Home / Pendekar / Geger Pendekar Naga / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Geger Pendekar Naga: Chapter 61 - Chapter 70

81 Chapters

61. Salah Memilih Lawan

61. Salah Memilih LawanKeempat orang pendekar Cakra Dewa itu berkeringat dingin saat merasakan tekanan tenaga dalam yang di lepaskan oleh Banyu Aji.Pemuda yang sebelumnya di anggap sosok lemah dan nekad, ternyata memiliki tenaga dalam sebesar ini. "Jika aku tidak mampu membaca berapa banyak tenaga dalam yang di milikinya, jawabannya hanya satu, dia jauh lebih kuat dariku."Keempat orang itu yang sadar jika Banyu Aji ternyata jauh lebih kuat dari mereka hanya bisa tersenyum getir, tidak mungkin mereka akan menarik perkataan mereka sebelumnya atau nama Perguruan Cakra Dewa akan menjadi bahan tertawaan dunia persilatan Sungaisari."Gabungan kemampuan kita berempat sudah lebih dari cukup untuk menghabisinya, kakang." Kata salah satu dari mereka saat menyadari rasa takut mulai menyelimuti sanubari mereka.Tiga orang rekannya itu menganggukkan kepalanya. Mereka tidak memilih pilihan lain selain bertarung, terlanjur basah yasudah mandi sekalian nyebur ke dasar air.Keempat pendekar Cakra D
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

62. Kekalahan Rana Jelina

62. Kekalahan Rana Jelina Banyu Aji mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang lantang nan keras itu. Dia menaikkan alisnya, melihat gadis yang tadi bersifat angkuh kepadanya sudah menarik pedangnya dan menodongkan kepadanya."Kau salah memilih lawan!!" Kata Rana Jelina yang berusaha untuk menutupi rasa takut dan gugupnya itu. "Aku akan memberimu pelajaran berharga hari ini," lanjut Rana Jelina.Banyu Aji kembali tertawa kecil, dia jelas sudah mengetahui batasan kemampuan yang di miliki oleh Rana Jelina, berada cukup jauh di bawahnya. Ya, meskipun sedikit lebih kuat dari empat orang pendekar Cakra Dewa yang baru saja di kalahkannya itu."Baiklah, majulah!!" Banyu Aji berkata dengan nada menantang kepada Rana Jelina.Rana Jelina yang di tantang dengan sedikit ragu bergerak ke depan membuat serangan cepat kepada Banyu Aji. Berbeda dari sebelumnya, di mana Banyu Aji memilih menunggu di tempat, tetapi kali ini dia ikut bergerak maju menyambut serangan yang di lakukan oleh Rana Jelin
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

63. Tabiat Karta Waruga

63. Tabiat Karta Waruga Karta Waruga yang sedang bersantai dengan para wanita penghibur yang di sewanya di buat sangat terkejut saat mendengar berita tentang kekalahan dari Rana Jelina, bahkan sampai membuat Rana Jelina di malukan di depan umum."Cari tahu siapa pemuda itu dan beri dia pelajaran karena sudah membuat malu kekasihku itu," perintah Karta Waruga kepada prajurit yang mengawalnya."Baik Gusti Pangeran," dua orang prajurit itu menundukkan badannya memberi hormat, sebelum berjalan meninggalkan ruangan penginapan Karta Waruga.Karta Waruga geram saat mendengar kekasihnya itu di permalukan. Mempermalukan Rana Jelina, sama saja dengan memalukan dirinya. Siapapun yang berani melakukannya hal itu maka dia harus di berikan pelajaran atau bila perlu harus di hukum mati.Namun, Karta Waruga memilih untuk memerintahkan pengawalnya saja. Karena dia masih ingin menikmati bersama para wanita penghibur yang sudah di sewanya."Kemarilah sayang, berikan aku pelayanan terbaikmu. Jika kau bi
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

