Hidup bukanlah apa yang terjadi di sekitar anda, tetapi kebenaran hidp adalah yang terjadi pada diri anda.Kebenaran hidup dalam banyak kasus yang kuhadapi orang-orang di sekitar kita yang membuat kita bisa hampa tanpa kepastian hidup, hidup dalam kebahagiaan dan hidup dalam kegelisahan.Aku pernah mengalami hidup hampa ketika papa meninggal, semua yang ingin kuraih aku harus merangkak agar dapat lulus SMA dan menggapai cita-citaku. Keberadaan oom Bimo dan Bulus, hidupku yang merangkat, aku bisa bangkit berdiri. Tawaran oom Bulus mengikatku dalam kontrak membuatku bahagia. Aku telah melampaui hidup itu, kebahagiaan bersama oom Bulus dan profesor Black, bahagia lahir dan batin, menikmati kemewahan dan kenikmatan suatu hubungan terlarang.Sekarang aku hidup dalam kegelisahan di kamar kost, merenung apa yang akan aku lakukan mencari kebenaran hidupku yang telah dihempaskan lima tahun lalu. Langkah apa yang harus kutempuh? Diawali dari mana? Menemui keluarga oom Bimo? Apakah mereka sudah
Proses menghilangkan oom Bulus dari benakku sulit kulepaskan ada satu nama Adhikara Sriyanto Baskara ketika nama itu aku bisikkan perlahan-lahan. Waktu itu dengan alasan belum siap hamil, belum siap mengandung selama sembilan bulan,belum siap melahirkan dan merawatnya , naluri keibuanku yang kusembunyikan tiba-tiba menyulut keluar saat oom Herkules marah ketika aku menanyakan keberadaan anakku.Kata-kata oom Herkules ,mbak sekarang meminta hak ingin mengetahui keberadaan anak mbak?Kemana mbak selama ini? Menghilang tanpa jejak! Aku meringis bukan karena sakit tapi kata-kata pedas oom Herkules setajam silet. Aku merasa dipermalukan.Waktu itu logika yang kupakai lebih kuat daripada naluri keibuanku, membuat aku melarikan diri ke Amerika, Los Angelus dengan alasan meraih cita-citaku hanyalah puncak dari kemarahanku untuk membuat daddy menyesal karena menduakan aku dengan Herlina , isterinya. Aku ingin dinomor satukan oleh daddy , ternyata daddy lebih memilih Herlina dan mama Soray
Malam hari profesor Black menelponku, aku melirik jam delapan malam, berarti di LA jam enam pagi pasti dia menginginkanku. Benar perkiraanku, dia mengajak melakukannya lagi, aku katakan aku tidak berminat. Permainan itu tidak menyelesaikan masalahku, aku tetap stress. Terlihat wajahnya kecewa.“Kalau kau ingin lakukanlah sendiri,” kataku.“Tapi tadi sore kamu melakukannya dengan sangat baik, kau mengerang , mendesah dan menjerit.” Protesnya.“Pop, itu kenikmatan semu, aku ingin yang nyata.”“Terbanglah ke LA.” Bisiknya parau.“Masalahku belum selesai, “ kataku.“Kapan kau mulai bertindak?” tanyanya.“Besok, aku akan ke kantornya.” Kataku mantap.“Baiklah, tidurlah suaramu menandakan kau mengantuk.”“Sorry, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu.”Kataku.“Aku bisa melakukannya dengan deasy.” Katanya.Aku tersenyum mendengar namanya, pilihan terakhir profesor Black, aku tidak cemburu pada deasy, biarlah profesor mengeksplotasinya, batinku.Akupun menghela napas, mengatur bantalku agar ter
