Home / Pernikahan / Kelakuan Papa Mertua / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kelakuan Papa Mertua: Chapter 71 - Chapter 80

113 Chapters

Sang Nyonya

“Ri, Ibu dengar Mama mertuamu masuk rumah sakit. Benar begitu?”“I-iya, Bu.”“Gimana keadaannya?”Riana diam. Tidak tahu harus menjawab apa, sementara wajah Jagat di depannya mulai mengeras. Sedikit demi sedikit otot-otot rahangnya kencang.“Kamu belum menengoknya ya? Atau memang sengaja enggak mau?” tukas Ibu. Ketika Riana tetap diam, akhirnya Ibu bicara lagi, “Kalau Jagat mau nengok mamanya, jangan dihalangi, Ri. Malah seharusnya kamu ikut mendampingi. Gimana pun juga dia ibu kandungnya Jagat. Jangan jadi orang jahat.”“Iya, Bu.”Telepon ditutup. Riana kembali menatap wajah sang suami.“Ada kabar apa di kampung?” selidik Jagat. Yang sebenarnya dia sudah dapat meraba apa isi percakapan antara istri dan ibu mertuanya barusan.Riana menggeleng. “Ibu sudah dengar kabar tentang Mama.”Lelaki di hadapan Riana itu menghembuskan napas kasar.“Ibu tanya, apa Mas mau menjenguk Mama?”Spontan Jagat memalingkan wajah. Seratus persen hatinya ingin, tetapi dia takut akan penolakan yang akan dia t
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

Setelah Makan Malam

“Loh, kok kita belok kiri?”Riana akhirnya bicara. Sedari saat makan hingga berada di dalam mobil Jagat menjadi pendiam. Riana paham pasti gara-gara dokter Reinald, dan sebenarnya dia sudah minta maaf pada sang suami beberapa kali. Akan tetapi Jagat memilih berpura-pura tidak mendengar dan mengabaikannya.“Mas, kok—““Aku pengen bezuk Mama, kalau kamu keberatan nanti kita muter di depan,” sahut Jagat, kelihatan nadanya masih ditekan agar terdengar biasa.“Oh, enggak gitu juga, Mas … aku kan cuma tanya, takut salah arah aja.” Riana melirik suaminya. “Apa masih marah soal dokter Rei—““Udahlah, Dek, jangan lagi dibahas soal itu.”Bertepatan dengan ucapan Jagat, ada sebuah motor yang menyelonong, memotong jalan sembarangan. Jagat pun menginjak pedal rem dalam-dalam, dan membuat mobil berguncang. Otomatis badan keduanya pun ikut berguncang. Riana yang tidak melihat kejadian di depan mobil, sebab matanya masih lekat kepada sang suami, terhempas keras. Hampir saja kepalanya terantuk dashbo
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Pengacara Baru Bernama Baskoro

“Ada apa, Pa?” Widya menegakkan kepala sekuat yang dia mampu. Tubuhnya sudah lebih segar meskipun selera makannya belum baik. “Mama denger Papa teriak-teriak, dan apa itu suara Riana?”“Mama denger?” Sulis membeliak tidak percaya.Saat kejadian tadi, kamar perawatan ini dalam keadaan tertutup. Jika sampai suara pertengkaran tersebut sampai didengar Widya, berarti memang suara mereka sama-sama sangat kencang.“Apa Riana mau nengok Mama? Sama Jagat juga?” Widya bertanya lagi. Ada sedikit kehangatan dalam harapannya. Jika anak bungsunya itu sudah mendekat ke arahnya, dia akan menggunakan keadaan dirinya ini untuk membujuk Jagat melepaskan tuntutan kepada Tyo.“Sekarang mereka di mana, Pa?” Widya menatap pintu, yang sudah ditutup rapat oleh Sulis. Mata Widya mengikuti pergerakan suaminya. Lelaki itu meletakkan barang belanjaan di meja, tepat di bawah TV layar datar yang menggantung di dinding.Sulis membalik badan, menghadap kepada istrinya. “Mereka ke sini bukan untuk menengok Mama.”“Te
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Fakta

