Home / Pernikahan / Mengandung Bayi Mantan Mertua / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Mengandung Bayi Mantan Mertua: Chapter 81 - Chapter 90

148 Chapters

82. Bercinta Dengan Sam

Airin beranjak membukakan pintu ketika bel terdengar berbunyi. Wanita itu cukup terkejut ketika mendapati Sam yang datang seorang diri. Lelaki itu melangkah masuk sebelum Airin mempersilakan. Sedikit kasar ketika ia mendorong tubuh Airin untuk masuk ke dalam dan menutup pintu dengan bantingan.“Mau apa kau?” Airin bertanya dengan bingung. Menatap Sam yang tampak seperti orang kesetanan.“Aku tahu kau sedang sendiri di sini. Aku bertemu dengan Om Robin di angkringan.”“Lalu?” Airing menyipitkan mata.“Aku ingin kau memuaskanku, mumpung tidak ada orang di sini.” Sam berucap secara gamblang. Tatapannya tampak nyalang, menyorot Airin dengan nafsu yang begitu menggebu-gebu.Airin menghela napas dengan kasar. “Aku tidak bisa.”“Aku akan memberitahu orang-orang mengenai hubungan haram kalian jika kau tidak ingin memuaskanku. Orang-orang akan mengusirmu dari sini, juga Om Robin. Kalian akan dipermalukan.” Sam mulai memberikan ancaman. Tatapannya tampak semakin nyalang.Terlihat ada luka di bi
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

83. Keresahan Robin

“Tadi Arie nelfon.” Robin berucap ketika ia dan Airin tengah menonton televisi sehabis makan malam bersama.“Papi ngomong apa?” Airin mendongak, menatap Robin yang ia jadikan tempat sandaran.“Rumahnya sudah dapat, besok atau lusa bakal ngurus kepindahan.” Robin berucap dengan perasaan sedih. Sebab, ia dan Airin akan berpisah jika orang tua wanita itu benar-benar pindah ke sana.“Daerah mana?” Airin bertanya tanpa ada ekspresi keberatan sama sekali. Robin mulai berpikir jika Airin merasa senang akan perpisahan mereka. Sebab, tidak ada sedikit pun ekspresi sedih yang tampak di wajah cantiknya.“Kau senang?” Robin bertanya memastikan. Ia mainkan ujung rambut Airin dengan penuh kasih sayang.“Ya. Aku sudah merindukan mereka.” Airin tersenyum menjawab. Ia terlihat sangat manis jika tersenyum seperti itu.Robin menghela napas dengan kasar. “Kita akan sulit untuk bertemu. Arie pasti akan melarangmu mengunjungiku.” Lelaki itu berucap dengan sangat serius.Airin mendongakkan tubuhnya, membena
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

84. Tespek

“Buat apa?” Robin bertanya seraya ia menatap empat macam testpack yang Airin masukkan ke keranjang belanjaan. Keningnya berkerut, menyorot dengan penuh tanda tanya.“Mau nyoba aja, barangkali hasilnya positif.” Airin menjawab dengan senyum semringah yang menghiasi bibirnya. Sorot matanya tampak berbinar. Ada banyak angan dan harapan yang terpancar. Harapan yang bisa dibaca oleh semua orang.Robin merasa nyeri di ulu hati, sebab Airin semakin ke sini sikapnya semakin menyedihkan. Obsesinya terhadap bayi semakin besar.“Kau tidak keberatan untuk membayarnya kan?” Airin bertanya memastikan. Sebab, ia tidak membawa uang ketika mereka berangkat ke minimarket.Robin menghela napas dengan dalam. “Kapan aku pernah berkata keberatan?” Ia menegaskan.Senyum Airin semakin lebar. Ia melangkah menuju rak yang memajang berbagai macam produk susu. Ia memilah setiap produk, lalu mengambil dua kotak susu ibu hamil.Mata Robin tampak memerah menatap Airin. Ia benar-benar merasa sangat kasihan. Meskipun
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

