Home / Fantasi / The Return Of Blood Moon Pack / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of The Return Of Blood Moon Pack: Chapter 1 - Chapter 10

114 Chapters

Bab 1. Meninggalkan Indonesia

Namaku Vanessa Anderson, berusia 17 tahun, anak kedua dari dua bersaudara. Papaku orang USA bernama Wilson Anderson dan mamaku orang Indonesia asli berdarah Jawa yang bernama Latika Sri Wedari. Dan saat ini aku sudah duduk di bangku kelas XII.Aku memiliki seorang kakak laki-laki yang usianya berbeda 10 tahun lebih tua dariku. Dialah Dimitri Anderson yang saat ini menggantikan mendiang papa mengurus pabrik tekstil, satu satunya sumber mata pencaharian keluarga kami. Iya, mendiang papa, karena papa kami tercinta telah dipanggil Yang Maha Kuasa, tepatnya seminggu yang lalu.Papa dinyatakan meninggal dunia oleh dokter karena kehabisan darah akibat luka luka yang di dideritanya karena serangan hewan buas. Memang papaku yang hobi berburu selalu keluar masuk hutan di hari liburnya. Luka luka yang di temukan di sekujur tubuh papa sangatlah menyayat hati, sepertinya hewan itu menyerang papa dengan brutal, namun apa mau dikata itu sudah menjadi suratan takdir.Kini Dimitrilah satu-satunya tula
Read more

Bab 2. Hari Pertama Sekolah

Pagi ini Paman Taylor kembali mengetuk pintu kamarku, entah sudah ke berapa kalinya, sebenarnya aku masih ingin berlama lama tiduran di kasur empuk ini, tapi mengingat aku tak ingin ketinggalan pelajaran sekolah, juga Paman Taylor sudah memberikanku waktu istirahat untuk mengurangi jetlag selama dua hari, maka kupaksakan mengumpulkan semangat untuk memulai sekolah di tempat yang baru.Semua pendaftaran sekolahku sudah diurus oleh paman, jadi aku hanya tinggal masuk dan belajar dengan baik. Paman Taylor mengantarku sampai di gerbang sekolah sebelum beliau berangkat ke kantornya.Fond Du Lac High School.Kutatap papan nama sekolahku itu, salah satu sekolah terbaik tingkat SMU di kota ini, aku menarik napas panjang dan melangkahkan kaki memasuki sekolah baruku itu, lumayan besar, mungkin bisa menampung sekitar dua ribuan siswa. Mataku memandang sekitar, seperti sedang mencari-cari sesuatu, yang aku sendiri tidak tau apa yang kucari."Hai, kamu pasti siswa baru di sekolah ini ya? Dan kuli
Read more

Bab 3. Emoticon yang salah

Usai bel sekolah aku buru-buru membereskan bukuku, mungkin aku akan pulang diam diam tanpa menemui Alex, semoga dia belum keluar kelas, namun baru saja kakiku melewati pintu kelas aku merasakan sebuah tangan melingkari bahuku"Kita pulang sekarang?," sahutnya.Aku melihatnya sepintas dari ekor mataku. "Bisa tolong kau kondisikan tangamu?," ucapku tidak menghiraukan pertanyaanya, dan untunglah dia menuruti ucapanku dan kami pun berjalan bersisian."Aku akan mengantarmu pulang, mobilku diparkir disana, ayo." Dia menunjuk ke arah dimana mobilnya terparkir."Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa, aku tidak biasa pergi dengan orang asing, sekali lagi aku minta maaf, lagipula pamanku pasti menjemputku""Oh.. kau tidak tau saja, bahkan di alam semesta ini aku adalah orang yang paling dekat denganmu," gumamnya perlahan namun aku masih bisa mendengarnya serta melihat wajahnya yang berubah murung."Maaf? Kau barusan bilang apa?," tanyaku ingin memastikan."Ah.. tidak, bukan apa-apa, baiklah mung
Read more

Bab 4. Double Date?

