Semua Bab Kekasih Rahasia Sang CEO : Bab 141 - Bab 150

156 Bab

Bab 141 Rahasia Besar

Renata sangat kesal, setelah turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah. Berharap ibunya bisa membantu untuk menyelesaikan masalah hari ini. Bi Laksmi yang baru saja keluar dari kamar majikannya, wanita paruh baya itu terlihat senang dan begitu antusias saat melihat Renata yang baru saja kembali ke sana. "Nona muda ternyata Nona kemari juga, kenapa tidak memberitahu bibi mungkin bibi bisa siapin dulu beberapa makanan kesukaan nona," ujar bi Laksmi yang begitu senang. Tapi berbeda dengan Renata, dia remeh kepala pelayan kepercayaan imenatapbunya. bahkan Renata tidak suka dan tidak ingin ber tegur sapa dengan BI Laksmi. "Hey, kamu ini adalah seorang pelayan. Jadi jangan sampai lupa diri dan bertanya sesuka hati pada majikanmu," maki Renata yang begitu marah besar. Laksmi tertegun, baru kali ini dia mendengar kata-kata kasar yang terlontar dari bibir putri kandungnya, ingin rasanya Laksmi mengakui kenyataan yang ada. Tapi demi Renata yang ingin menjadi pewaris keluarga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya

Bab 142 Semua Ada Alasan

Belum sempat Renata menjawab pertanyaan sang ibu, terdengar suara teriakan seorang pria di bawah lantai yang terus memanggil. "Renata! cepat turun!" Kedua bola mata Renata dan nyonya Hanum membeliak, saat mendengar suara pria yang sangat familiar. Apa lagi wajah Renata seketika memucat. "Ibu, itu sepertinya mas Daren, bantu aku Bu untuk membujuk dia agar tidak marah lagi pada ku," Renata menatap nanar sang ibu dengan rona wajah yang memelas. Nyonya Hanum menatap jengah, saat mendengar permintaan Renata, meskipun bukan putri kandungnya tapi dia tidak tega melihat kesedihan yang terpancar di wajah putri angkatnya. "Renata tenanglah kita temui suamimu sekarang ," Nyonya Hanum memegang erat tangan Renata. Renata hanya mengangguk patuh dan setuju dengan perkataan sang ibu, bahkan ia seperti mempunyai sebuah dukungan untuk membela diri. "Renata cepat turun!" teriak Daren untuk yang kedua kalinya. Nyonya Hanum mengerutkan kedua alis, ketika melihat sikap Daren yang membuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-03
Baca selengkapnya

Bab 143 Semua Karena Mu

Beberapa hari kemudian, nyonya Hanum masih terbaring lemah di ruang rawat. Renata yang masih berjalan mondar-mandir terlihat sangat gelisah dengan beberapa pikiran negatif yang merongrong. "Mas! Daren, sekarang apakah kamu sudah melihat semua kejadian ini? puas sekarang sudah membuat ibuku kambuh lagi penyakitnya?" sindir Renata dengan nada meremehkan. Daren beranjak dari kursi tunggu, dan menatap tajam sang istri. "Renata jaga ucapanmu aku adalah menantunya, bagaimana bisa aku mencelakai ibu, jangan bicara sembarangan." "Lalu apa yang kamu lakukan tadi mas, kamu datang memangil dan memaki aku di depan ibu? aku benar-benar tidak habis pikir mas bisa-bisanya kamu lebih membela wanita luar di bandingkan aku istrimu sendiri." Renata menangis, dia sengaja ingin membuat Daren merasa bersalah. Dan melupakan semua yang telah terjadi tadi. Ketika keduanya tengah berdebat, tiba-tiba saja seorang Dokter keluar dari ruangan. Renata segera menghampiri dan mencecar pria berjas putih itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-05
Baca selengkapnya

