All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 361 - Chapter 367
367 Chapters
Bab 0361
Yara tidak bisa menahan diri sama sekali, dan dia memelototi Yudha dengan marah.Yudha sudah terlalu panas dan memejamkan matanya untuk meminta lebih banyak, tetapi samar-samar dia merasakan sebuah tatapan.Dia perlahan membuka matanya dan melihat Yara menahan air mata, menatapnya dengan mata penuh rasa muak dan benci.Dalam sekejap, dia tersadar dan melepaskan wanita itu, mundur selangkah.Sejak kapan? Yara ... begitu muak dan benci pada dirinya?Pada saat itu, Felix tiba-tiba mendorong pintu. Melihat Yara di sana, dia langsung menghampiri dan meninju Yudha dengan keras. "Dasar binatang!"Yudha terhuyung dan hampir terjatuh. Dia menyeka sudut mulutnya dengan ibu jari melihat setitik darah."Kamu nggak apa-apa?" Felix memegang bahu Yara.Yara menggeleng dan menatap Yudha dengan marah. "Camkan baik-baik. Ini yang terakhir. Lain kali, meskipun kita belum bercerai, aku bisa menuntutmu atas pemerkosaan dalam pernikahan!""Yudha, kamu sudah keterlaluan kali ini!" ucap Felix dengan wajah din
Read more
Bab 0362
Kakek Susilo mengerutkan kening. "Aneh rasanya. Agnes kelihatan sayang padamu akhir-akhir ini. Perubahannya terlalu mencolok.""Mungkin karena dia yakin aku akan menceraikan Yudha, jadi nggak ada gunanya lagi memusuhiku." Yara tertawa getir."Menurutku bukan itu saja." Namun, Kakek Susilo tidak bisa memikirkan alasan lain.Dia menatap Yara dengan wajah penuh kasih, mengetahui bahwa hari-harinya tidak akan lama lagi, dan bahwa saat ini, mungkin, adalah saat terakhir mereka bertemu dalam hidup ini.Orang-orang yang paling dia khawatirkan dan membuatnya sedih di dunia ini adalah Yudha dan Yara.Terutama Yara.Yudha setidaknya memiliki banyak uang. Agnes, Felix, dan bahkan begitu banyak penjilat yang peduli padanya.Sedangkan Rara harus bekerja sangat keras untuk mencari uang banyak. Dan di atas semua itu, orang-orang yang peduli padanya tidaklah banyak."Rara, kamu tambah kurus ya, apa terlalu capek bekerja? Ada yang melukaimu?"Yara menggelengkan kepalanya dan sengaja berbohong sedikit.
Read more
Bab 0363
Setelah Yudha keluar kamar, dia turun menuju dapur.Agnes segera menyadari ada yang tidak beres dengan wajahnya dan memelankan suaranya bertanya, "Ada apa?""Nggak ada apa-apa." Yudha menghindari tatapan tajam Agnes dan bersandar di lemari dengan tangan di dalam saku.Dia sekarang tidak ingin kembali ke kamarnya atau ke ruang tamu, jadi dia harus sembunyi di sini.Agnes mengerutkan kening. "Felix memukulmu?"Di keluarga ini, tidak ada yang berani melawan Yudha kecuali Felix.Yudha terdiam. "Ibu nggak usah khawatir.""Apa yang kamu lakukan?" Agnes semakin merasa aneh. Yudha tidak pernah bersikap seperti ini kepada kakaknya, bersikap seakan sadar diri akan kekalahannya.Yudha mulai tidak sabar. "Bisakah kamu berhenti bertanya?""Apa karena Yara?" tanya Agnes, masih tidak mau melepaskannya.Yudha hanya berbalik dan berjalan keluar.Agnes tahu tebakannya benar. Dia mendesah dan menggelengkan kepala tak berdaya.Felix sudah di ruang tamu. Saat Liana dan yang lainnya sedang mengobrol, dia du
Read more
Bab 0364
Dia menarik sudut mulutnya. "Kondisi Kakek semakin memburuk. Dia selalu merindukanmu. Kamu datanglah lebih sering kalau sedang senggang.""Bibi tenang saja, aku pasti datang berkunjung." Yara juga mendesah. "Masa lalu sudah berlalu. Aku sudah melupakannya."Agnes bangkit berdiri, tertawa pelan dan pergi."Rara?"Yara menoleh dan melihat bahwa yang memanggilnya adalah Santo.Dia maju beberapa langkah. "Kenapa, Paman?""Temui aku besok." Santo memelankan suaranya dan terlihat waspada.Hati Yara melonjak gembira. Mungkinkah Santo sudah menemukan sesuatu?"Oke." Yara mengangguk setuju.Seolah-olah sedang bertukar informasi, keduanya segera berpisah setelah selesai.Saat Yara pergi, dia melihat Liana di dekat mereka dan yakin bahwa hal ini akan segera sampai ke telinga Melanie.Benar saja, Liana berbalik dan menghampiri Melanie."Ayahmu lucu sekali, kenapa dia ngumpet-ngumpet untuk bicara dengan Yara? Apa mereka menyembunyikan sesuatu?"Melanie mengerutkan kening. "Kamu lihat mereka ngobrol