Taksi online berhenti di apartemen Bougenville, aku memandang kea rah apartemen, perasaanku berkecamuk apakah tepat saat ini aku bertemu dengannya?“Mbak sudah sampai, ongkosnya lima puluh dua ribu rupiah.”“Oh, maaf.” Kataku lalu mengambil dompet dan memberikan uang lima puluhan dan satu puluhan ribu. Tidak usah kembaliannya. Terima kasih.”Kataku langsung membuka pintu mobil dan menurunkan kakiku yang terasa enggan melangkah keluar mobil.Firasat hatiku mengatakan akan terjadi sesuatu. Apakah pertemuanku dengan oom Bulus akan berakhir dengan penuh haru biru atau penuh dengan umpatan karena meninggalkannya sehingga oom Bulus jatuh terpuruk?Aku masuk ke lobby, resepsionis yang sibuk dengan ponselnya sempat mengacukanku. Aku melihat wajah baru , bukan mbak Santi atau mas Jorgin. Mungkin mereka sudah resign, batinku. Ada kelegaan bahwa resepsionisnya adalah orang baru sehingga memudahkanku untuk berbohong mengenai identitasku.Tiba-tiba segerombolan orang berpakaian hitam memasuki aparte
Aku membayangkan matanya yang kejam dan licik, apa yang dilakukan dengan anakku?, batinku. Tidak lama mobil hitam masuk ke halaman apartemen, sekitar delapan orang berpakaian hitam turun dari mobil, langsung masuk ke dalam apartemen.“Anakku dalam bahaya,” bisikku pelan.Aku yang semula bergeming di tempat kemudian tersentak mendengar bisikanku, naluri keibuanku terhempas keluar. Sebuah tangan kasar, kuat menahan langkahku yang akan keluar dari supermarket, perhatianku terpecah antara menyelamatkan anakku dan tangan yang memegang lenganku.Aku tertegun merasakan remasan tangannya yang kuat di lenganku, bau maskulih khas yang dimilikinya masuk melalui hidungku disertai aroma nikotin, Oom Bulus, batinku.Pria di belakangku lalu memelukku,”Jangan gegabah, mereka akan melumatmu.” Bisiknya.“Oom Bulus?” bisikku.“Sekarang aku menjadi oom bukan daddy?” bisiknya menyebarkan aroma nikotin yang berhembus keluar dari mulutnya.Ada rasa tidak nyaman dalam pelukannya, aku berusaha waspada, siapa t
Oom Bulus menatapku sesaat. Ingin mengetahui apakah yang keluar dari mulutku sepadan dengan kata hatiku. Dia tahu aku sangat tergila-gila padanya.“Kau kecewa padaku?”Aku mengangguk.“Kamu membenci diriku?”Aku sekali lagi mengangguk. Oom Bulus mengepalkan tangannya, di pukulnya meja tamu di teras membuat buku-buku jarinya memerah.Tanpa berkata sepatah katapun dia melenggang keluar dari teras.“Aku ingin melihat anakku.” Kataku.Oom Bulus tidak mendengar kata-kataku, terus melangkah keluar menuju ke pintu gerbang.“Oom, aku ingin bertemu dengan anakku.” Kataku lebih keras.Oom Bulus berhenti sejenak, “0813 4249 5555.” Katanya.Aku langsung masukkan dalam kontak, menyimpan dan mengirim dia suara panggilan, “ Ini nomorku.”“Pantas tidaki bisa dihubungi, kau ganti nomor ponselmu. Mengapa kamu tidak menelponku. Bukankah nomorku tidak berubah?” tanyanya.“Nomor lamaku mati.” Bisikku.“Kalau ingin bertemu denganku jangan di apartemen, telepon aku nanti kita tentukan dimana kita bertemu.” Bi
Aku tahu bahwa melakukan kebohongan itu dosa.Tapi aku membuat white lies demi kebaikan untuk diri sendiri karena aku tahu bahwa Pop yang kritis pasti bertanya apa sebabnya,mengapa demikian dan bagaimana sampai terjadi. Kalau aku mengatakan bahwa sudah bertemu dengan daddy, atau oom Bulus tidak langsung bertindak mengambil anakku, pasti Pop bertanya mengapa kamu tidak mengambil atau menuntut anakmu, bagaimana pandangan orang bahwa kamu memang tidak menginginkan anakmu? Mungkin bagi Pop tindakanku terlihat bahwa aku tidak serius.Sejak bertemu dengan oom Bulus ada kemarahan, dendam pada diriku tapi ada sedikit penyesalan dalam diriku setelah mengetahui dari mama bahwa dia mencariku. Aku juga semakin tenang ketika mama mengatakan bahwa sudah dua tahun dia tidak mencariku, mungkin sudah rujuk dengan isterinya. Ternyata asumsiku tidak sesuai dengan kenyataan. Oom Bulus tidak datang menemui mama karena dia masuk penjara . Ada keenganannya menemui mama karena tuduhan korupsi. Pasti
