Aroma khas minyak kayu putih begitu menusuk indra penciumanku. Tampak wajah Elina yang begitu khawatir, tengah memandangiku ketika aku membuka mata.“Lin? Ini di mana?” tanyaku. Aku sedikit bingung. Ada sesuatu yang penting yang baru saja kutahu, tapi aku tak ingat apa.“Kamu di UKS, Nay...,” jawab Elina.“Kamu pingsan tadi abis dari perpus.”Elina mengulum senyum dengan raut menggodaku. “Untung ada Kak Daniel. Ciee....”Tak kuhiraukan Elina yang menjawil pipiku. Aku harus mengingat sesuatu....“Bukuku mana, Lin?” Aku mencari diari Kak Yumna, tapi tak tampak di ruangan itu.“Buku apa, Nay?”“Buku catatan warna item. Kamu lihat gak? Tadi aku abis baca buku di perpus,” terangku.“Gak tau aku, Nay. Bentar, aku tanya Kak Daniel ya.”“Ini, kamu minum dulu yuk tehnya. Kamu pucet banget gitu.”Teman sebangkuku itu memberikan segelas teh hangat padaku sembari mengeluarkan ponselnya. Ah, ia begitu perhatian, bahkan sampai rela melewatkan jam pelajaran demi menungguiku di sini. Aku berterima ka
Read more