64. Yudha Wardhana

64. Yudha Wardhana Di saat para pendekar Cakra Dewa sedang sibuk mencari letak keberadaan dirinya, Banyu Aji malah menghabiskan waktu dengan bersantai di atas bukit kecil yang berada di belakang desa Suba bagian barat."Perguruan Cakra Dewa, aku akan hancurkan kalian tanpa sisa sama seperti kalian menghancurkan keluargaku... " Banyu Aji mencengkram dengan keras batu di tangannya, hingga tanpa sadar batu itu lebur menjadi debu.Banyu Aji menghela nafas dengan pelan, dia benar-benar jengik setelah bertemu dengan orang-orang dari Perguruan Cakra Dewa yang sangat sombong dan tidak mencerminkan mereka berasal dari aliran lurus."Mereka sangat sombong, lihat saja aku akan hancurkan kesombongan kalian itu... " Banyu Aji bersandar di batang pohon.Desiran angin yang menyapu rambutnya, menciptakan rasa kantuk di matanya. Menuntut sang pemilik tubuh untuk menutup matanya beberapa saat ke depannya.Sayup-sayup Banyu Aji tertidur dengan nyenyak, siluet wajah teduh memancarkan rupa yang begitu ru
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

65. Lelang

65. Lelang Proses registrasi berlangsung alot dan panjang, setiap perwakilan perguruan harus menunjukkan identitas terlebih dulu untuk bisa masuk. Bahkan beberapa perwakilan perguruan yang tidak bisa menunjukkan identitasnya, di larang untuk masuk karena di takutkan akan menciptakan kekacauan dan keributan nantinya."Perguruan Tirta Kencana? Kau sedang tidak bercanda anak muda?" Tanya pemuda itu kepada Banyu Aji."Apakah ini sudah cukup untuk membuat kalian percaya?" Banyu Aji memberikan lempengan Tirta kencana sebagai bukti jika dia benar-benar bagian dari Perguruan Tirta Kencana.Para pemuda yang bertanggung jawab di bagian registrasi kebingungan, mereka ragu akan tetapi lempengan sebagai identitas asal seorang pendekar di miliki oleh Banyu Aji."Tuan, mohon tunggulah sebentar, kami akan mengkonfirmasi hal ini lebih dulu kepada, Tetua." Ucap pemuda itu.Banyu Aji menganggukkan kepalanya, dia tidak merasa keberatan. Tidak lama setelah itu, pemuda itu sudah kembali dan memberi izin k
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

66. Lelang II

66. Lelang IISetelah barang ke 80, tidak ada lagi perguruan kecil yang membuka penawaran. Mereka jelas sadar diri tidak akan menang jika bersaing dengan para pendekar dari perguruan besar. Di tambah pula harus bersinggungan yang tidak akan membawa dampak baik untuk mereka dan perguruan tempat mereka bernaung.Para pendekar perguruan besar sudah saling melemparkan penawarannya. Sementara para pendekar dari perguruan kecil memilih menjadi penonton.Di mulai dari pedang Ashura itu, para pendekar itu mulai saling melemparkan penawaran, tidak jarang di antara mereka saling mengintimidasi dengan aura kekuatan dan nama besar perguruan mereka.Persaingan terasa semakin panas ketika memasuki barang ke 90, yaitu sebuah panah. Panah Surga, merupakan senjata milik seorang resi yang telah lama memilih moksa dari dunia bersama dengan senjatanya, entah bagaimana senjata itu kembali muncul di dunia persilatan setelah sekian tahun menghilang, bahkan banyak para pendekar berusaha menemukan panah itu, t
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

67. Lelang III: Pedang Malaikat Maut

67. Lelang III: Pedang Malaikat Maut Nyai Sandora, Gelato, Cokro Winoro dan Karta Waruga terus saling menaikkan penawaran. Mereka jelas sangat tertarik dengan pedang itu."Nyai, biarlah Tengkorak Iblis yang mendapatkan pedang ini, setelah ini kami berjanji tidak akan membuat penawaran lainny untuk barang-barang yang tersisa, kau bisa mendapatkan semuanya," kata Gelato berusaha untuk membuju Nyai Sandora karena sejak awal perempuan paruh baya itulah terus menerus membuat penawaran."Maafkan orang tua ini, Gelato. Tapi seperti yang sudah aku sampaikan jika aku sangat ingin memiliki pedang ini," tutur Nyai Sendora.Gelato yang mendengarnya jelas semakin tersulut emosi, dia bahkan melepaskan aura kekuatan tenaga dalamnya, berusaha untuk mengintimidasi Nyai Sendora.Nyai Sandora yang merasakan hal itu, tentu dengan segera bereaksi, dia juga melepaskan aura kekuatan tenaga dalam yang tidak kalah besar dari Gelato.Ruangan Lelang seketika menjadi panas, oksigen dengan cepat memadat, manusia
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