Setelah selesai berdandan dan mengganti bajuku, aku menunggu Alex di sofa ruang tamu, sambil sesekali melirik penampilanku di kaca besar yang ada di pojok antara ruang tamu dan ruang TV. Aku menata rambutku sedikit curly dan memoles tipis wajahku dengan make up, juga memakai dress selutut warna jingga, tidak terlalu formal tapi tidak terkesan santai juga.Tak berapa lama aku mendengar klakson mobil dari luar, aku melihat mobil audi warna hitam memasuki pekarangan rumahku, aku beranjak dari sofa dan keluar menghampiri mobil tersebut, dan kulihat Alex keluar dari sana."Sudah siap?," tanyanya.Aku hanya tersenyum kecil dan menganggukan kepala, Alex membukakan pintu mobil untukku, mobil yang hanya berisi dua orang saja, untuk pengemudi dan satu penumpang. Kulihat selera Alex dalam memilih mobil cukup tinggi."Dimana Susan dan Liam?," tanyaku setelah Alex duduk dibelakang kemudi."Mereka jalan duluan untuk membooking tempat makan dan beli tiket bioskop untuk kita berempat," jawabnya.Sela
Read more

Bab 5. Penyerangan

Pagi ini aku bersiap hendak berangkat sekolah, paman sudah berangkat pagi sekali ke kantornya, dia bilang sedang banyak kerjaan jadi tidak sempat mengantarku sekolah, akhirnya aku memutuskan untuk memesan uber.Masih mengunyah zucchini bread, aku berdiri hendak meninggalkan meja makan, meraih ponselku dan membuka applikasi taksi online tersebut. Saat itulah aku mendengar klakson mobil dari arah luar. Aku penasaran dan mengecek keluar melalui jendela rumah, dan aku melihat mobil Alex terparkir disana, sang pemilikpun terlihat keluar dan berjalan mendekati pintu rumah, meskipun aku melihatnya mendekat tak urung aku terkejut mendengar bel pintu yang berbunyi nyaring itu, tak mau membuatnya menunggu lama aku membukakan pintu."Ada apa?," tanyaku masih terheran heran dengan kedatanganya pagi-pagi sekali di rumahku."Menjemputmu, apa kau sudah siap? Kalau sudah ayo berangkat" wajah Alex terlihat sangat bahagia saat mengatakan hal tersebut."Hei tunggu! Aku belum menyatakan kesediaanku. Lagi
Read more

Bab 6. Cemburu?

Aku berjalan terburu buru keluar kelas menuju kantin, sebelum Alex kembali mengekoriku, aku mengambil jalan memutar, meski harus melewati ruang guru, bukan apa apa, aku hanya risih dengan tatapan siswa lain akan kedekatanku dengan Alex, walaupun Alex sendiri bukanlah termasuk the most wanted boy di sekolah, atau mungkin akunya saja yang belum terbiasa, dan masih ada ganjalan di hatiku tentang telpon yang diterimanya saat kami makan malam.Saat sedang melintas depan ruang guru tepatnya depan ruang Miss Martha tiba tiba sang pemilik ruangan keluar dan menyapaku."Vanessa? Kamu Vanessa kan? Keponakanya Taylor?""Iya miss? Ada yang bisa saya bantu?""Ahh bukan apa apa, bagaimana kabar pamanmu?""Ohh paman, dia baik"Aku teringat Paman Taylor pernah bercerita bahwa dia punya teman yang mengajar di sekolahku. Aku langsung memberikan senyum manisku padanya."Ohh begitu, apa kamu mau ke kantin?""Iya miss, saya mau makan siang di kantin""Bagaimana kalau makan siang di ruangan saya? Kebetulan
Read more

Bab 7. Kejadian aneh

Sepulang sekolah sesuai rencana kami semua berkumpul di rumahku untuk mengerjakan tugas yang di berikan Miss Martha, seperti kemarin aku berdua Alex di mobilnya dan Susan di mobilnya Liam, kami berpisah di persimpangan karena Susan hendak membeli bahan bahan untuk memasak di rumahku, tadi dia bilang selain belajar kami juga akan makan malam bersama dan Susanlah yang akan menjadi chefnya.Sesampainya di rumah aku melihat jendela kaca yang tadi pagi pecah telah utuh kembali, dan keadaan rumah juga sudah rapih kembali, tidak ada pecahan kaca seperti saat aku meninggalkan rumah untuk berangkat sekolah tadi pagi, mungkin paman yang sudah membereskan semua kekacauan yang terjadi tadi pagi.“Kita istirahat saja dulu sambil menunggu Liam dan Susan”Alex merebahkan tubuhnya di sofa, seolah ini adalah rumahnya sendiri. Aku beranjak ke dapur untuk mengambil minuman dan snack untuk kami berempat, sambil menunggu Susan dan Liam aku dan Alex ngobrol santai .Alex masih di sofa namun kali ini sudah
Read more