Read more
Bab 0365
Di dalam kedai teh, Santo dan Yara memesan sebuah ruang pribadi."Paman, kamu dapat petunjuk?" Tanpa basa-basi, Yara langsung ke intinya.Santo mengerutkan kening. "Yara, apa sebenarnya yang kamu ketahui?"Yara tidak menjawab, hanya menatap Santo, menunggunya menjawab."Aku mungkin akan mengecewakanmu." Santo menarik sudut mulutnya. "Aku nggak menemukan apa-apa."Benar saja.Yara mengatupkan rahangnya. Melanie tidak meninggalkan jejak apa pun. Di saat dia merasa sangat kecewa, Santo tiba-tiba melanjutkan, "Tapi semakin aku menyelidiki, semakin aku merasa ada yang salah."Yara menoleh dengan terkejut."Hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, kita terlalu mengada-ada. Yang kedua ..." Santo berhenti sejenak sebelum berbicara perlahan, "Orang yang melakukan ini ada di sisi kami. Dia bisa melakukannya secara diam-diam, dan dia juga bisa menghancurkan bukti-bukti secara diam-diam."Jantung Yara langsung naik ke tenggorokannya. Dengan gugup dia bertanya, "Kalau begitu, Paman ... sudah mencur
Read more
Bab 0366
"Tetapi rumah sakit menerima donor darahnya, artinya itu aman. Paling nggak, nyawanya nggak terancam. Mana mungkin rumah sakit berani ambil risiko.""Ayah, kamu harus berhenti." Melanie berdiri dan berencana akan pergi. "Ibu sudah pergi, meninggal, dan nggak akan kembali lagi. Kalau kamu nggak mau melepaskan hal-hal ini, akankah Ibu mendapat ketenangan di sana?"Santo memandang Melanie dengan tidak percaya. Dia berdiri dan menampar wajah Melanie dengan keras."Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu?"Sebagai seorang anak perempuan, mengetahui kematian ibunya mungkin menyimpan suatu rahasia. Seharusnya dia merasa wajib membantu? Kenapa malah meminta berhenti menyelidiki?"Apa aku salah?" Melanie menutupi wajahnya dan menatap Santo dengan mata merah. "Ayah, kamu sudah hidup di samping Ibu hampir sepanjang hidupmu. Jadi, sekarang setelah dia meninggal, kamu belum bisa melepaskannya? Kalau kamu benar-benar nggak bisa melepaskannya, kenapa nggak ..."Pergi saja ke bawah tanah dan menemaninya!
Read more
Bab 0367
"Kak, aku nggak mau ke kamp."Yara berbaring di tempat tidurnya sambil berpikir lama. Dia selalu merasa bahwa mimpi semalam sangat nyata, seakan-akan mimpi itu benar-benar Zaina datang mengingatkannya akan sesuatu.Dia membuat keputusan, "Aku ingin mengaku ke Ayah. Aku ingin bersama dengannya."Dia pernah tidak saling terbuka dengan Zaina karena ketakutannya terhadap Melanie. Namun, pada akhirnya, Zaina tetap pergi.Dia tidak ingin membuat kesalahan seperti itu untuk kedua kalinya.Baik Felix maupun Siska agak terkejut, tetapi di saat yang sama mereka juga merasa bahagia untuk Yara."Rara." Siska memeluk Yara dengan lembut. "Ayo, kami mendukung semua keputusanmu."Felix juga mengangguk. "Benar Rara, sekarang kamu sudah memutuskan, kapan kamu mau menemui dia? Aku yakin dia pasti akan senang setelah mengetahuinya."Soal itu, Yara tak berani berharap berlebihan.Santo dan Zaina telah membesarkan Melanie selama lebih dari 20 tahun, memperlakukan Melanie sebagai permata hati mereka. Jika ti
Read more
PREV
1
...
323334353637
DMCA.com Protection Status