All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 351 - Chapter 360
371 Chapters
Bab 0351
Melanie tidak memberi Yudha kesempatan untuk bicara atau waktu untuk memikirkan pertanyaan itu.Dia terus menangis dan berkata, "Pernahkah kamu berpikir bahwa bukan cuma aku yang tahu tentang ini. Bukan cuma Silvia, tapi Zaina juga?"Yudha tertegun mendengar pertanyaan itu dan teringat bahwa Zaina memang sangat baik pada Yara."Jangan lupa, Zaina akhirnya masuk ruang gawat darurat setelah memberikan transfusi darah kepada Yara." Melanie membenamkan wajah di antara lututnya dan menangis.Dia menangis dan mengeluh, "Saat tumbuh dewasa, Zaina selalu menyukai Yara. Dia selalu memikirkan Yara ketika dia memiliki hal-hal baik. Bagaimana dengan saya? Saya tidak mengerti ketika saya masih kecil. Saya hanya berpikir bahwa saya tidak baik cukup dan hanya ingin berperilaku lebih baik, tetapi apakah itu berguna?"Dia menangis semakin keras, "Sebelum meninggal, Zaina hanya memikirkan Yara dan meminta ayahku untuk menjaga Yara dengan baik, tapi Yara berkali-kali menyakiti hati ayahku, pernahkah dia
Read more
Bab 0352
"Halo semuanya!" Yara memiringkan kepalanya dan tersenyum.Kolom percakapan segera penuh dengan pujian. Beberapa orang yang bermata tajam dapat melihat di ruangan itu ada dua orang pria juga. Mereka pun minta kamera didekatkan pada mereka juga.Namun, Felix tidak bisa muncul karena statusnya yang istimewa, jadi Siska mengarahkan kamera ke Gio."Ini Dokter Gio, pac ... teman baruku. Dia tampan 'kan?"Gio mengenakan kacamata berbingkai emas. Dia terlihat seperti pria elite berpenampilan sempurna saat wajahnya tanpa ekspresi, membuat para penonton memekik.Siska kembali fokus mengobrol dengan para penonton. Siaran langsungnya semakin memanas dan jumlah penonton semakin meningkat.Tepat pada saat itu, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.Yara membuka pintu dan melihat yang ada di luar ternyata Pak Direktur Ken dan seorang wanita bule yang tidak dia kenali.Ken memperkenalkan wanita itu sebagai direktur bagian desain TaLa, bernama Candy. Dia sangat puas dengan hasil kerja Yara kali ini dan
Read more
Bab 0353
"Nona Yara, karyamu sangat indah, seperti mimpi."Direktur TaLa penuh pujian untuk Yara."Terima kasih atas apresiasinya." Yara tersenyum manis."Nona Yara, saya dengar kamu menolak kesempatan untuk lanjut belajar di kantor pusat kami. Bolehkah saya tahu alasannya?Yara memikirkannya sejenak. "Alasannya pribadi, maaf saya tidak bisa menyebutkannya. Saya belum bisa ke luar negeri dalam waktu dekat. Kalau boleh ...""Sayang sekali." Direktur TaLa menyela Yara, menggelengkan kepala."Mohon maaf." Yara menarik sudut mulutnya. Dia merasakan seseorang menatapnya dari sudut matanya. Dia menoleh dan menatap mata Yudha.Yudha cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan berjalan ke belakang Yara dengan wajah seperti biasa.Yara pura-pura tidak terjadi apa-apa. Setelah foto bersama, dia hendak pergi.Namun, Yudha rupanya mengikutinya."Ayo bicara," katanya dengan suara pelan.Yara pura-pura tidak mendengar dan mempercepat langkahnya.Yang mengejutkan, Yudha mengejar dan meraih lengannya, menatapnya
Read more
Bab 0354
