Home / Pernikahan / Kelakuan Papa Mertua / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kelakuan Papa Mertua: Chapter 61 - Chapter 70

113 Chapters

Rusak Otak

“Nyonya Karisma mengalami kelumpuhan syaraf, dugaan sementara sebab dia overdosis obat penenang. Dalam darahnya ada zat yang banyak terkandung obat tersebut. Apakah beberapa hari ini yang bersangkutan menunjukkan gejala depresi?” Dokter menatap Mahardika, lalu Sinta, dan … mengernyit saat sampai pada sosok Dudung.Mahardika menghela napas. “Yah … memang anak kami sedang dalam tekanan yang berat. Istilahnya ada kasus begitu, yang sedang menimpanya.”“Oh, kenapa tidak langsung ditangani psikiater? Atau obat penenang itu justru dari psikiater?” Dokter menyelidik lagi.Serempak Mahardika dan sang istri menggeleng.“Apa anak kami akan bisa sembuh seperti sediakala, Dok?” tanya Sinta.“Kita harus selalu optimis, Ibu, namun dalam kejadian Nyonya Karisma ini … jujur harus saya sampaikan bahwa hanya keajaiban Tuhan yang akan ….” Sang dokter sengaja tidak menuntaskan pembicaraannya. Kedua tangan yang tertumpu di atas meja, membuka membentuk bunga yang merekah. Lalu menangkup lagi dalam dua deti
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

Misi Telah Komplit

“Tuan,” panggil Dudung dengan nada sedang. Kepalanya tetap menunduk, namun dia pastikan bahwa suaranya sampai pada syaraf pendengaran milik Tyo. Damar masih berada jauh di sana, tentu tidak akan mendengar, lagi pun lelaki itu sedang sibuk sendiri dengan teleponnya.“Aku setiap malam mencicipi Nyonya Karisma. Setiap inci dagingnya memang terasa enak sekali ya,” kata Dudung lagi. Kepala lelaki itu tetap menunduk.Tyo bangkit. Tanpa babibu tinjunya menghunjam Dudung bertubi-tubi.“Nyonya Karisma hamil anak aku,” bisik Dudung sebelum ambruk.Tyo menendang perut Dudung yang sudah terduduk dengan sekuat tenaga, sampai Dudung muntah. Kalau saja Damar dan orang-orang di sekitar situ tidak segera memisahkan mereka, Dudung bisa kehilangan nyawa akibat amukan Tyo.“Apa yang Anda lakukan, Pak Tyo?” Damar marah luar biasa. Lelaki itu sampai harus menampar pipi Tyo dengan keras supaya klien-nya itu lepas dari cengkeram kemurkaan.“Liatlah! Liat!” Damar berteriak sambil menunjuk Dudung yang terkapa
last updateLast Updated : 2024-04-14
Read more

Menjadi Teman

“Oh, jadi Pak Jagat menolak?”“Bukan menolak, Dok, tapi belum menerima.”Reinald terkekeh. “Kalau boleh nebak Bu Riana ini orang marketing, media … atau semacamnya ya? Pintar sekali mencari padanan kalimat.”Ganti Riana yang berderai.Mendadak sunyi, setelah kedua insan itu berhenti tertawa.“Bu Riana, saya peduli dengan Pak Jagat, sebab ingat kepada kembaran saya. Kami masih awal-awal kuliah saat itu. Saya, Papa dan Mama saya sebenarnya tau bahwa kakak kembar saya itu sering menangis diam-diam. Tapi kalau di depan kami, dia tampak seolah biasa. Masih bisa bercanda, tertawa … jadi kami pun berpura-pura tidak tau. Yang ada dalam pikiran kami dulu, dia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, sebab buktinya kakak saya tidak pernah minta tolong ….”Reinald menoleh ke arah lain. Sementara Riana menunduk. Tanpa perlu melihat wajah sang dokter, Riana tahu Reinald sedang berjuang menyelesaikan ceritanya.“Saya tidak ada maksud apa-apa, selain … eee saya tidak ingin lagi berada dalam keadaan m
last updateLast Updated : 2024-04-15
Read more