Bab 144 Hanya Aku Yang Berhak Memilih

Tepat jam satu dini hari, Daren sengaja pulang ke rumah lebih dulu untuk beristirahat sejenak sebelum nanti pagi berangkat ke kantor. Baru saja lelaki tampan itu berjalan menaiki tangga. Tiba-tiba saja seorang pria paruh baya memanggil dan menghampirinya, dengan sorot mata tajam dan raut wajahnya yang muram. "Daren! Berhenti kamu!" bentak tuan Wijaya dengan nada bariton yang menggema di ruangan tamu. Langkah Daren terhenti saat mendengar, suara sang ayah yang berada tepat di belakangnya. "Ayah! Kapan ayah pulang? kenapa tidak mengabari aku setidaknya aku akan menjemputmu?" Daren terlihat senang saat ayahnya mempunyai waktu untuk pulang. Tuan Wijaya sangat kesal, tanpa ragu lagi dia mencecar beberapa pertanyaan pada putra semata wayangnya itu. "Daren! sejak kapan kamu berani membangkang perintah keluargamu!" bentak Wijaya menatap tajam dengan penuh penekanan. Wajah Daren memucat dia tahu benar, jika kepulangan sang ayah pasti ada niat sesuatu yang di tujukan padanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-08
Baca selengkapnya

Bab 145 Kebenaran Yang Di rahasiakan

Keesokan harinya, tuan Wijaya mencari Anna setelah mendapatkan alamat tempat tinggalnya dari orang-orangnya. Dengan emosi yang sudah membuncah pria paruh baya itu sudah geram karena melihat sikap keras kepala putra semata wayangnya. Baru saja Wijaya akan memasuki mobil, Daren yang baru saja tahu dengan rencana sang ayah yang akan menemui Anna. Membuat dia segera menghentikan. "Ayah tunggu!" panggil Daren. Langkah Wijaya seketika terhenti, saat mendengar suara putranya. Yang berada tepat di belakang. "Kau! dasar anak tak berbakti sekarang pilihan masih ada di tanganmu. Mau kau sendiri yang memutuskan hubungan dengan wanita di luaran sana itu atau aku yang harus menemuinya!" ancam Wijaya dengan mode wajah serius. Daren yang sudah mengambil keputusan yang matang, dengan tegasnya ia mengatakan kenyataan yang selama ini telah dia sembunyikan dari ayah dan ibunya. "Ayah! jangan pernah menyentuh Anna. Dia adalah wanita yang aku cintai melebihi apa pun, karena dia aku bisa mera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-10
Baca selengkapnya

Bab 146 Sebuah Kebetulan

Hari beranjak sore, Anna sengaja berjalan-jalan di sekitaran taman belakang rumah sakit. Setelah ia berada di rumah sakit beberapa hari ini. Karena hampir saja janin terancam beruntung Daren waktu itu datang di waktu yang tepat. "Udaranya sangat segar sekali ya Bu, maaf jika Anna repotin ibu," sesal Anna sembari mengelus perutnya yang perlahan mulai membesar mengingat usia kandungannya yang masih muda. Bu Ratih menepis semua perkataan Anna, lalu mencoba untuk mengingatkan. "Tidak Anna, jangan bicara seperti itu, karena bagaimana pun juga kamu adalah putri kesayangan ibu, ya ampun itu lupa tidak membawa selimut mu, tunggu di sini nanti ibu kembali," peringat Bu Ratih yang tidak ingin jika sampai Anna sampai masuk angin. Anna mengangguk patuh dan menuruti semua permintaan sang ibu, sambil menatap langit dengan wajah yang mendongak. Rasanya bus menghirup udara segar membuat hatinya sedikit lebih lebar dan tenang, apa lagi beberapa hari kemarin sempat trus di tekan Renata. Anna
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-13
Baca selengkapnya

Bab 147 Sebuah Kenyataan

Anna merasa tidak tega saat meninggal nyonya Hanum sendirian di taman, padahal mereka berdua baru saling mengenal tadi. Bu Ratih yang tidak ingin sampai Anna berbicara lagi dengan orang asing membuat wanita paruh baya itu mengingatkannya. "Anna! lain kali jika tidak mengenali orang, jangan sembarang mengajaknya bicara," peringat Bu Ratih yang begitu cemas. Mengingat Renata yang selalu menargetkannya. "Iya Bu, maafkan aku,' sesal Anna dengan tatapan yang masih tertuju pada nyonya Hanum. Ketika Bu Ratih dan Anna berjalan di lobi menuju kembali ke ruang rawat. Dirga yang baru saja datang segera menghampiri keduanya, dengan wajah yang terlihat cemas dan panik. "Anna! ibu ternyata kalian berdua di sini, dari tadi aku mencari kalian akhirnya ketemu juga," kata Dirga yang terlihat cemas. Anna dan Bu Ratih saling menatap satu sama lain dengan lebih keheranan, karena tidak seperti biasanya Dirga bersikap seperti itu. Meskipun ragu tapi Anna memberanikan diri untuk bertanya. "Tuan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-14
Baca selengkapnya

