Share

87. Ancaman Leonel

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-28 07:19:57

“Buruan!” Airin sudah tidak sabar ketika Robin berjanji akan mengajaknya ke Candi Prambanan. Ia tampak cantik dengan setelan dress vintage tanpa lengan. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja. Make up tipis-tipis membuat ia terlihat semakin cantik.

“Di sana panas, kau harus pakai outer.” Robin mengingatkan. “Kulitmu bisa terbakar.”

Airin menggeleng. Menolak untuk memakai outer seperti yang Robin katakan.

Robin hanya bisa menghela napas dengan kasar. Ia kembali ke kamar, menjemput jaket untuk berjaga-jaga. Lalu, kembali menemui Airin yang sudah siap untuk berangkat.

Airin bangkit berdiri ketika Robin berhenti tepat di depannya. Ia mendongak, menatap dengan senyuman. Memeluk tubuh kekar itu untuk bermanja di sana. Ia seperti anak kecil yang tengah menggelayut pada ayahnya.

Semakin lama, ia semakin terpesona. Robin benar-benar terlihat gagah dan tampan. Jauh lebih muda dibanding usia yang sesungguhnya. Ia tidak pernah sadar jika memiliki mertua yang begitu menggairahkan.

Bunyi bel mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   88. Berapa Banyak Selingkuhanmu?

    “Kenapa kau izinkan dia tinggal di sini?” Airin protes pada Robin. Ia memasang wajah kesal, menunjukkan perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja sekarang. Mereka bahkan gagal pergi jalan-jalan hari ini, sebab kedatangan Leonel yang begitu mendadak.“Dia tidak bawa uang, kau dengar sendiri kan tadi dia bilang apa. Dia cuma bawa Belvina, sama kayak kamu yang datang ke sini waktu itu. Bedanya kamu bawa uang, bisa menginap di mana saja. Dia tidak bawa uang sama sekali, untuk ongkos ke sini saja dibayarin sama Alex.” Lelaki paruh baya itu berucap dengan lembut, berusaha memberi pengertian pada Airin.“Aku tidak suka dia ada di sini.”“Biar bagaimanapun dia itu putraku, Airin.” Robin menegaskan. Meminta dengan sangat agar kali ini Airin mengalah sedikit saja.“Tapi aku tidak suka, minta dia buat pergi secepatnya.” Airin memaksa. Ia tidak ingin mengalah sama sekali. Sebab, kehadiran Leonel di sana akan sangat merusak suasana. Raut wajahnya tampak begitu serius. Ia benar-benar tidak mener

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   89. Tamparan Dari Leonel

    Berulang kali Airin membuang muka karena merasa sangat risih ketika Leonel menatapnya. Bahkan ketika menu makan malam kali ini adalah menu kesukaannya, ia merasa tidak bernafsu sama sekali. Makanan itu terasa sangat hambar.“Kenapa? Kamu sakit?” Robin bertanya dengan penuh perhatian ketika ia mendapati piring Airin masih penuh dengan makanan.Airin menggeleng dengaan pelan.“Makanannya tidak enak?” Lelaki paruh baya itu kembali bertanya, ingin tahu di mana letak kesalahannya sehingga mood Airin malam ini terlihat sedang tidak baik.“Berhentilah memberi perhatian pada istriku. Setidaknya ketika ada aku!” Leonel melayangkan protes. Ia sangat tidak suka ketika Robin tampak begitu perhatian dan sayang pada Airin. Ia tidak terima jika posisi dirinya digantikan oleh lelaki paruh baya itu. Ada bara yang membakar dada tatkala kedua insan itu menunjukkan kedekatan mereka.Airin dan Robin mengabaikan, tidak menanggapi sama sekali, bersikap seolah tidak ada Leonel bersama mereka.“Aku mau makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   90. Tolong Ceraikan Aku!

    Leonel melayangkan tamparan secara refleks akibat rasa sakit yang ia dapatkan. Ia tidak berniat melakukan itu. Tangannya yang lain bergerak sendiri untuk memberi perlindungan pada lengannya yang digigit. Hantaman yang ia berikan cukup keras, sehingga meninggalkan bekas kemerahan di pipi Airin. Disusul dengan cairan merah yang keluar dari hidungnya. Wanita itu mimisan, kepalanya terasa berat dengan pandangan yang menggelap.“Airin!” Robin berlari mendekat. Ia tangkap wanita itu sebelum tubuh Airin tumbang ke lantai.“Airin … Airin!” Robin berusaha membangunkan. Ia sangat panik ketika Airin jatuh pingsan. Entah sudah berapa kali ia beritahu pada putranya jika fisik Airin itu sangat lemah. Ia sangat marah dan kesal sekarang, ingin ia beri pelajaran pada Leonel agar lelaki itu sadar. Namun, memberi pertolongan pada Airin lebih ia utamakan.Leonel terdiam membatu di tempat. Tangannya gemetar, tidak percaya jika ia baru saja menghantam tubuh istrinya. Matanya memanas dan memerah, ingin mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   91. Lebih Rendah dari Seorang Pelacur