Setelah mandi, aku ke ruang makan untuk sarapan. Ada pisang rebus dan kopi instan . Biarkan oom Herkules menunggu, batinku. Aku tidak ingin maagku kumat karena belum diisi. Selesai sarapan aku pamit ke bibi Saijah kemudian mengambil tas selempang menuju ke ruang tamu.“Mbak tidak bawa tas untuk baju, kami akan menginap untuk beberapa hari ?”“Beberapa hari? Tidak PP?” tanyaku.“Kata bapak mbak dan den Adhi perlu pendekatan.”Terdengar dering telepon, aku mengira ponselku yang berbunyi ternyata ponselnya oom Herkules.“Masih di tempat kostnya mbak Jessika. Mbak Jessika tanya berapa hari di Puncak…..Baik pak..,Mbak , bapak mau bicara.”“Kamu perlu berapa hari kita nginap di Puncak ?” tanya oom Bulus.“Perlukah menginap?” tanyaku.“Bisakah kamu merasakan keinginan anak kita jika hanya beberapa jam?Melihat anak kita kamu pasti merasakan apa keinginannya, merasakan sebelum terasa.”“Aku tidak paham apa yang kau katakan. Aku akan melihat situasinya, jika perlu menginap, aku akan menginap, j
“Oom Herku bangunlah, Tuhan masih menjaga anakku, Adhie sudah selamat,”Ujarku.Adhie sudah berhenti menangis, menatap Oom Herku, “Adhie yang salah Oom, Adhie maksa Oom Darman jalan kaki ke gerai ayam goreng,”Ucap Adhie , melepaskan pelukannya berlari ke Oom Herkules, mengajaknya berdiri Ada rasa aku diabaikan ketika Adhie langsung memeluk Oom Herku, aku berusaha tahu diri. Sejak kecil Adhie sudah dalam asuhan Oom Herku, bukan aku. Dissat dia membutuhkan kekuatan dua orang yang dicarinya, daddy dan Oom Herkles. ”Kok Adhie bisa diculik, diculik di sekolah?” tanya Oom Herkules dengan lembut. “Oom Darman dan aku diculik ketika kami akan ke restoran ayam goreng sambil menunggu Oom Herkules jemput kami. Tiba-tiba ada mobil berhenti di depan kami, beberapa orang turun menyergap Oom Darman yang langsung pingsan. Ada satu orang lagi ingin menyergap Adhie tapi Adhie tendang selangkangannya seperti yang daddy ajar, lalu lari sekencang-kencangnya sambil berteriak ,penculik!penculik! Akhirny
Sidang ibu Dewitasari sudah berlangsung demikian juga sidang ujaran kebencian dan pencemaran nama baik masih berlangsung, aku hadir sebagai korban. Kedua sidang menjadi viral di media sosial dan media elektronik karena menyangkut dua nama perusahaan yang terkenal , nama keluarga Hadipranoto yang terkenal sebagai pengusaha sukses yang mampu membuat dua perusahaan diakui keberadaannya.Sidang penghinaan dan pencemaran nama baik terungkap bahwa postingan ibu Kasmawati menyebut jika korban merupakan wanita yang tidak terhormat dan perebut suami orang. Dakwaan jaksa dibantah ibu Kasmawati,” Bukan saya yang mengatakan, saya korban, handphone saya yang dipakai oleh Sari.”Sempat terjadi kericuhan dalam sidang karena dua terdakwa saling menyalahkan. Akhirnya sidang ditunda selama seminggu.Demikian juga sidang ibu Dewitasari, fakta persidangan diketahui bahwa korban, sekuriti PT.Mecu Banun Persada mengalami luka tusukan karena melindungi isteri pemilik PT.Mercu Bangun Persada sehingga pungg