Bab 148 Karena Aku Hanya Ingin Kamu

Anna tercengang, dia sampai menutup mulut dengan kedua tangannya saat baru mengetahui semua kenyataan yang ada bahkan dia benar-benar tak habis pikir. "Tidak! itu tidak mungkin, bagaimana bisa mas Dirga begitu tega untuk mencelakai ku!" Dirga yang tak terima dengan cara Daren yang sengaja membuat Anna untuk menjauh dan membencinya. Pria itu pun segera menjelaskan. "Ana! apa yang di katakan oleh ka Daren itu bohong, aku tidak ingin mempunyai niat buruk padamu, dan aku benar-benar menyukaimu," Jelas Dirga beralibi. Mendengar perkataan Dirga yang berusaha untuk membela diri, membuat darah Daren mendidih. Dan tak kuasa lagi menahan diri untuk melayangkan kepalan tangannya tepat di wajah sepupunya itu. BLUGH! "Kau munafik sekali Dirga! Sudah jelas-jelas dirimu ingin mencelakai Anna dan calon bayinya." Bentak Daren yang sudah tak bisa lagi menahan emosi. Sampai Dirga terkena pukulan dan terjatuh tersungkur ke bawah lantai, tak terima di perlakukan kasar. Dirga berusaha mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

Bab 149 Ancaman Andre

"Tidak Anna! kamu sekarang tidak bisa lari dariku lagi, bagaimana pun juga calon bayi yang ada dalam kandunganmu adalah darah dagingku," tegas Daren meraih dan memegang kedua bahu mungil Anna. Kedua insan yang saling mencintai itu menatap satu sama lain dengan tatapan mendalam, terutama Anna rasanya air matanya sudah tak terbendung lagi. "Ku mohon, Anna. Jangan pernah lagi kamu pergi dariku, Renata dan aku hanya menikah dalam perjodohan, tidak ada rasa cinta dalam hatiku untuknya." jelas Daren sembari memeluk Anna dengan sangat erat. Bu Ratih yang hanya terpaku, entah kenapa dia melihat sebuah ketulusan di kedua manik mata Daren. Akan tetapi ada satu hal yang membuatnya sangat ragu dan di lema. "Tuan Daren sepertinya tulus pada Anna, tapi statusnya sebagai nyonya Renata hanya akan membawa masalah untuk Anna, bahkan semua orang mungkin akan mencemoohnya," batin Ratih. Setelah Anna dan Daren saling memeluk wanita paruh baya itu pun menghampiri dan mengingatkan keduanya. "Ann
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

Bab 150 Jauhi Putraku

Setelah Daren pergi untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, Bu Ratih kembali mengingatkan putri kesayangannya atas apa yang baru saja dia dengarkan tadi. "Anna, jawab ibu. Apa kamu benar-benar akan menerima kembali pinangan tuan Daren? sudah jelas-jelas dia pria yang sudah memiliki pasangan," peringat Bu Ratih, berharap jika putrinya tidak salah mengambil keputusan dalam hidupnya. Anna menghela nafas panjang, lalu ia memutar badan dan menatap ibunya. Lalu menjawab. "Ya ibu, Anna sudah berpikir, jika calon bayi yang ada di dalam kandungan ini dia begitu membutuhkan figur seorang ayah, dan Anna juga yakin apa yang di katakan oleh tuan Daren membuat aku yakin," jelas Anna. Sebagai seorang ibu, ibu Ratih tidak bisa mencegah dia hanya berharap jika putrinya benar-benar bisa merasakan kebahagiaan. "Ya sudah, ibu hanya bisa berharap kamu dan tuan Daren segera menikah!" imbuh Bu Ratih. "Iya Bu," Anna tersenyum. Ketika ibu dan anak itu tengah berbicara serius tiba-tiba saj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status