    “Oke! Oke! Kita cerai! Aku juga tidak sudi punya istri sepertimu! Kau lebih rendah dari seorang pelacur!” Leonel berucap dengan kasar. Ia melangkah masuk dengan perasaan berang. Wajahnya begitu merah ketika ia meraih Belvina dengan sangat kasar dari dekapan Airin.“Jaga bicaramu!” Robin langsung berkomentar dengan dada yang bergemuruh. Ia merasa panas, gerah karena mendengar wanita yang ia cintai dihina seperti itu.“Memang kenyataannya seperti itu.” Leonel tidak ingin kalah. Ia biarkan saja Belvina menangis dalam dekapannya setelah ia mengambil alih bayi itu. Ia abaikan ketika Belvina terus saja mengulurkan tangan pada Airin.Airin menghela napas dengan berat. Ia rapikan pakaiannya, kembali menutupi dadanya setelah Belvina tidak lagi menyusui.“Pilihanmu sudah tepat. Hubungi papi sekarang agar proses perceraian kita dipercepat. Aku sudah tidak sabar menunggu surat cerai keluar dari pengadilan.” Airin menatap dengan tajam.“Di mata Tuhan kita tetap saja sepasang suami istri. Dosa besa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   92. Amarah Arie

    “Pi ….” Airin melangkah mendekat, hendak menghambur memeluk sang ayah. Namun, Arie langsung menahannya. Lelaki itu seakan merasa jijik dipeluk oleh putrinya sendiri. Putri yang selama ini ia perlakukan seperti seorang ratu.“Papi, maafin Airin.” Airin berusaha meluluhkan hati ayahnya kembali. Ia memasang wajah memelas penuh rasa bersalah. Suaranya terdengar bergetar dan serak.“Katakan jika itu bohong, Airin. Leonel hanya mengarang cerita karena dia ingin melihatmu hancur.” Lenzy menolak untuk percaya. Ia menolak fakta yang ada. Rasa sayangnya membuat ia menutup mata akan kesalahan putrinya.Airin tidak menjawab. Wanita itu hanya diam dengan mulut yang terkatup dengan rapat.“Katakan, Airin! Tidak mungkin kau bisa dengan mudahnya rela ditiduri oleh lelaki tua seperti dia.” Lenzy mendesak.“Jangan naif, Lenzy. Akui saja jika Airin memang melakukan kesalahan. Leonel yang sangat keras menolak untuk bercerai sampai memutuskan ingin bercerai sekarang karena tahu Airin sudah main belakang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   93. Kabur Lagi

    “Kurasa ini berlebihan, Airin.” Robin berkomentar ketika ia melihat Airin tengah packing barang bawaan. Wanita berparas cantik itu tampak terburu-buru memasukkan semua pakaian ke dalam koper.Airin berhenti melakukan, ia mendongakkan badan, menoleh menatap Robin yang berdiri tidak jauh darinya. Ia sorot lelaki itu dengan sangat dalam. Manik matanya menunjukkan ada banyak perasaan yang terpendam.“Apa kau ingin berhenti di sini saja? Kau bilang kau mencintaiku. Mengapa kau tidak ingin berjuang untukku? Jika kau memang mencintaiku, ayo kabur denganku.” Airin berucap dengan sorot begitu serius. Nada bicaranya juga terdengar penuh tuntutan. Ia tidak ingin ada yang merenggut kebahagiaan yang baru saja ia rasakan.Barangkali ini perasaan Leonel ketika dipaksa untuk menikah dengannya dulu. Tidak mudah untuk menerima perjodohan, apalagi dengan orang yang tidak dicinta sama sekali.Robin hanya diam. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Apa yang Arie katakan itu benar adanya. Tidak pantas tumbuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   94. Kita Akan Menikah

