Home / Romansa / Hasrat Terlarang dengan Atasan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Hasrat Terlarang dengan Atasan: Chapter 21 - Chapter 30

129 Chapters

BAB 21 Manis dan pahit

Kedua mata Venina terbelalak dalam kebingungan saat mendengar pengakuan Erlangga. Dia tak pernah membayangkan bahwa di balik segala kesuksesan yang dimiliki pria itu, tersimpan kisah percintaan yang  rumit. “Mungkin sejak awal rumah tangga saya memang sudah hancur, Nina!” ujar Erlangga dengan suara yang penuh penyesalan, meremas tangan Venina dalam genggaman eratnya. Tatapannya menusuk tajam, mencari pemahaman di dalam mata wanita di hadapannya.Venina masih terdiam, mencerna setiap kata yang terucap dari bibir Erlangga. Benaknya berputar cepat, mencoba memahami kompleksitas hubungan di antara mereka. Apakah semua yang dia ketahui selama ini hanyalah permukaan dari kebenaran yang jauh lebih dalam?“Dan kamu bukanlah penyebab dari semua itu,” lanjut Erlangga dengan suara yang mengal
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

BAB 22 Ciuman tak terduga

Venina duduk di depan layar komputernya dengan tatapan kosong. Beberapa hari setelah kembali dari Surabaya, dia tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Seringkali dia membuat kesalahan. Tiba-tiba, suara Alfian mengagetkannya. "Ada apa, Nina? Apa kamu sakit?"Venina tersentak, matanya terbelalak saat menyadari kehadiran Alfian di hadapannya. "Ti-tidak, Pak," jawabnya dengan gugup, mencoba menutupi kegelisahannya.“Sejak tadi saya perhatikan kamu tidak fokus? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Alfian lagi, ekspresinya penuh perhatian.“Sebenarnya… saya… saya hanya sedikit lelah, Pak,” jawab Venina dengan ragu, meremas jari-jemarinya dengan gelisah.“Kalau memang kamu butuh is
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

BAB 23 Sebagai seorang kekasih

“Nina…!” panggil Nadia sambil memperhatikan putrinya dari ambang pintu kamarnya. Namun Venina tidak mendengarnya karena terlalu fokus pada urusannya.Venina tengah duduk di tepi ranjangnya, mencoba merapikan rambutnya yang sedikit kusut karena terlalu terburu-buru untuk bersiap. Tak lama kemudian, suara langkah ringan mendekat dari arah pintu. Nadia muncul di hadapannya dengan tatapan tajam yang terasa menembus ruangan.“Mau pergi lagi, Nina?” desak Nadia dengan suara yang penuh kekhawatiran. Matanya menatap tajam putrinya, mencari tanda-tanda kelelahan yang mungkin tersembunyi di balik ekspresi wajahnya.Venina tersentak, memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan terburu-buru. “Iya, Bu. Mas Angga minta ketemu sebelum besok dia harus berangkat ke Singapura,” jawabnya sambil
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more

BAB 24 Tersipu malu

Ketika Venina tiba di tempat yang telah diatur oleh Erlangga, dia langsung disambut oleh senyum hangat pria itu yang tampaknya sudah menunggu dengan sabar.“Akhirnya kamu sampai juga,” kata Erlangga sambil tersenyum, membuat raut wajahnya semakin memesona di bawah sinar matahari yang bercahaya.Venina membalas senyumnya. “Iya, Maaf ya, Mas. Saya agak terlambat sedikit.”“Tidak apa-apa, yang penting kamu sudah di sini,” ujar Erlangga sambil menggenggam tangan Venina dengan lembut.“Saya pikir kita mau nonton,” ujar Venina sambil melihat sekeliling lapangan golf yang terbentang luas. Matanya terpaku pada Erlangga yang tampak gagah dengan pakaian olahraganya. Meskipun hatinya berkecamuk, Venina tidak bisa membantah betapa mena
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

BAB 25 Luka di masa lalu

Seiring dengan langkahnya, Venina mengikuti Erlangga menuju pintu masuk kompleks apartemen mewah tempat pria itu tinggal.“Siang, Pak,” sapu seorang penjaga keamanan sambil menghampiri mereka. Senyum lebar terukir di wajahnya yang ramah.“Siang, Roy,” jawab Erlangga sambil berhenti sejenak, memperhatikan penjaga tersebut. Venina mengamati dengan seksama interaksi mereka.Percakapan itu berlangsung hanya beberapa saat sebelum mereka kembali berjalan. Erlangga menatap Venina dengan senyum hangat. “Kamu naik duluan, ya!” serunya ketika mereka tiba di depan lift. “Mandilah dan ganti pakaianmu dengan yang lebih nyaman,” lanjutnya sambil mencium pipi Venina dengan penuh kasih.“Mas mau ke mana?” tanya Venina, ekspresi
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