Pulang

“Alhamdulillah, akhirnya Nak Jagat pulang juga,” Ibu menyambut dengan senyum merekah di pintu depan. “Pas banget rumah sudah selesai di renovasi.”Jagat tersenyum kecil. Dia melirik Bapak yang tengah duduk di sebelah Ibu. Lelaki itu sedang menyeruput kopi, tampak tidak merespon kedatangan dia dan Riana. Sampai mereka bertiga masuk ke dalam rumah, Bapak tidak berkata apa-apa. Tetap duduk anteng di kursi teras.“Cat-nya bau,” desis Jagat begitu kakinya masuk ke dalam.Ibu menceplos tawa berdurasi sedikit. “Iya, Nak … baru selesai pagi tadi, ngebut biar pas Nak Jagat pulang sudah rapi, jadi nyaman untuk istirahat.”“Tapi baunya bikin pusing,” tukas Jagat. “Apa di kamar juga dicat baru?”“I-iya,” jawab Ibu seraya memandang Riana.“Seharusnya dapur aja yang direnovasi,” desis Jagat lagi. “Kok malah keseluruhan rumah gini.”“Eh, kami pikir—““Maaf ya, Mas. Semua ini aku kok yang minta. Ibu sama Bapak hanya mengikuti perintahku,” tutur Riana memotong ucapan Ibu. Tangannya mengelus pundak Ibu
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Salah Siapa?

“Bapak makin enggak suka sama sikapnya Jagat. Dia itu sudah salah, tapi bukannya memperbaiki diri tapi adaaa aja yang bikin repot Riana,” cetus Arman.“Jangan gitu lah, Pak. Gimana pun juga Jagat itu sudah jadi anak kita, kalau memang dirasa salah ya tolong diingatkan baik-baik,” sahut Neni, sembari mengiris ketupat. “Bapak ketupatnya satu atau dua?”“Dua. Lapar dari pagi belum makan, malah yang punya rumah pulang-pulang wajahnya gitu,” tukas Arman. “Bikin malas.”Orang tua Riana itu belum jauh dari rumah anaknya, mereka sekarang terdampar di warung bakso, sebab sudah kelaparan. Itulah alasan mereka nekat pamit di saat matahari sedang berada di puncak langit.Sedianya Neni sudah memasak makanan lumayan banyak, dengan maksud ketika Jagat dan Riana pulang mereka bisa makan bersama. Namun Arman sudah terlanjur sebal melihat tingkah Jagat yang seperti tidak menghargainya.Menurut Arman, kesalahan Jagat yang pertama adalah, dia tidak bersalaman saat pertama mereka bertemu. Lalu dia sakit h
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more

Yang Dilihat Mata

“Bukannya itu Bu Widya … kok sama laki-laki lain? Lebih muda lagi.”Sekitar tiga meter dari hadapan mereka, Neni melihat Widya sedang menangis dan sibuk ditenangkan oleh seorang laki-laki yang … mungkin seumuran dengan Tyo atau Jagat. Terlihat lelaki itu mengelap pipi Widya. Setelah itu si lelaki menggenggam tangan Widya.“Oalah, satu keluarga memang udah enggak beres semua, Bu. Apa ya kamu yakin anak kita mau diterusin sama keluarga yang semuanya punya sifat selingkuh?”“Eh, jangan buruk sangka,Pak. Belum tentu itu selingkuhan—““Lah apa? Teman? Keponakan? Masa keponakan mesra gitu. Jadi makin enggak yakin Bapak sama Jagat ngeliat ini, Bu. Duh, anak kita nanti gimana?”“Bapak … jangan mikir yang aneh-aneh terus dong. Ya, udah, Pak. Ayo kita jalan lagi!” ujar Neni sembari menepuk pinggang suaminya. Dia jadi menyesal sendiri. Tahu akan begini, mungkin dia lebih memilih diam dan pura-pura tidak melihat Widya yang sedang duduk di teras coffe shop ditemani lelaki muda.Perjalanan menuju
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

Karma

“Dasar pengacara busuk, keparat! Kamu pikir saya takut kehilangan kamu. Seratus pengacara model sepertimu bisa saya dapatkan dengan gampang!”Sulis berteriak dan terus menyumpah-nyumpah kepada punggung Damar yang menjauh.“Sudah, Pa. Sudah. Malu diliatin banyak orang,” seru Widya. Sibuk sekali dia memegang lengan, tangan dan pundak suaminya. Bersusah payah menghalau lelaki itu untuk tidak mendekati Damar. Perempuan itu takut jika pada akhirnya Sulis pun terkena pasal penganiayaan seperti yang sudah disangkakan kepada Tyo.“Duduklah, Pa, sabar.”Baru saja mereka duduk kembali ….“Bapak, Ibu, mohon maaf.”Widya dan Sulis menoleh bersamaan. Seorang perempuan dengan dress bunga-bunga mengulas sebaris senyum. Senyum yang sengaja perempuan itu ciptakan untuk mengantisipasi kemarahan lanjutan dari Sulis.“Perkenalkan saya manager di sini, dengan segala kerendahan hati … mohon Bapak dan Ibu bersedia meninggalkan tempat ini, demi kenyamanan—““Diam kau!” tukas Sulis sambil berdiri. “Baru warun
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