85. Dimabuk Cinta

“Yang, pindah sini.” Airin berucap dengan manja, menepuk lembut betis kanannya agar Robin pindah memberikan pijatan di sana. Ia tidak melakukan apa pun, bahkan seisi rumah diurus oleh Robin. Namun, ia tetap saja diperlakukan dengan sangat baik, layaknya seorang tuan putri.Robin melakukan apa yang Airin minta. Kedua telapak tangannya yang kasar berpindah memberikan pijatan dari betis kiri ke betis kanan. Ia senang melakukan itu, tidak ada keterpaksaan sama sekali. Sementara Airin sibuk menonton televisi dengan rebahan di sofa dan kedua kakinya berada di atas paha Robin.Ruangan itu dipenuhi oleh suara yang berasal dari layar kaca yang tengah menayangkan film marvel. Tidak ada percakapan di antara mereka sama sekali. Mereka saling diam karena terlalu fokus menonton.Robin terlihat begitu mengantuk dan kelelahan. Ia mengurus segala hal. Bahkan pikirannya tidak pernah bisa tenang. Di waktu seperti ini ia harusnya istirahat dan dilayani, bukan melayani. Sesekali lelaki itu menguap sebagai
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

86. Dikira Sugar Baby

Robin duduk di sofa dengan laptop menyala yang ada di hadapannya. Ia tengah mempersiapkan diri untuk meeting pagi ini. Memeriksa berkas kembali untuk memastikan tidak ada yang salah dari file yang akan ia presentasikan.Sebuah pelukan lembut melingkar di leher Robin dari arah belakang. Ia menoleh, menatap Airin yang tersenyum menatapnya. Wanita itu baru saja bangun tidur dan langsung mencarinya. Mereka saling terhubung sekarang, tidak bisa jika tidak bertemu satu dengan yang lain.“Kau belum mandi? Kau harus siap-siap, Arie akan tiba sebentar lagi.”Airin tidak menjawab. Ia berikan kecupan lembut di tengkuk Robin. Mengendus tengkuk yang terasa begitu wangi khas maskulin. Ia seakan candu dengan aroma tubuh lelaki itu. Ingin terus menghirup, mengendus, juga mengecup.“Tadi papi nelpon.” Airin berucap setelah ia berhenti memberikan kecupan.“Oh, ya? Dia ngomong apa?”“Kepindahannya ditunda sampai minggu depan. Adek-adek mau ikut pindah, jadi harus ngurus perpindahan sekolahnya dulu.” Air
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

87. Ancaman Leonel

“Buruan!” Airin sudah tidak sabar ketika Robin berjanji akan mengajaknya ke Candi Prambanan. Ia tampak cantik dengan setelan dress vintage tanpa lengan. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja. Make up tipis-tipis membuat ia terlihat semakin cantik.“Di sana panas, kau harus pakai outer.” Robin mengingatkan. “Kulitmu bisa terbakar.”Airin menggeleng. Menolak untuk memakai outer seperti yang Robin katakan.Robin hanya bisa menghela napas dengan kasar. Ia kembali ke kamar, menjemput jaket untuk berjaga-jaga. Lalu, kembali menemui Airin yang sudah siap untuk berangkat.Airin bangkit berdiri ketika Robin berhenti tepat di depannya. Ia mendongak, menatap dengan senyuman. Memeluk tubuh kekar itu untuk bermanja di sana. Ia seperti anak kecil yang tengah menggelayut pada ayahnya.Semakin lama, ia semakin terpesona. Robin benar-benar terlihat gagah dan tampan. Jauh lebih muda dibanding usia yang sesungguhnya. Ia tidak pernah sadar jika memiliki mertua yang begitu menggairahkan.Bunyi bel mem
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

88. Berapa Banyak Selingkuhanmu?

“Kenapa kau izinkan dia tinggal di sini?” Airin protes pada Robin. Ia memasang wajah kesal, menunjukkan perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja sekarang. Mereka bahkan gagal pergi jalan-jalan hari ini, sebab kedatangan Leonel yang begitu mendadak.“Dia tidak bawa uang, kau dengar sendiri kan tadi dia bilang apa. Dia cuma bawa Belvina, sama kayak kamu yang datang ke sini waktu itu. Bedanya kamu bawa uang, bisa menginap di mana saja. Dia tidak bawa uang sama sekali, untuk ongkos ke sini saja dibayarin sama Alex.” Lelaki paruh baya itu berucap dengan lembut, berusaha memberi pengertian pada Airin.“Aku tidak suka dia ada di sini.”“Biar bagaimanapun dia itu putraku, Airin.” Robin menegaskan. Meminta dengan sangat agar kali ini Airin mengalah sedikit saja.“Tapi aku tidak suka, minta dia buat pergi secepatnya.” Airin memaksa. Ia tidak ingin mengalah sama sekali. Sebab, kehadiran Leonel di sana akan sangat merusak suasana. Raut wajahnya tampak begitu serius. Ia benar-benar tidak mener
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