Bab 8. Hello max

Sesampainya didalam kamar aku tak henti hentinya bertanya pada Susan, aku sungguh sangat heran dan penasaran kenapa sikap mereka bertiga sangat aneh, dan seperti penuh kekhawatiran. Sebelum sempat mendapat jawaban dari Susan tiba tiba aku mendengar suara lolongan serigala, itu terdengar sangat dekat. "Susan, apa kau dengar itu? Itu seperti suara serigala." Aku langsung melompat kaget dan terduduk di sofa kamar. "Dimana? Aku tidak mendengarnya" Jawaban Susan membuatku sangat heran karena aku yakin sekali dengan apa yang kudengar tadi. "Buka telingamu Susan, itu terdengar jelas sekali, sepertinya mereka sangat dekat dengan kita" "Tapi tidak terdengar apa apa olehku, kau tenanglah semua akan baik baik saja" Susan mengusap usap pelan bahuku dan tersenyum. Bagaimana mungkin Susan dengan santainya meminta aku untuk tenang, semua ini tidak masuk akal olehku, ditambah lagi sikap mereka, aku berusaha mencari cari celah untuk lari keluar kamar dan melihat apa yang terjadi di bawah, namun s
Read more

Bab 9. Badai Di Hari Pertama Salju Turun

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Susan dan Liam kembali, mereka membawa tukang untuk membetulkan pintu rumahku yang rusak, entah mereka dapat dari mana, dan karena acara masak memasak kami tadi sempat rusak, akhirnya kami memesan pizza dan makan dalam diam, aku memberikan satu box besar pizza kepada Max, diapun makan dengan lahap. "Aku akan membereskan ini semua, dan dapur juga" Susan tiba tiba bersuara memecah keheningan. "Aku akan membantumu" sahutku. "Tidak Vaness, biar aku membereskan semuanya, kau tenang saja, lebih baik kau ke kamarmu" "Susan benar Vaness, kau istirahatlah biar tenang, sekarena kau terlihat tegang sekali, tapi kau tenang saja kali ini tidak akan ada kekacauan lagi" Liam menimpali sambil terkekeh. Jika kedua pasangan itu sudah berkolaborasi, susah sekali untuk ditentang, dan akupun akhirnya membawa Max keatas, ke kamarku untuk beristirahat dan membiarkan kekacauan di bawah di urus oleh Liam dan Susan. Karena aku terbiasa mandi sebelum tidur aku pun be
Read more

Bab 10. Paman Hilang

Saat pagi menjelang, aku terbangun dengan mendapati diriku yang sedang memeluk Alex. Aku terkejut melihatnya terbaring disisiku, terlebih aku memeluknya. Lalu ingatanku melayang pada kejadian semalam, saat badai turun.Lalu potongan memory bermain di kepalaku, akhirnya aku mengingat apa yang terjadi semalam. Wajahku memerah dan perlahan melepaskan tanganku yang sedang memeluk Alex. Akupun turun dari ranjang dan berjalan menuju jendela kamar, kulihat salju masih turun, dan pepohonan serta rumah-rumah sudah tertutup salju tebal. Udara begitu dingin, aku bermaksud menyalakan pemanas yang ada di kamarku. Saat itulah aku tersentak kaget, teringat sesuatu.“Semalam turun salu disertai badai, dan pemanas di kamarku dalam keadaan mati, jadi bagaimana mungkin tubuhku tidak membeku?”Aku bergumam sendiri merasa heran, lalu aku menoleh ke arah Alex yang masih tertidur pulas, kulihat dia masih bertelanjang dada. Karena terkejut dan juga penasaran, aku pun menghampirinya, dan sedikit menyibakan se
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status