BAB 26 Sebagai wanita penghibur

Perjalanan bisnis Erlangga ke Singapura berlangsung lancar. Selesai dengan pertemuan pentingnya, dia langsung kembali ke Jakarta untuk menemui ayahnya, Ernando Krisdiantoro, di ruang kerja pribadinya.  Mereka saling berdiskusi. Sebagian besar percakapan mereka didominasi oleh bahasan bisnis yang serius, tentang ekspansi perusahaan dan strategi-strategi yang harus diambil untuk menjaga posisi perusahaan di pasar yang semakin kompetitif. Namun, sebelum pertemuan itu berakhir, Ernando kembali menyinggung tentang hubungan pribadi Erlangga. “Sudah sejauh apa hubungan kalian?” tanya Ernando dengan tajam, tatapannya menusuk lurus ke dalam mata Erlangga. Rahang Erlangga mengeras. Dia merasakan denyutan di lehernya ketika amarah mulai memenuhi pikirannya. "Saya datang ke
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more

BAB 27 Anak darimu

Malam itu, Erlangga membawa Venina ke salah satu villa di puncak. Begitu mobil mereka masuk ke dalam garasi, Venina sudah bisa merasakan aura kekosongan dan kesunyian yang menghantui villa itu. Cahaya redup dari lampu yang menyala hanya sebagian membuat suasana semakin mencekam.Venina merapatkan tubuhnya yang terasa dingin ke arah Erlangga. Diikutinya langkah pria itu yang terasa sangat terburu-buru, seperti ada orang yang mengejarnya. “Kenapa kita ke sini, Mas?” tanya Venina dengan gemetar sesaat setelah Erlangga melepaskan genggamannya ketika mereka sudah berada di ruang tengah. Tetapi Erlangga tidak menjawab. Matanya tampak redup, tanpa secercah emosi yang bisa terbaca. Ketidaksabaran Venina semakin bertambah, kecemasannya mulai meluap tak terkendali.
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

BAB 28 Hanya objek pemuas nafsu?

Venina merasa nyeri di setiap bagian tubuhnya saat dia membuka mata, dan langit-langit kamar yang tidak akrab itu hanya menambah rasa kebingungannya. Kenapa dia bisa berada di sini sendiri? Dan di mana Erlangga?Jam di samping ranjang menunjukkan pukul 1 siang, membuat Venina tersentak. Dia tidak memberi kabar pada ibunya. Rasanya jantungnya ingin melompat keluar dari dadanya saat menyadari betapa paniknya ibunya saat ini karena dia tidak ada di rumah.Dengan gerakan tertatih, Venina bangkit dari ranjangnya, meraih jubah tidur dan melangkah keluar. Setiap gerakan menimbulkan rasa sakit yang semakin nyata. Dia memanggil nama Erlangga berulang kali, tetapi tak ada jawaban yang terdengar.“Mas Angga…!” panggil Venina dengan serak. Dia melanjutkan langkahnya sampai ke halaman depan.
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

BAB 29 Hancurnya hati seorang ibu

Nadia merasa seperti dunia ini runtuh di hadapannya saat dia melihat banyaknya tanda percintaan di tubuh putrinya. Dengan perasaan yang hancur, dia menyiram seluruh tubuh Venina, mencoba membersihkan setiap jejak dari pria yang telah mencoreng kehormatan putrinya. Hatinya terasa begitu sakit. Dia tidak pernah membayangkan putri yang dijaganya dengan penuh kasih sayang akan menghancurkan kepercayaannya seperti ini. “Kenapa, Nina? Kenapa kamu melakukannya?” gumam Nadia lagi dengan suara penuh kesedihan. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa putrinya telah memberikan segalanya pada pria yang tidak pantas bersamanya. Venina hanya bisa menundukkan kepala, tak sanggup bertatapan dengan ibunya. Air matanya mengalir deras, mengungkapkan betapa dalamnya penyesalan yang dia rasakan. “Kalau kamu masih benar-benar menyayangi Ibu, akhiri hubunganmu dengannya,” pintanya dengan suara pilu. Dia merasa begitu kecewa dan terluka melihat putrinya terjerumus begitu dalam dalam kesalahannya. Namun,
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

BAB 30 Hanya sebuah ilusi?

Ketika Erlangga pergi, kesunyian terasa semakin menusuk hati Venina. Dia duduk di tepi sofa dengan tubuh yang lemas, menyimpan kekecewaan dan penyesalan yang begitu dalam. Air matanya sudah habis, tapi rasa sakit di hatinya masih begitu terasa. Sementara ibunya berdiri di depannya dengan tatapan yang penuh dengan campuran emosi: kekecewaan, kemarahan, dan kepedihan.“Sekarang kamu lihat sendiri kan, Nina? Kamu hanya membuang-buang waktumu untuk mencintai pria yang hanya memanfaatkan tubuhmu,” ujar Nadia dengan suara yang penuh dengan kepedihan. Kata-katanya menusuk hati Venina seperti belati yang tajam.“Nina capek, Bu. Tolong jangan sekarang,” kata Venina dengan suara lemah, mencoba menahan rasa sakit dan keputusasaan yang menghimpitnya.&l
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status