Ternyata setelah hati berubah dingin, sangat susah untuk menghangatkannya lagi.Melihat Yudha yang tetap diam, dia bertanya dengan sabar, "Jadi bicara nggak?"Yudha menatapnya lagi. Dia bisa merasakan ketidaksabaran dalam nada bicara Yara. Apakah dia begitu kesal pada dirinya sekarang?"Ada sesuatu yang menurutku kamu perlu tahu." Kata-katanya perlahan.Yara menunggunya melanjutkan."Pernahkah kamu terpikir bahwa kamu mungkin bukan putri kandung Silvia?" Yudha menatapnya, dengan sentuhan rasa sesak yang tidak terlalu kentara di matanya.Yara tetap tenang dan balik bertanya, "Kamu tahu?""Kamu sudah tahu?" Yudha terkejut."Kalau memang itu yang mau kamu bicarakan, aku bisa pergi sekarang?" Yara hendak melepas jaket itu dan mengembalikannya.Yudha mengerutkan kening. "Kamu nggak ingin mengatakan apa-apa?""Apa yang perlu dikatakan?" Yara tersenyum sinis. "Tentang aniaya Silvia kepadaku, tentang hidupku yang sengsara dan menyedihkan?"Yudha mengatupkan bibirnya. Bukankah dia orang pertama
Read more
Bab 0355
Di lantai dansa, Siska dan Gio berdansa bersama.Siska pandai berdansa setelah berlatih semasa kuliah. Dia tidak menyangka Gio juga sangat lancar berdansa."Dokter Gio ternyata petualang cinta juga ya." Siska tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda.Gio setengah tersenyum dan berkata dengan nada santai, "Semua orang pernah muda.""Hahaha ...." Siska merasa geli. "Dokter Gio, umurmu belum genap 30 tahun 'kan? Kenapa tingkahmu seperti orang tua?""Anak gadis nggak akan mengerti." Gio menghela napas panjang. "Seseorang mungkin sudah lama meninggal pada usia 27 tahun, dan yang masih hidup sekarang hanya cangkang tak berisi.""Apaan itu!" Siska tampak meremehkan.Setelah berdansa hingga satu lagu selesai, mereka pergi mencari Felix bersama-sama. Tak disangka, Tanto menghadang mereka di tengah jalan."Tuan Lastana ada perlu apa?" Siska menggandeng lengan Gio dan bahkan menyandarkan kepalanya dengan mesra.Tubuh Gio terlihat menegang sejenak, tetapi dia tidak menolak.Tanto mengerutkan k
Read more
Bab 0356
Gio segera pergi.Nona Siska memang masih muda dan menarik. Dokter Gio pasti orang yang hebat ya?" Liana memperhatikan Gio pergi dan bicara penuh sindiran.Siska tidak memiliki dendam dengan Liana, tetapi kata-kata Gio barusan jelas ditujukan untuk menyerang Liana.Dia pun harus berhati-hati."Nona Liana, perlu bicara apa denganku?" Dia pura-pura tidak mengerti dan bertanya langsung.Liana menunduk dan tersenyum. "Nona Siska kenapa memusuhiku seperti ini?"Siska tidak berkata apa-apa dan mengerutkan kening karena kesal."Apa Pasha bilang sesuatu sebelum dia mati?" Liana memasang wajah terkejut."Pasha?" Sirene tanda bahaya berbunyi tepat di telinga Siska. "Kamu ... kenapa bisa tahu Pasha?"Tentu saja aku kenal Pasha. Liana berkata dalam suasana hati yang baik, "Lagi pula, aku mengatakan kepadanya secara pribadi bahwa kamu menyembunyikan sesuatu. Sayang sekali, dia salah paham dan mengira kamu adalah tipe wanita yang mau disentuh siapa saja. "Dia mendecakkan lidahnya. "Bodoh sekali, ng
Read more
Bab 0357
Siska gemetar menahan amarah. Dia tidak menyangka semuanya akan seperti ini.Melihat kelicikan Liana, Siska tak bisa membayangkan sudah berapa kali dirinya diperdaya olehnya.Ketegangan antara Tanto dan Gio semakin mencekam dan kedua belah pihak tidak ada tanda-tanda menyerah."Dok." Siska tidak mau berlama-lama lagi dan menarik baju Gio. "Ayo pergi."Gio mengangguk. "Kamu duluan."Yara dan Felix datang pada saat ini.Melihat wajah merah Siska, Yara langsung menyadari ada yang tidak beres. Dia segera bertanya, "Siska, ada apa?""Ayo pulang, nanti kita bicarakan lagi." Suara Siska bergetar."Oke, oke." Yara mengangguk dan berjalan keluar setengah memeluk Siska.Felix menghampiri dan menepuk pundak Gio. "Kamu antar mereka pulang dulu. Di sini biar aku yang urus."Gio pun beranjak pergi.Tanto begitu marah dan berusaha mengejarnya, tapi Felix menekan pundaknya. Untuk sejenak, pria itu tidak bisa bergerak.Felix melihat Liana duduk di tanah dalam keadaan basah kuyup dan merendahkan suarany
