Semua Bab Mengandung Bayi Mantan Mertua: Bab 61 - Bab 70

148 Bab

62. Kekecewaan Arie

“Airin!” Leonel mengetuk pintu kamar dengan cukup kuat. Namun, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam sana.“Sayang!” Leonel kembali memanggil dan mengetuk. Kini panggilan telah berubah menjadi gedoran.“Ai—” Pintu terbuka ketika Leonel memutar gagang. Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. “Sayang!” Leonel Kembali memanggil seraya mengecek kamar mandi. Namun, kamar itu benar-benar kosong. Tidak ada Airin ataupun Belvina sama sekali.Leonel mengerutkan kening. Ini sudah jam sepuluh malam, tidak mungkin Airin masih belum pulang bersama Belvina. Ia mulai khawatir, takut telah terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu.“Ada?” Livy menghampiri setelah ia mengecek keberadaan Belvina di kamarnya. Barangkali Airin sudah mengantarnya pulang.Leonel menggeleng dengan lemah. Wajahnya tampak pucat ketika memikirkan hal-hal buruk yang kemungkinan telah menimpa Airin. Teringat akan kejadian di masa lalu, ketika ia meninggalkan wanita itu sendirian di jalanan yang gelap nan sepi. Ia takut kejadia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-21
Baca selengkapnya

63. Kau Pernah Hamil?

Cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden membuat Airin terbangun dari tidurnya. Ia menggeliat sejenak, lalu bangkit untuk duduk. Belvina tampak tengah bermain sendirian di tengah ranjang, duduk dengan tenang di sana seraya memasukkan selimut ke mulutnya. Menggigit-gigit selimut itu karena gusinya yang gatal.Airin tersenyum menatap Belvina. Merasa hidupnya damai ketika ia mendapati anak itu di saat terbangun dari tidurnya.“Kamu sudah bangun, ya, Sayang? Pasti lapar, ya?” Airin meraih Belvina, lalu memangkunya.Penunjuk waktu sudah berada di angka delapan. Ia sangat telat bangun pagi ini, sebab susah tidur tadi malam. Ada banyak hal yang membuatnya berpikir keras. Ada banyak suara yang terdengar di otaknya. Kebisingan itu membuatnya tidak bisa tidur sama sekali.Airin mengecup Belvina berulang kali. Popok anak itu telah penuh. Ia ingin memandikannya, tapi tidak ada pakaian ganti milik mereka. Sebab, Airin memang pergi tanpa membawa apa-apa.“Maafin mama ya, kamu jadi susah kaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

64. Bertetanggaan Dengan Zayyan

Airin terdiam sejenak. Ia tatap Belvina yang kini tengah memainkan dadanya, seakan anak itu meminta untuk disusui karena merasa lapar pagi ini.“Awalnya aku hanya ingin membuat jarak antara Belvina dan Livy. Aku ingin memisahkan mereka agar Livy tahu seperti apa sakitnya ketika orang yang kita sayangi direbut dengan paksa. Tapi … semakin aku menghabiskan banyak waktu bersama Belvina, semakin aku merasa begitu menyayanginya.” Airin menjawab dengan lemah.Kini Robin mengerti mengapa Belvina tidak rewel setelah mereka berada di sini. Belvina tidak merindukan ibunya sama sekali karena posisi Livy telah digantikan oleh Airin.“Apa pun alasanmu, itu tetap salah, Airin. Jangan karena orang lain bersikap jahat padamu, kau ikut bersikap jahat seperti orang lain. Meskipun kau menyayangi Belvina, itu tidak bisa membenarkan perbuatanmu. Belvina tetap butuh ibunya.” Robin berusaha memberi pengertian.Airin tidak suka jika Robin tetap saja membela Livy. Semuanya tahu seperti apa sikap wanita itu. M
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