“Jadi kamu benar dari menengok Mama … eh maksudnya Bu Widya?” Vivi berseru kalap. “Astaga, Riana … apa yang ada dalam pikiran kalian sih? Pasti Jagat kan yang ngotot pengen ketemu ibunya?”Riana menghembus napas. Di sebelahnya Jagat tertunduk, menekuri telepon genggamnya sendiri. Lelaki itu masih berbalas pesan dengan Bu Reni. Sebelum Riana mendapat telepon berisi omelan Vivi sekarang, Jagat sudah terlebih dulu mendapat teguran dari pengacara itu.“Ri, Riana!” Suara Vivi terdengar lebih keras. Mungkin karena Riana belum merespon ucapan terakhirnya.“Iya, Kak.”“Kamu tuh aduh … berarti bener kali ya yang dulu dikatakan dia, dia pernah cerita kalau Jagat itu beneran emang suka enggak pakai otak kalau mau ngapa-ngapain.”“Dia siapa, Kak?” tanya Riana polos.Vivi berdecih. “Ck, ya dia … dia kakaknya Jagat.”Entah mengapa Riana tertawa. Menurut Riana lucu saja cara Vivi menyebut mantannya. Dulu saat mereka masih terikat dalam pernikahan, Vivi memanggil Tyo dengan embel-embel ‘Mas’ di depan
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Kecurigaan

“Ri, kamu tau—““Sst … bentar, May. Ini hape-ku bunyi terus dari tadi, aku telpon balik dia dulu ya.” Riana berkata sembari mengangkat tangan, meminta Maya untuk menahan ucapannya sebentar.Dilihatnya panggilan telepon telah berderet, sebab sebenarnya telepon Riana memang sudah berdering sejak dia masih ada di rumah. Riana tahu pasti bahwa itu dari Reinald, maka itu dia sengaja tidak angkat di depan Jagat. Bukan menyembunyikan sesuatu, dia hanya tidak ingin suaminya berpikiran aneh-aneh lagi terhadap Reinald.“Halo, Rein ….” Riana melirik kepada Maya. Sahabatnya itu masih menatapnya tidak berkedip, jiwa keingintahuan Maya memang susah untuk dikendalikan. Entah mengapa, kali ini Riana menjadi tidak nyaman, istri Jagat itu pun meninggalkan Maya, untuk mencari ruang lain yang sekiranya terbebas dari jangkauan kuping sahabatnya itu.“Na, maaf ya, aku terpaksa telpon pagi-pagi begini, takut nanti aku tidak sempat lagi,” ucap Reinald.“Iya, enggak apa-apa, Rein, aku udah di kantor kok. Kamu
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Pertemuan Terlarang

“Jadi benar Riana menerima telpon dari dokter Rienald di kantor?” tanya Jagat. Entah mengapa nadanya naik, nyaris seperti orang berteriak. Napasnya pun terdengar menderu setelah mengucapkan kalimat itu.“Iya, Mas. Aku memang tidak bisa mendengar semua pembicaraan mereka, tapi aku mendengar Riana menyebut nama dokter itu.”“Dan mereka tertawa-tawa?” tukas Jagat. Mulutnya membentuk seringai hambar.Untuk satu pertanyaan ini, Maya perlu menghela napas sebelum akhirnya mengiyakan.“May, aku mau tanya ke kamu, tolong jawab yang jujur ya!”Maya mengangguk patah-patah. Dalam benaknya muncul tanda tanya besar, apa yang harus dia jawab? Kalau soal Reinald, dia pernah memergoki Riana bertelepon dengan dokter itu dua kali. Dan memang percakapan mereka terdengar menyenangkan sebab banyak dijejali tawa di sana sini.“Kamu tau enggak kalau Riana punya uang banyak?” Jagat melempar tanya lagi. Setengah ragu, tetapi dia harus tahu kebenarannya. Apakah Riana merahasiakan ini semua dari orang lain, atau
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Awal Persahabatan

Riana gadis manis yang memang sedikit kampungan untuk ukuran anak kuliahan saat itu. Outfit yang dia kenakan sama sekali tidak modis, jauh dari kata mengikuti tren. Belakangan Maya mengerti alasannya, tidak lain karena ekonomi keluarga Riana yang sangat sederhana. Padahal kehidupan dia sendiri pun tidak dapat dikatakan berlimpah, namun dia masih lebih beruntung dibanding Riana.Awal persahabatan mereka berawal di halte depan kampus. Riana menunggu bapaknya menjemput, sedang Maya menunggu angkot untuk pulang ke kost-nya.“Anak akuntansi ya? Kayak familiar wajahnya,” sapa Maya terlebih dahulu.“I-iya, kamu Maya kan?” balas Riana malu-malu.“Wah ternyata aku terkenal juga.” Dada Maya sedikit membusung, agak bangga bahwa teman sekelas yang dia tidak tahu namanya tetapi teman itu mengenal dirinya.Riana menutup mulutnya dengan satu tangan agar tawa tidak menyembur keluar. “Kan kamu yang kemarin disuruh maju gara-gara tidur di kelas.”Sedetik Maya melotot, namun kemudian terbahak-bahak. Ast
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