Read more
Bab 0358
"Mau coba?" Suara Felix dipenuhi antisipasi."Coba? Aku dan Siska?" Gio menatap mata Felix lebih lekat lagi.Cahaya dari bar menerpa wajahnya. Matanya selembut air, di balik kacamata berbingkai emas.Felix tiba-tiba merasa tidak sanggup melanjutkan pembicaraan dan lebih dahulu memalingkan muka.Namun, Gio menepuknya dan memintanya mendekatkan telinga.Meskipun Felix agak enggan berbisik-bisik sesama laki-laki, dia sudah sedikit mabuk dan sangat berterima kasih kepada Gio. Akhirnya, dia mencondongkan kepalanya ke samping dengan patuh.Lalu dia mendengar Gio berkata dengan suara yang dalam, "Membosankan."Felix mengerutkan kening. "Bukannya kamu barusan muji-muji dia setinggi langit, kenapa sekarang malah dibilang membosankan?"Gio merasa malu, "Mereka berdua terlalu rasional, pokoknya membosankan."Dia menatap Felix lagi. "Karena itulah Siska dan Yara bisa berteman baik. Aku dan kamu ... paling nggak bisa dikatakan setengah berteman.""Maksudmu?" Felix memprotes, "Aku kurang rasional di
Read more
Bab 0359
Karena bertepatan dengan Tahun Baru, rumah keluarga besar Lastana cukup ramai.Ketika Yara sampai, dia menemukan Tanto dan Liana ada di sana. Bahkan Santo dan Melanie pun di sana. Hanya Yudha yang tidak ada, dan dalam hati dia merasa kecewa."Rara datang?" Agnes langsung menyapanya dengan antusias begitu Yara masuk.Yara tersenyum canggung. "Aku ingin menjenguk kakek.""Ayo masuk. Kakek baru saja tidur, tunggu sampai dia bangun lagi." Agnes mempersilakan dia masuk dan mengedipkan mata pada Felix."Rara, ayo masuk. Kita makan siang di sini nanti." Felix merendahkan suaranya. "Anggap saja untuk menemani Kakek. Nafsu makan Kakek nggak terlalu bagus akhir-akhir ini.""Oke." Yara mengikuti ke ruang tamu.Agnes pergi ke dapur untuk meminta makan siang dihidangkan. Di ruang tamu Tanto dan Santo sedang bermain catur, dan Liana sedang mengobrol dengan Melanie.Felix berdiri di belakang Yara dan bertanya dengan lembut, "Kamu mau pergi ke kamarku saja?""Rara, ayo duduk di sini. Kita belum sempat
Read more
Bab 0360
Namun, memikirkan dua orang gila di lantai bawah membuatnya lebih memilih untuk menunggu di sini.Dia melihat-lihat mainan sebentar sebelum dia mendengar ketukan di pintu.Begitu membuka pintu, dia mendapati bahwa itu adalah Yudha.Yudha melirik ke dalam kamar, tetapi tidak melihat Felix, "Di mana Kak Felix?"Setelah bertanya, dia tahu sendiri jawabannya karena suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi.Sekejap, Yudha menarik Yara keluar kamar."Apa-apaan sih?" Lengan Yara terasa sakit karena genggaman Yudha terlalu keras."Baju tidurmu ketinggalan 'kan waktu itu? Yudha beralasan. "Aku menemukannya. Ikuti aku, kamu ambil sekalian.""Baju tidur?" Yara merasa bingung."Baju tidur kuning yang ada gambar bebeknya." Yudha berbalik ke kamarnya. "Cepat ambil. Di sini merusak pemandangan.""Buang saja kalau memang merusak pemandangan." Yara berdiri diam."Kamu yang buang!" kata Yudha memaksa.Yara merasa tak berdaya dan tidak punya pilihan.Begitu masuk, dia hanya berdiri di ambang pin
Read more
PREV
1
...
333435363738
DMCA.com Protection Status