Kedatangan mama membuat suasana rumah menjadi hangat.Mama yang lembut dan penyayang membuat Adhie betah tinggal di rumah. Bukan memanjakan, tapi mama sangat telaten mendengar cerita Adhie tentang aktivitasnya di sekolah, di karate dan les piano. Akupun menggunakan kesem patan membicarakan tawaran pak Koswara.“Apakah Jeje menerimanya?” tanya mama.“Sebenarnya…”“Bukan itu jawaban yang mama kehendaki. Ya atau tidak. Setelah itu jelaskan mengapa memilih Ya dan mengapa memilih Tidak.”Kata mama tegas sambil menatap mataku lekat-lekat ,ciri khas mama jika ingin mengetahui apa isi hatiku. Kadang-kadang mama seperti cenayang , belum kuutarakan mama sudah mengetahui isi hatiku.“Hmm, iya. Tawaran yang menarik, sulit untuk Jeje tolak. Ada kesempatan bagi Jeje mengembangkan ilmu yang Jeje peroleh selama kuliah.”“Lalu masalahnya?”“Anak-anak.” Jawabku.“Suamimu?”“Dia malah menyarankan.”“Take it!” Ujar mama.Mama melihat ada yang ingin kusampaikan, tapi berat untuk menyatakannya.“Mama mengata
Menjadi isteri dan ibu bukanlah impianku. Impianku adalah mendapat gelar doktor kemudian menjadi dosen di universitas terkenal.Ketika aku kembali dalam pelukan daddy sugar yang kemudian menjadi suamiku, impianku ternyata tidak terwujud. Gelar doktor hanya menjadi kebanggaan keluargaku karena dengan gelar itu aku terkenal sebagai doktor di kompleks tempat keluargaku tinggal, ditambah lagi aku menikah dengan orang kaya semakin menaikkan derajat mama di kompleks perumahan.Itulah yang menjadi sebab mamanya Sari dan mamanya Wishnu merasa tersaingi oleh gelar doktor yang ditambahkan di belakang namaku dan kemewahan yang diperoleh mama bukan dariku tapi dari suamiku. Dia memanjakan mama dengan membeli rumah minimalis super mewah lengkap dengan perabotannya. Kartu debit yang diberikan kepada mama membuat mama bisa beli apa yang menjadi keinginannya.Akupun tidak luput dari kemanjaan yang diberikan oleh suamiku. Aku tidak suka membeli baju, tas, sepatu dan sandal ber merek. bagiku itu bukan in
Suamiku sungguh pandai memuaskan diriku. Kami melakukannya di sofa tunggal dengan pose yang disukai suamiku. Setelah melepaskan hasrat dan gairah kami, suamiku menggendongku kemudian membaringkanku di ranjang , akupun tertidur pulas.Suara dengkur membangunkanku. Aku menatap wajah yang dekat dengan wajahku. Mata yang terpejam di atas alis yang tebal. Hidungnya yang mancung , bibir tebal yang mampu membuatku mendesah dan meminta lebih. Aku merasakan napasnya bercampur dengan napasku, “Aku mencintaimu Bulu Sriyanto,” bisikku .Aku mengusap dadanya, meletakkan kepalaku di dadanya, jantungnya berdetak perlahan kemudian berdetak kencang, apakah detak jantungku atau detak jantung suamiku yang berdetak kencang ?Aku menatap suamiku yang masih terlelap, kemudian mengarahkan tanganku ke perut roti sobek . Masih berotot karena suamiku rajin berolahraga, batinku bermonolog sendirian sambil terus meraba tubuh suamiku, mengagumi tubuh polos yang tertidur lelap.Setelah mengagumi suamiku akup
Percintaan kami berawal dari hubungan terlarang yang mengobarkan bara api yang sulit dipadamkan malah membuatku semakin terobsesi padanya. Kebohongan membuat bara api cinta terlarangku padam bagaikan disiram air , kamipun berpisah , tanpa saling komunikasi.Jauh dilubuk hati kami masih tersimpan cinta terlarang . Setelah berpisah bertahun-tahun ,hembusan angin sorga menyatukan cinta terlarang kami. Cinta kami sekarang bukan bara cinta terlarang telah berubah menjadi api cinta di dada kami. Aku sangat mencintai suamiku, demikian juga suamiku. Kami sulit dipisahkan apalagi kalau kami sedang melakukan hubungan romantis maupun hubungan non romantis. Di ranjang, di kantor bahkan dimanapun kami berada kami akan menyatukan tangan kami sebagai tanda bahwa kami adalah satu.Keromantisan kami ditanggapi aneka macam tanggapan, ada yang iri, ada yang merasa kami sangat over acting bahkan ada yang mengatakan sebagai pencitraan pasangan bahagia. Kami tidak pusing yang kami tahu kami saling menci