Sudah Tak Utuh Lagi

“Kok kamu tau, Ri?” Suara Maya tercekat di tenggorokan. Pikirannya mulai menjalar-jalar, mencari kemungkinan jawaban sekiranya benar bahwa Riana telah mengetahui pertemuan siang ini dengan Jagat.Riana tertawa riang. Benar-benar makin membuat Maya bingung. Apakah sahabatnya tertawa sebab benar-benar sudah tahu atau ….“Tuh, alpukatnya ada di kerah!” tunjuk Riana ringan. “Huu mampir nge-es enggak ngomong, tau gitu kan nitip.”“Astaga …,” desis Maya seraya mengambil potongan alpukat yang ditunjuk Riana. Dengan gemas dia lumat barang bukti itu di tangannya sendiri, setelahnya dia mengambil tisu untuk membersihkan jari.“Beli es di mana? Kok tumben enggak ngebungkus buat aku?” cicit Riana pura-pura komplain.Maya meringis. “Sorry, Ri, kami tadi buru-buru—““Hei, apa? Kami? Kamu ketemuan sama si Andri?” Mata Riana membulat. Agaknya kali ini dia serius.“Eh, ngawur aja, mana ada … aku cuma ketemuan sama temen biasa kok. Abis dia maksa banget, aku enggak tega.”“Yang penting enggak pinjam s
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Jangan Mudah Menyerah

“Riana sudah pulang sekitar tiga atau lima menit yang lalu—““Jadi Riana enggak ada di sana?” Suara Jagat kentara sekali bergetar menahan sesuatu.Hati Maya berdesir. Semula dia ingin menutupi hal tersebut dari Jagat, namun otaknya cepat berpikir. Jika memang dirinya ingin membantu rumah tangga Riana dan Jagat, langkah pertama adalah membiarkan Jagat mengetahui yang sesungguhnya terjadi. Hal itu akan memudahkan Jagat untuk mengambil langkah yang diperlukan.“Iya, tapi Mas Jagat harus tetap tenang ya—““Gimana bisa tenang? Pasti dia ketemuan sama dokter itu,” tukas Jagat cepat. Bunyi isakan lirih menyusul setelah dia selesai bicara.Maya diam. Dia bingung, tidak tahu harus berbuat apa.“Kupikir aku sudah mengalah, aku setuju untuk ketemu dengan psikolog biar Riana tidak punya alasan lagi untuk ngobrol dengan dokter itu, tapi nyatanya …,” lanjut Jagat.Maya tetap diam. Pikirannya sedang mereka-reka ke mana Riana pergi. Sepanjang ingatan Maya, Riana tidak begitu banyak mempunyai teman ak
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Hampir Saja

“Dikunci?” Mata Jagat membulat. Sejak kapan?Dengan hati hancur, Jagat memasukkan gawai itu ke dalam tas Riana kembali. Dia mengusap wajah dengan kasar dalam sekejap mata. Menggelengkan kepala sebanyak tiga kali seraya menahan air mata. Apakah ini cukup sebagai bukti jika memang Riana ada maksud lain di belakangnya? Pertama, menyembunyikan fakta tentang uang. Kedua, berbohong lembur padahal entah pergi ke mana dan dengan siapa. Ketiga, mengunci telepon genggam. Untuk apa?“Mas.”Jagat terlonjak kaget.Riana mengernyit, “Ada apa?”Jagat terpaku, matanya hampir copot melihat kepala Riana terbungkus handuk. Sebuah kebiasaan istrinya sesudah keramas. Jangan-jangan …. Jantung Jagat berpacu, berdetak tidak beraturan.“Ih, ditanya ada apa, malah melotot,” ucap Riana seraya melenggang masuk kamar. Melewati badan Jagat begitu saja. Perempuan itu kemudian duduk di depan meja rias, dan mulai mengoleskan sesuatu di wajah dan badannya.Jagat masih menancapkan mata kepada istrinya. Otak anak bungsu
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status