65. Sebuah Petunjuk

Arie tidak bisa tenang sama sekali. Meski mulutnya berkata bahwa ia tidak ingin lagi peduli pada putrinya, nyatanya ia tetap saja gelisah dan khawatir. Tidak ada yang tahu ke mana Airin pergi membawa Belvina. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa Airin baik-baik saja saat ini.Lelaki itu tidak bisa konsentrasi dalam bekerja. Berulang kali terdengar decakan dan helaan napas kasar yang berasal darinya.Arie bangkit berdiri, beranjak pergi menuju bank untuk mengecek riwayat transaksi sang putri. Barangkali Airin menggunakan ATM-nya di tempatnya berada kini.Namun, petugas itu mengatakan jika transaksi terakhir dilakukan kemarin pagi di lokasi yang tidak jauh dari kantor Arie. Lelaki itu semakin dibuat frutsrasi dan depresi. Ia tidak tahu apa ia harus memberi tahu Lenzy mengenai kepergian Airin yang merupakan keinginannya sendiri. Airin hilang bukan karena diculik, melainkan karena ia menculik Belvina.Arie khawatir ini akan menjadi masalah ke depannya. Ia tidak ingin Airin dipenjara jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

66. Kau Pintar Menjaga Diri

“Loh?” Airin menatap dengan bingung ketika membuka pintu dan mendapati Zayyan yang datang membawa dua kantong belanjaan. Ia tidak bisa menutupi rasa bingungnya sama sekali. Merasa familiar dengan lelaki yang tengah tersenyum menatapnya.“Hai.” Zayyan menyapa dengan sangat lembut. Senyumnya semakin mekar menatap betapa cantiknya wanita yang ada di hadapannya meski tanpa polesan make up sama sekali. Tentu saja, biaya perawatan Airin tidak main-main.“Kok kamu ada di sini? Kenapa kamu bisa tahu aku tinggal di sini?” Airin langsung menyuguhkan tanya. Bingung, sebab ia tidak pernah memberitahu Zayyan ke mana ia akan pergi.“Rumahku ada di sebelah. Tadi pagi aku ke sini buat pinjam tangga, kau tidak melihatku?” Zayyan bertanya memastikan.Airin menggeleng dengan pelan.“Mungkin karena kau sedang menangis ketika aku datang ke sini.”“Kau melihatku menangis?”Zayyan mengangguk dengan senyuman. “Pasti berat ya permasalahan hidup yang kau jalani. Kurasa aku lebih tua darimu, tapi kau sudah memi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

67. Aku Menyukaimu

“Seperti biasa, enak.” Robin memberikan pujian ketika mereka tengah menikmati hidangan makan malam.“Kau pernah mencicipi masakan Zayyan sebelum ini?” Airin menatap Robin yang duduk di seberang meja.“Itu kurang sopan, Airin. Om Robin itu mertuamu, mengapa kau hanya memanggilnya dengan sebutan ‘kau’? Itu seperti kau sedang berbicara dengan temanmu.” Zayyan memberikan komentar.“Tidak masalah, tidak perlu diperdebatkan. Aku merasa muda dengan sebutan itu.” Robin membela Airin, tidak ingin Airin dicap sebagai wanita yang tidak punya tata krama.“Aku biasanya masak banyak. Karena aku tinggal sendiri, aku suka membagi-bagi makanan ke tetangga dekat rumah.” Zayyan memberikan jawaban atas pertanyaan Airin tadi.“Mengapa kau melakukan itu? Jika kau tahu kau tidak akan bisa menghabiskannya, lebih baik kau masak sedikit saja. Sesui porsi untuk dirimu sendiri. Bukankah dengan begitu kau akan lebih hemat?”Zayyan tersenyum manis mendengar ucapan Airin. “Sangat memalukan ketika aku harus mengatak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-22
Baca selengkapnya

68. Jatuh dari Ranjang

Robin tertawa mendengar ucapan Airin yang terasa begitu menggelitik hati. Ia mengusap wajah dengan kasar, lalu beranjak pergi begitu saja dengan perasaan yang tidak bisa didefenisikan. Ia tidak percaya dengan ucapan Airin, tapi ia sangat berharap agar kalimat itu menjadi kenyataan, bukan hanya bualan semata.Lelaki berkulit kuning langsat itu merebahkan dirinya di sofa. Kepalanya berbantalkan lengan sofa, ia menatap langit-langit ruangan. Mulai membayangkan akan seperti apa kehidupannya andai Airin benar-benar membalas perasaan cinta yang mendekam dalam dada. Sungguh, rasa ingin memiliki begitu membuncah di hatinya. Namun, ia sadar jika itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Sebab, tidak pantas seorang lelaki menikahi wanita yang pernah menikah dengan putranya.Terdengar langkah kaki yang menuju ruang tengah. Disusul dengan wajah cantik Airin yang muncul di balik pintu pemisah. Wanita itu menatap dengan sorot begitu dalam. Senyumnya begitu mekar. Langkahnya begitu pasti menuju Robin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Baca selengkapnya