Aku terus bersujud memohon penampunan atas dosa-dosa masa lampau. Aku membuat perjanjian dengan Tuhan, Tuhan aku berjanji akan menjadi isteri yang baik bagi suamiku jika dia selamat. Menjadi ibu yang baik bagi anak-anak titipanMu kepada ku. Aku dan suamiku berjanji akan menolong orang yang tidak mampu dari rejeki yang Engkau berikan kepada kami. Tuhan, satu permintaanku, selamatkan suamiku. Jangan dulu ambil suamiku. Tuhan, please jangan ambil suamiku. Air mataku terus mengalir , aku tidak menghiraukan kubiarkan saja mengalir, sebagai konsekwensi pilihanku untuk tidak menjerit. Biarlah airmataku saja yang mengalir. Pintu kamar terbuka, mama yang melihatku bersujud di lantai membiarkanku menyelesaikan sembah sujudku ke hadapan Sang Penyelenggara Ilahi. Setelah melihatku tenang dan duduk, mama mendekatiku, membelai punggungku,”Bangunlah , kuatkan dirimu nak,”bisiknya di telingaku. Sekejab aku rasanya tidak mampu bernapas, jantungku berdebar kencang seolah ingin meloncat ke luar dari
Ketika aku sedang menyusui bayiku, ponselku berbunyi, “ Dari nak Sriyanto,”kata mama.Aku bingung menerima atau tidak menerima telepon suamiku, karena sedang menyusui bayiku. Aku mengalami kesulitan karena baru pertama kali aku memberi ASI , dulu Adhie aku tidak menyusuinya karena setelah aku melahirkannya kami dipaksa pisah.“Ma, tolong video call, aku ingin papanya melihat anak kita,”kataku sambil mendekap bayiku dengan menopang tubuhnya pada pangkuanku.Mama membantuku, memasang video call dengan tepat agar suamiku bisa melihat bayi kita. Aku merobah posisi dengan menyandarkan punggung pada sebuah bantal yang disandarkan di sofa Kemudian posisikan kepala bayi sejajar dengan dadaku, bayiku menemukan puting payudara lalu memasukkan bibir kecilnya ke putingku.“Ma, sedang menyusui?” tanya suamiku.“Iya, papa bisa melihat bayi kita?” tanyaku.“Bisa, mmm… rakus banget.” Kata suamiku.Aku menatap ke mama, minta ponselku. Rupanya mama tahu aku ingin bicara pribadi dengan suamiku. Meskipu
Aku terbangun merasakan mulas antara sakit perut biasa atau adanya kontraksi diikuti rasa ingin buang air kecil .Nyeri pada bagian perut, punggung, pangkal paha, dan kram. Dengan susah payah aku bangun ingin buang air kecil di kamar mandi. Sulit rasanya menggerakkan tubuhku , biasanya suami yang mengangkat tubuhku kemudian menggendongku jika akan ke kamar mandi.“Papa…” desisku“Bantu mama….” Kataku ingin rasanya menangis , orang yang kucintai tidak bisa menolongku karena jauh di sana.Butuh perjuangan untuk dapat duduk, aku merasakan celana dalamku basah. Dengan berpegangan pada tembok aku masuk ke kamar mandi, membuka celana . Betapa kagetnya aku melihat lendir kental berwarna agak merah keluar dari v***naku.“Apakah sudah saatnya aku melahirkan?” Bisikku.“Oh Tuhan.Tunda dulu , jangan sekarang, suamiku belum pulang,” bisikku menahan rasa nyeri yang amat sangat.Ketika kembali ke kamar tidur aku merasakan kontraksi lagi. Nyeri di punggung semakin membuatku ingin menjerit.“Tuhan,