    Arie menekan bel berulang kali, juga mengetuk pintu ketika ia tiba di rumah Robin. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali. Sebab, tidak ada orang di sana.“Kayaknya tidak ada orang, Pi.” Lenzy berucap dengan perasaan was-was.Arie mengintip ke dalam sana melalui celah gorden yang ada di jendela. Tampak lampu masih menyala, tapi tidak terdengar ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.“Ck!” Arie berdecak kesal. Harusnya tadi malam ia ajak Airin untuk menginap di hotel saja, agar paginya mereka bisa langsung tancap gas menuju pulang. Tidak perlu ia beri wanita itu kelonggaran dengan menghabiskan malam bersama Robin untuk yang terakhir kali.Arie merogoh saku untuk mengeluarkan ponsel dari sana. Ia cari nomor Robin, lalu menghubunginya. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali. Panggilannya dibiarkan begitu saja hingga berhenti sendiri.Lagi, Arie berdecak dengan kesal. Tampak amarah yang bercampur dengan kekecewaan. Sementara Lenzy terus saja berusaha mengetuk dan menekan bel. Berharap ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   95. Hanya Maut yang Memisahkan

    Airin terbangun di pagi hari tanpa mendapati Robin berada di sisinya. Di sisi kanannya telah kosong, hanya ada selimut di sana. Ia menggeliat sejenak, lalu bangkit untuk duduk. Di luar sana matahari telah tampak menyinari dengan cerahnya.“Yang!” Airin memanggil, berpikir jika Robin ada di kamar mandi.“Sayang!” Airin kembali memanggil karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Suaranya terdengar serak khas orang baru bangun tidur.Namun, tetap saja tidak ada tanggapan dari lelaki itu. Tidak ada suara sama sekali yang berasal dari sana.Airin mengerutkan kaning. Ia bangkit berdiri, lalu beranjak menuju kamar mandi. Benar saja, tidak ada siapa-siapa di sana.“Sayang!” Suara Airin terdengar memenuhi seisi ruangan. Ia mulai panik, takut jika ia benar-benar telah ditinggal. Namun, ketika mendapati dompet dan ponsel milik Robin ada di atas nakas, pikiran negative itu mendadak hilang. Terlebih ada kunci mobil di sana. Tidak mungkin Robin pergi tanpa membawa barang-barangnya. Apalagi lelaki i

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30

Bab terbaru

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   146. Extra Part 35

    “Alice!” Airin berlari menghampiri, hendak memberikan pelukan untuk melepas keresahan.Alice menghindar, tidak mengizinkan wanita itu untuk menyentuh dirinya. Tampak ada kebencian dan juga kekesalan yang begitu besar. Matanya memerah dengan kaca-kaca menghalangi pandangan mata.“Alice ….” Airin memanggil dengan lemah. Merasa sangat sakit ketika tatapan itu kembali ia dapatkan, tatapan penuh kebencian. Tidak ada hal yang lebih menyakitkan selain dibenci oleh orang yang disayang.Alice mengusap wajah dengan kasar, berjalan menyamping dengan punggung yang menempel pada dinding. Ia benar-benar menjaga jarak dari kedua orangtuanya. Seperti yang telah mereka lakukan terhadapnya.“Om sudah janji tidak akan memberitahu siapa pun. Ternyata tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya. Pandanganku pada Om telah berubah.” Alice menatap Zayyan dengan kecewa. Sebab, lelaki itu telah menghubungi ayahnya.“Sayang—”“Jangan panggil aku dengan sebutan menjijikkan itu! Aku tahu kau tidak pernah menyayangi

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   145. Extra Part 34

    “Kamu bawa siapa?” Wanita paruh baya itu menatap Alice dengan kening berkerut. Selama hidupnya, ini pertama kali sang putra membawa pulang seorang wanita. Jika dilihat-lihat dari tampangnya, jelas itu masih gadis di bawah umur.“Anaknya teman.” Zayyan menjawab dengan mantap.“Kamu tidak sedang melarikan anak orang kan?”“Aku bukan pedofil.”“Kenapa bisa sama kamu?”“Itu bukan masalah penting, Ma. Malam ini dia akan menginap di sini.” Zayyan menegaskan. Lelaki itu mengajak Alice untuk masuk, meminta pelayan menyiapkan kamar, juga menghidangkan sepiring makanan.Alice duduk di kursi makan. Zayyan ikut menemani di kursi seberang. Lelaki itu menikmati sepiring potongan buah seraya memberi nasihat. Gadis lima belas tahun itu tidak mendengar sama sekali. Ia menikmati hidangan dengan lahap. Sebab, ia sudah terlampau lapar karena hanya makan sedikit siang tadi.“Besok om antar pulang.” Zayyan berucap dengan helaan napas kasar, sebab Alice benar-benar tidak mendengar.Gadis itu berhenti mengun