Bukan Badai Biasa

“Kampret! Pantesan enggak selesai-selesai!” teriak Sulis marah.Dia menemukan para tukang bangunan yang sedang membangun rumahnya berlarian ke sana kemari, ketika mobil Sulis masuk pekarangan kebunnya. Meskipun lima laki-laki dewasa itu sekarang terlihat sedang mengerjakan sesuatu, tetapi mata Sulis sudah memergoki polah mereka semua.Beberapa detik tadi. Dari mobil mereka, Sulis dan Widya melihat satu orang yang sedang asyik main telepon genggam, dua orang berjoget dengan diiringi satu orang lainnya yang memukul-mukul ember. Mandornya terlihat merebahkan badan …. Sudah barang tentu Sulis tersulut murka.Sambil menahan sakit bekas ditinju pengembala kambing, Sulis tergopoh-gopoh turun dari mobil. Kali ini Widya sependapat dengan sang suami, maka dari itu dia tidak mencegah Sulis. Perempuan itu malah ikut melotot kepada para tukangnya.“Dasar kalian orang-orang kampung! Enggak amanah sama sekali! Detik ini juga keluar, keluar dari sini. Saya tidak butuh orang ngawur seperti kalian semu
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

Janji Temu

“Apa sih it—“BRUUUG. BLAM!Belum usai ucapan Sulis, bunyi keras lainnya menyusul. Rumah ambruk sebagian. Kamar tempat mereka berada pun terbelah.“Ma, ayo cepat kita keluar, takut rumah ini nanti runtuh!” Sulis menarik tangan Widya yang seperti masih terbengong kaget dengan kejadian ini.Widya tersadar dan cepat mengikuti langkah Sulis. Namun malang, sesuatu yang meluncur dari atas mereka lebih dulu menghentikan langkah keduanya.“Mama!” Sulis memekik ketika istrinya terkapar dengan bongkahan tembok menindih kedua kaki Widya.Ibu kandung Tyo dan Jagat itu merasakan sakit yang teramat sangat, dan berangsur-angsur memudar … Widya pingsan.Keesokan harinya, Sulis tergopoh-gopoh ke kantor polisi. Dia berniat melaporkan para tukang bangunan yang telah menyebabkan kecelakaan kemarin siang. Namun sebelumnya dia ingin menemui anaknya terlebih dulu.“Ya, Tuhan!” Tyo menjerit kaget. Mengundang perhatian orang-orang yang ada di situ sekejap. Sulis sampai berdiri, untuk sekedar membungkukkan bad
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more

Jagat Vs Reinald

(Bisa, Na. Jam setengah lima, oke?)(Oke, Rein).(Kamu langsung ke rumah sakit aja ya, Na)(Terima kasih, Rein).(No prob, Na).Jagat melotot membaca pesan-pesan Riana di kontak dengan nama ‘Reinald’. Jadi selama ini istrinya ada sesuatu dengan dokter itu? Sampai mereka memanggil dengan nama masing-masing tanpa embel-embel penghormatan seperti ‘Ibu’ atau ‘Mbak’?“Apa itu ‘Na’, semacam panggilan sayang?” jerit hati Jagat. Dia sampai bersusah payah untuk menelan ludahnya sendiri.Jari jemari Jagat menelusur lagi. Tetapi tidak ada percakapan selain itu, apakah ini berarti riwayat percakapan mereka telah sengaja dihapus oleh Riana? Disengaja untuk menghilangkan jejak? Hati Jagat begitu membara.Dia masih belum menyerah, kali ini riwayat panggilan telepon yang menjadi tujuannya. Dan, benar! Ada beberapa kali panggilan, bahkan tertera hari ini mereka saling bertelepon lebih dari sekali. Dengan kepala yang seakan menyala bara api, Jagat langsung membuat panggilan kepada dokter itu.Dering pe
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status