68. Lelang IV

68. Lelang IV: Peta Makam Pendekar LegendaRana Jelina yang ikut masuk ke dalam ruangan lelang itu di buat sangat terkejut saat menyadari sosok Banyu Aji berasal dari Perguruan Tirta Kencana, salah satu perguruan besar di aliran lurus."Sialan, wajar saja dia tidak merasa takut dan segan, ternyata dia berasal dari salah satu perguruan besar aliran lurus," guman Rana Jelina menatap Banyu Aji dengan sorot mata yang tajam.Rana Jelina seakan tidak peduli dengan berjalannya lelang itu, dia hanya terfokus pada sosok Banyu Aji yang sejak awal berjalannya lelang tidak membuka suara sama sekali. Bahkan Banyu Aji tidak melakukan interaksi dengan beberapa orang di sekitarnya."Cihh, sombong sekali pemuda itu," Pandangan Rana Jelina jelas di penuhi dengan kebencian yang membuncah, akan tetapi sosok dingin Banyu Aji seolah menyihir dirinya yang mulai tertarik. Selama ini tidak ada yang mampu menahan diri untuk tidak terpesona dengan kecantikan yang di miliki olehnya, akan tetapi tidak dengan Ban
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

69. Lelang V: Kitab Mega Mendung

69. Lelang V: Kitab Mega Mendung."36.000 keping emas." Di saat para tetua dan pendekar lainnya merasa ragu untuk membuat penawaran untuk mendapatkan peta itu, Banyu Aji dengan percaya diri membuat tawaran pertama.Dengan cepat Banyu Aji kembali menjadi pusat perhatian, mereka yang masih bimbang di buat semakin bimbang. Melepaskan peta yang akan membawa mereka menuju makam pendekar legenda tentu bukan sesuatu yang bijak, akan tetapi memperebutkan sesuatu yang belum jelas kebenarannya pun bukan sesuatu yang bijak."37.000 keping emas." Nyi Sandora sudah memutuskan untuk ikut bersaing mendapatkan peta kuno itu."39.000 keping emas... ""40.000 keping emas untuk peta kuno itu," kata Gelato.Banyu Aji tersentuh tipis, terus terang dia hanya iseng saja melemparkan tawaran itu. Dan sekarang dia tidak berminat untuk bersaing untuk selembar kertas yang belum jelas kebenarannya.Galeto tersentuh tipis, entah dia merasa puas atau merasa miris menghabiskan 40.000 keping emas untuk selembar kerta
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

70. Keinginan Karta Waruga

70. Keinginan Karta Waruga Pertarungan antara Prayogo dan Jenata terus berlanjut, mereka terus saling menaikkan tawaran bahkan Jenata dan Prayogo sudah saling menarik senjata masing-masing."Biar aku tunjukkan seberapa kuatnya pendekar dari Jurang Neraka," kata Jenata dengan melepaskan aura kekuatan tenaga dalamnya.Prayogo yang sudah terlanjur basah bersinggungan dengan Jurang Neraka tentu tidak ingin mengalah. Dia cukup yakin memiliki kekuatan untuk mengalahkannya Jenata.Ketegangan mulai terasa di dalam ruangan itu. Semua peserta bersiap dengan memegangi senjata masing-masing jikalau pertarungan benar terjadi."Ehemmm, kami mengundang kalian semua kemari bukan untuk membuat keributan. Aku harap kalian bisa untuk menahan diri atau pendekar kami yang akan meringkus kalian," kata Yudha Wardhana.Pada akhirnya Yudha Wardhana memilih untuk menengahi dengan segera, jikalau terlalu lama di biarkan maka akan sulit untuk membendung pertarungan yang akan menimbulkan kerugian besar bagi Perg
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status