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   144. Extra Part 33

    Alice memasukkan semua barangnya ke dalam koper. Barang-barang yang sengaja ia tinggal di rumah itu agar tidak perlu repot jika ingin menginap di sana. Gadis itu benar-benar kesal dengan sikap ibunya. Bisa-bisanya anak orang lain lebih ia manja. Apalagi itu anak dari orang yang telah menghancurkan hidup mereka. Setelah ini, ia tidak akan pernah kembali lagi. Sebab, ia benar-benar emosi.“Alice!” Lenzy mengetuk pintu kamar, sebab daun pintu terkunci dari dalam.“Alice!” Lenzy kembali memanggil, disertai dengan ketukan yang cukup keras.Daun pintu terbuka dengan kemunculan Alice di baliknya. Wajahnya tampak sembab karena bekas tangisan.Lenzy menatap koper kuning yang ada di tangan cucunya. Ia tersenyum, berusaha memberikan rayuan.Alice menatap jauh ke depan sana, bahkan ibunya tidak ingin mengejar. Hanya Lenzy yang menghampiri dirinya. Ia semakin merasa bahwa dirinya tidak diinginkan oleh ibunya.“Kamu mau ke mana?” Lenzy bertanya dengan penuh kelembutan.“Alice mau pulang.”“Ini ruma

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   143. Extra Part 32

    “Alice, kamu beruntung sekali ya. Banyak yang sayang sama kamu.” Belvina berucap dengan rasa iri yang menggelayuti hati.Alice hanya tersenyum sebagai tanggapan. Ia tidak menyadari itu selama ini. Tampaknya ia lebih beruntung dari Belvina.“Ini kamar kamu sama Alya, barang kalian taruh di dalam saja. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan buat minta sama mbak-mbak pekerja. Aku mau keluar sebentar, mau nemuin papa.”Belvina mengangguk, lalu mengajak adiknya untuk masuk.Alice kembali ke ruang tamu, Robin masih duduk di sana. Bercengkerama bersama Airin berdua. Ia tidak pernah melihat ibunya sebahagia ketika tengah bersama Robin. Usia bukan penghalang bagi keduanya. Tatapan mereka tidak bisa dibohongi jika mereka masih saling cinta.“Papa makan siang di sini?” Alice duduk di sisi kanan ayahnya. Ia mulai bergelayut manja di sana.“Dia harus pulang, Alice. Kursi makan tidak cukup, kau sudah membawa dua teman.” Arie menanggapi entah dari mana.“Makan siang di luar saja, yuk! Kan belum pernah

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   142. Extra Part 31

    “Kamu mau ikut? Aku mau nginap di rumah mama. Mumpung besok libur.” Alice menatap Belvina dengan sorot begitu lembut. Ia merasa kasihan, sebab gadis itu selalu menangis dan murung setiap hari setelah kedua orangtuanya selalu bertengkar tanpa ada ketenangan. Berulang kali Leonel meminta cerai, tapi Livy selalu menolak.Jika Leonel memang berniat untuk cerai, harusnya ia datangi saja pengadilan. Ternyata tidak semudah itu untuk memutus hubungan mereka. Tampaknya Alice harus mencari cara lain. Kesalahan tidak bisa hanya dilimpahkan pada Leonel. Ia juga harus mencari cara untuk membuat Livy merasa tersudut dan terpojok sehingga tidak bisa mengelak jika dirinya bersalah. Namun, Alice belum bisa mencari cara. Sebab, Livy benar-benar menjadi ibu rumahan yang tidak pernah ke mana-mana. Sulit untuk membuat rancangan seolah Livy yang berkhianat.“Boleh?” Belvina bertanya memastikan. Barangkali itu hanya ajakan basa-basi.“Tentu saja.” Alice langsung mengiyakan.“Aku bawa Alya, ya?” Belvina beru

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   141. Extra Part 30

    Alice mengendap-endap memasuki kamar Leonel ketika semuanya tengah sibuk sendiri. Ia baru pulang dari sekolah, sementara Belvina masih ada kegiatan dan pulang sedikit terlambat. Livy tengah meditasi di halaman belakang. Gerak-geriknya tidak ada yang memerhatikan. Gadis itu menaruh kertas nota palsu berisi transferan belasan juta yang dikirim berkali-kali tertuju untuk seorang wanita. Nama pengirimnya adalah Leonel. Ia juga menaruh bungkus kontrasepsi di keranjang pakaian kotor yang masih kosong. Tidak lupa dengan bukti pembayaran kamar hotel dengan tanggal bertepatan ketika Leonel keluar kota selama dua malam.Ketika keluar dari kamar, tidak ada yang memergokinya telah melakukan hal barusan. Ia berlagak seperti biasa, seakan tidak terjadi apa-apa.“Alice!”“Ya, Pa!”“Papa mau keluar sebentar, kamu mau ikut?”Alice berlari menghampiri Robin, tersenyum seraya mengangguk. Pasangan ayah dan anak itu beranjak menuju mobil. Keduanya semakin dekat sekarang. Alice juga tampaknya jadi lebih le

