkan derita. Namun betapa terkejutnya Sang Dyah Ayu ketika ia memperhatikan lagi putranya yang ternyata menggunakan kekuatan bulan untuk mengukir sebuah batu hanya dengan jari kecilnya.Kalwang-pun terkejut melihatnya"Ah, Gusti kau sangat pintar melukis batu." Katanya"Ya, benar. Lukisan sulur gelung yang indah dan ada bunga-bunga juga. Tetapi apakah batu itu tidak keras?" Munding menambahkan sambil bertanya."Aku tidak hanya bisa menggambar ini di batu. Tetapi aku bisa menyusunnya menjadi perwara kecil." Kata Mpu P
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-20
Baca selengkapnya

SEBUAH AWALAN YANG BAIK

"Tempat ini indah juga ya. Tidak semenakutkan yang diceritakan Ganandara." Kata Amasu."Masih indah. Belum sampai tempat yang menakutkan itu." Jawab Jentra. Entah mengapa ia merasa selalu diawasi. Nalurinya sebagai perajurit sandi rupanya sangat peka.Hal yang sama dirasakan Rukma. Ia memperhatikan banyak sekali pohon kebo, Beringin, Preh, Randu alas besar dan pohon Trembesi yang sangat terkenal menjadi rumah para hantu. Rukma masih ingat benar bagaimana wajah para hantu itu karena ia sering melihatnya saat kecil dulu."Apa yang dilihat wiku Amasu sehingga mengatakan jika tempat ini indah? Yang kulihat sungguh berbeda. Tempat ini benar-benar penuh dengan hantu." Kata Rukma pada Candrakanti."Memang, apa yang kau lihat Rukma?" Tanya Candrakanti."Hhuuhh banyak. Tempat ini benar-benar kerajaan hantu." Kata Rukma Candrakanti tiba-tiba merapatkan tubuhnya pada Jentra yang berjalan di depannya. Bukannya takut namun ia mengerti jika hantu itu memiliki wujud aneh-aneh yang tak ingin dilihatn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-21
Baca selengkapnya

THONGTHONG SOT

Belum habis ketegangan yang disebabkan oleh serangan Kemamang. Kelompok Jentra harus menghadapi kabut yang begitu pekat."Semua tenang, jangan panik atau ketakutan. Ini hanya kabut uap air biasa. Jadi kita tunggu semuanya menjadi lebih terang saat pagi nanti. Jangan ada yang meninggalkan tempat ini karena akan sangat berbahaya jika kita tersesat. Jurang menganga bisa dimana saja. Mantra yang kuucapkan akan melindungi kita dari hantu Kemamang tadi." Kata Wiku Sasodara."Jadi bagaimana ini sebaiknya?" Tanya Amasu." Kita bergantian jaga dan sebaiknya yang berjaga dua orang setiap kali." Kata Wiku Sasodara."Tapi kita bertujuh sekarang." Amasu menyela."Saat giliran Rukma, aku akan berjaga bersamanya dan Gaurika." Kata Wiku Sasodara."Benar. Jadi guru Amasu berjaga dengan yayu Sriti, kan?" Gaurika memastikan.Wiku Sasodara mengangguk. Amasu menghela nafas dan Sriti sedikit cemberut. Sementara Candrakanti mengangkat alis dan tersenyum dengan sedikit perasaan kemenangan bahwa Wiku Sasodara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-22
Baca selengkapnya

JALAN SULIT MENUJU MUSTIKA UDARATI

Malam berlalu hampir tanpa istirahat. Semua orang nampaknya sangat lelah. Wiku Sasodara akhirnya memutuskan untuk memulai perjalan siang hari, supaya mereka yang kurang tidur bisa melanjutkan istirahat beberapa jam lagi. " Jentra, pergilah menangkap beberapa ekor ikan di sungai bawah sana. Setidaknya dagingnya bisa menambah tenaga untuk para wanita. Atau pergi tangkap babi dan rusa." Kata Wiku Sasodara."Biar kutemani." Sahut Sriti bersemangat. Candrakanti langsung melirik Jentra dengan pandangan yang kurang menyenangkan."Oh, tidak perlu! Tempat itu bisa jadi berbahaya."Kata Jentra."Biar dia pergi sendiri. Kau bantu Candra saja membuat sarapan untukku dan Amasu, karena kami tidak makan daging. Oh ya, aku membawa biji jagung dan millet, kalian bisa membuat bubur dari bahan ini." Wiku Sasodara mengulurkan bungkusan dari bondotan (semacam tas kain yang diikat ujung-ujungnya) yang dibawanya. Sriti sedikit kesal namun ia tak punya pilihan.Jentra turun ke mata air. Ia melihat banyak sek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-23
Baca selengkapnya

POHON BERNYAWA

Rombongan Sasodara dan Jentra mulai mendaki lagi selepas tengah hari. Mereka mulai memasuki hutan yang gelap dengan pohon-pohon besar yang bahkan tidak dapat dipeluk sepuluh orang bergandengan. Sulur-sulurnya juga menjuntai ke bawah hingga menyentuh tanah."Hati-hati dengan ular besar! Mereka sering mnyergap dari atas." Wiku Sasodara mengingatkan anggota rombongannya. Sungguh perjalanan yang sangat berat karena pendakian telah dimulai. Jalan yang cukup menanjak, berbatu atau berlumpur yang jika tidak hati-hati bisa membuat orang tergelincir. Candrakanti mengamati setiap pohon dan yang sulurnya bergerak ia waspadai, bisa jadi hembusan angin tetapi tidak jarang juga pergerakan seekor ular pohon sebesar-besar paha orang dewasa."Banyak sekali ular di tempat ini." Kata Candrakanti."Kau takut?" Ejek Sriti."Bukan takut, tapi geli saja melihatnya." Jawab Caandrakanti.Belum lagi keduanya diam dengan percakapannya, tiba-tiba seekor ular besar sebatang kelapa meluncur dan hampir saja melil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status