89. Tamparan Dari Leonel

Berulang kali Airin membuang muka karena merasa sangat risih ketika Leonel menatapnya. Bahkan ketika menu makan malam kali ini adalah menu kesukaannya, ia merasa tidak bernafsu sama sekali. Makanan itu terasa sangat hambar.“Kenapa? Kamu sakit?” Robin bertanya dengan penuh perhatian ketika ia mendapati piring Airin masih penuh dengan makanan.Airin menggeleng dengaan pelan.“Makanannya tidak enak?” Lelaki paruh baya itu kembali bertanya, ingin tahu di mana letak kesalahannya sehingga mood Airin malam ini terlihat sedang tidak baik.“Berhentilah memberi perhatian pada istriku. Setidaknya ketika ada aku!” Leonel melayangkan protes. Ia sangat tidak suka ketika Robin tampak begitu perhatian dan sayang pada Airin. Ia tidak terima jika posisi dirinya digantikan oleh lelaki paruh baya itu. Ada bara yang membakar dada tatkala kedua insan itu menunjukkan kedekatan mereka.Airin dan Robin mengabaikan, tidak menanggapi sama sekali, bersikap seolah tidak ada Leonel bersama mereka.“Aku mau makan
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

90. Tolong Ceraikan Aku!

Leonel melayangkan tamparan secara refleks akibat rasa sakit yang ia dapatkan. Ia tidak berniat melakukan itu. Tangannya yang lain bergerak sendiri untuk memberi perlindungan pada lengannya yang digigit. Hantaman yang ia berikan cukup keras, sehingga meninggalkan bekas kemerahan di pipi Airin. Disusul dengan cairan merah yang keluar dari hidungnya. Wanita itu mimisan, kepalanya terasa berat dengan pandangan yang menggelap.“Airin!” Robin berlari mendekat. Ia tangkap wanita itu sebelum tubuh Airin tumbang ke lantai.“Airin … Airin!” Robin berusaha membangunkan. Ia sangat panik ketika Airin jatuh pingsan. Entah sudah berapa kali ia beritahu pada putranya jika fisik Airin itu sangat lemah. Ia sangat marah dan kesal sekarang, ingin ia beri pelajaran pada Leonel agar lelaki itu sadar. Namun, memberi pertolongan pada Airin lebih ia utamakan.Leonel terdiam membatu di tempat. Tangannya gemetar, tidak percaya jika ia baru saja menghantam tubuh istrinya. Matanya memanas dan memerah, ingin mena
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

91. Lebih Rendah dari Seorang Pelacur

“Oke! Oke! Kita cerai! Aku juga tidak sudi punya istri sepertimu! Kau lebih rendah dari seorang pelacur!” Leonel berucap dengan kasar. Ia melangkah masuk dengan perasaan berang. Wajahnya begitu merah ketika ia meraih Belvina dengan sangat kasar dari dekapan Airin.“Jaga bicaramu!” Robin langsung berkomentar dengan dada yang bergemuruh. Ia merasa panas, gerah karena mendengar wanita yang ia cintai dihina seperti itu.“Memang kenyataannya seperti itu.” Leonel tidak ingin kalah. Ia biarkan saja Belvina menangis dalam dekapannya setelah ia mengambil alih bayi itu. Ia abaikan ketika Belvina terus saja mengulurkan tangan pada Airin.Airin menghela napas dengan berat. Ia rapikan pakaiannya, kembali menutupi dadanya setelah Belvina tidak lagi menyusui.“Pilihanmu sudah tepat. Hubungi papi sekarang agar proses perceraian kita dipercepat. Aku sudah tidak sabar menunggu surat cerai keluar dari pengadilan.” Airin menatap dengan tajam.“Di mata Tuhan kita tetap saja sepasang suami istri. Dosa besa
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status