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   140. Extra Part 29

    “Leonel!” Livy menghentikan langkah suaminya ketika ia mencium bau parfum wanita dari tubuh lelaki itu.Leonel berhenti melangkah, berbalik menatap Livy yang berada beberapa langkah dari dirinya. Ia menatap dengan sorot penuh tanya, bertanya-tanya maksud dari tatapan yang ia terima.“Dari mana kamu?” Livy bertanya dengan kasar. Tatapannya begitu tajam menikam.Leonel menghela napas dengan kasar, merasa muak karena selalu dicurigai oleh Livy.“Apa aku perlu memasang gps di tubuhku agar kau berhenti mencurigai?” Leonel membalas tatapan itu dengan lebih tajam lagi.Livy mendekat, mengendus tubuh suaminya untuk memastikan bau yang ia hidu. Semakin tajam bau parfum wanita yang melekat di tubuh suaminya. Kecurigaannya semakin kuat ketika menemukan sehelai rambut wanita di kerah kemeja lelaki itu.“Apa ini?” Livy menunjukkan helai rambut yang ia dapatkan.“Rambut.” Leonel menjawab dengan kesal.“Apa kau tidak akan memberikan penjelasan?” Livy menuntut penjelasan.“Ma, Pa, kenapa bertengkar t

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   139. Extra Part 28

    “Om!” Alice melepas pelukannya di leher Gala. Ia berbalik, menatap Arka yang berjalan mendekat dengan ekspresi yang begitu menakutkan.“Siapa yang ngizinin kamu bawa cowok masuk kamar?” Arka menatap dengan tajam. Tangannya terkepal, ingin sekali ia menghajar lelaki yang ada di hadapannya. “Kamu ini masih kecil, sekolah yang benar.” Lelaki itu menoyor kepala Alice dengan kasar.“Siapa yang ngizinin kamu noyor kepala Alice?” Airin muncul dari belakang.“Kamu masuk dulu, ya. Maaf kalau kamu jadi tidak nyaman di sini.” Alice merasa tidak enak hati.Gala tersenyum tipis, mengangguk kecil dan bergegas masuk kamar. Pintu kamar tertutup dengan rapat.“Ma, Om Arka, tolong jangan buat keributan. Tidak enak sama Gala, dia itu tamu. Harusnya dibuatnya nyaman.” Alice berucap dengan memelas.“Jadi dia yang namanya Gala? Kenapa main peluk-pelukan? Kamu mau berhenti sekolah, terus nikah? Kamu itu masih kecil, sudah dibilang berulang kali jangan main pacar-pacaran. Umur kamu itu masih piyik, sampai ba

  • Mengandung Bayi Mantan Mertua   138. Extra Part 27

    [Papa dipindahtugaskan ke Jakarta. Aku disuruh ke sana duluan, soalnya dia mau ngurus berkas. Aku disuruh nyari kontrakan dekat kantor yang baru.][Ini alamatnya. Kamu tahu.][Besok aku bakal ke sana, kamu bisa jemput aku ke bandara? Aku pengen kamu jadi orang pertama yang aku temui di kota itu.][Aku tunggu jam tiga ya, pesawat bakalan mendarat sekitar jam tiga.]Alice tersenyum membaca pesan beruntun yang ia terima dari Gala. Tidak menyangka jika LDR yang mereka jalani selama sepuluh tahun, akhirnya akan segera berakhir dengan sebuah pertemuan. Entah setinggi apa lelaki itu sekarang. Ia tidak sabar ingin segera bertemu, sebab perasaan rindu yang telah menggebu-gebu.[Kamu berani ke Jakarta sendirian? Aku pasti bakalan jemput kamu. Aku mau tahu, kamu bakalan langsung ngenalin aku atau tidak.][Tentu saja. Aku memajang fotomu di mana-mana.] Gala mengirim balasan yang disertai dengan beberapa foto.[Aku beruntung bisa dicintai sama kamu.][Aku yang lebih beruntung karena kamu mau mener

DMCA.com Protection Status