Malam hari profesor Black menelponku, aku melirik jam delapan malam, berarti di LA jam enam pagi pasti dia menginginkanku. Benar perkiraanku, dia mengajak melakukannya lagi, aku katakan aku tidak berminat. Permainan itu tidak menyelesaikan masalahku, aku tetap stress. Terlihat wajahnya kecewa.“Kalau kau ingin lakukanlah sendiri,” kataku.“Tapi tadi sore kamu melakukannya dengan sangat baik, kau mengerang , mendesah dan menjerit.” Protesnya.“Pop, itu kenikmatan semu, aku ingin yang nyata.”“Terbanglah ke LA.” Bisiknya parau.“Masalahku belum selesai, “ kataku.“Kapan kau mulai bertindak?” tanyanya.“Besok, aku akan ke kantornya.” Kataku mantap.“Baiklah, tidurlah suaramu menandakan kau mengantuk.”“Sorry, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu.”Kataku.“Aku bisa melakukannya dengan deasy.” Katanya.Aku tersenyum mendengar namanya, pilihan terakhir profesor Black, aku tidak cemburu pada deasy, biarlah profesor mengeksplotasinya, batinku.Akupun menghela napas, mengatur bantalku agar ter
Baca selengkapnya