69. Kau Jangan Ikut Campur

Airin tidak menanggapi. Wanita itu beranjak keluar rumah, melangkah menuju jalan besar untuk menunggu taksi. Ia ingin membawa Belvina ke rumah sakit.Sebuah mobil melaju dengan pelan, lalu memberi klakson pada Airin. Airin menoleh, mendapati Zayyan dengan pakaian rapi di kursi kemudi.“Kau mau ke mana?”“Ke rumah sakit. Belvina tadi jatuh dari ranjang, ini kepalanya bengkak.” Airin menunjukkan jidat Belvina pada Zayyan.Zayyan menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan. Ia harus ke kampur sekarang. Namun, ia tidak ingin melihat Airin kesulitan seperti itu. Ia belum pernah terlambat ataupun bolos. Mungkin ia bisa minta izin terlambat ngampus hari ini.“Om Robin ke mana? Mengapa dia tidak mengantarmu?” Zayyan bertanya ingin tahu.“Dia marah padaku.” Airin menjawab dengan mimik wajah tidak suka.“Karena Belvina jatuh?” Zayyan memastikan.Airin mengangguk dengan pelan.Terdengar helaan napas kasar yang berasal dari Zayyan. Harusnya Robin tidak memarahi Airin, sebab tidak ada seorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Baca selengkapnya

70. Kehujanan

Arie dan Lenzy tiba di Jogja menjelang siang. Setelah perdebatan cukup panjang dan penjelasan yang begitu meyakinkan, Lenzy memilih ikut untuk memastikan bahwa ucapan suaminya memang benar. Ini hari ketiga semenjak Airin hilang kabar.Tidak ada tujuan sama sekali ke mana mereka akan pergi. Namun, yang pasti mereka akan mengelilingi kota Jogja seraya membawa foto Airin untuk ditanyai ke siapa saja. Mereka memulainya dari pusat kota, bertanya pada setiap orang yang mereka jumpai di sana. Menyeret koper seraya menunjukkan foto-foto Airin.Tidak ada satu pun jawaban yang memuaskan. Setiap orang yang ditanya, selalu menjawab bahwa mereka tidak tahu di mana Airin berada. Tidak ada seorang pun yang pernah berjumpa dengannya. Sebab, semenjak tiba di Jogja, Airin memang belum pernah ke mana-mana. Ia hanya ke rumah sakit kemarin, itu pun dengan pengawasan Robin.“Lapor polisi Jogja saja, Pi. Biar pencariannya lebih mudah.” Lenzy menyarankan.Arie tampaknya enggan untuk menyetujui saran sang ist
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Baca selengkapnya

71. Mengembalikan Belvina

Dari dalam kamar, terdengar suara Airin yang tengah mengigau. Wanita itu baru saja terlelap setelah makan dan minum obat. Setelah masuk ke alam mimpi, mulutnya mulai meracau tidak jelas. Ia mengigau karena badannya yang terlampau panas.Sementara Belvina mulai menangis, anak itu ingin digendong dan tertidur dalam dekapan ibunya. Badannya juga panas. Meski tidak sepanas Airin, untuk ukuran seorang bayi itu terlalu panas.Robin jadi bingung sendiri. Ia tidak tahu harus merawat yang mana dulu, sebab keduanya butuh perawatan ekstra.“Papi ….” Airin memanggil ayahnya dalam mimpi. Biasanya, ia tidur dalam dekapan Arie jika ia tengah sakit begini. Pelukan lelaki itu mempu menenangkan hatinya, membuatnya merasa sangat nyaman dan aman.“Papi ….” Airin terus memanggil dengan lemah. Kedua matanya masih tertutup dengan sangat rapat. Tampaknya demamnya semakin parah setelah minum obat. Tangis Belvina bahkan tidak mampu membangunkannya.Robin menghela napas dengan dalam. Ia raih Belvina untuk ia ge
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status