All Chapters of ADA SUARA PAPA DI KAMAR EMBAK, MA.: Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

Bab 61

Berikutnya, bergegas Risa melangkah menuju ke arah dapur. Mengambil satu baskom air hangat dan juga kainnya. Singkat cerita, wajah yang dipenuhi oleh memar-memar telah diobati oleh Risa. Sakit yang dirasakan oleh Arjuna pun mulai berkurang. "Apa sih yang terjadi sebenarnya?" tanya Bu Susan yang sebenarnya bertanya-tanya. "Tadi Rahma nyuruh orang buat narik mobil Mas Arjuna, Bu. Karena Mas Arjuna ingin mempertahankan, mereka hajar Mas Arjuna tanpa ampun." Kali ini Risa lah yang menjawabnya, sebab bibir Arjuna yang masih terasa nyeri jika terbuka. Jangankan berucap, sekedar membukanya untuk mengucapkan satu kata saja terasa begitu nyeri. "Kok bisa?" "Iya, Bu. Soalnya Mas Arjuna menandatangani surat perjanjian soal kepemilikan aset jika adanya perpisahan.""Benar itu?" tanya Bu Susan sembari menatap sang putra, dan Arjuna pun memberikan jawaban dengan anggukan kepala. Jawaban Risa membuat Bu Susan menghembuskan napas kasar. Setelahnya, decakan kesal terdengar dari bibir wanita paru
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

Bab 62

Sinar matahari menerobos masuk melalui ventilasi udara. Wanita yang tengah mengandung dua bulan itu sedang bersiap-siap untuk pergi ke toko perhiasan. Bukan untuk membeli, namun menjual. "Mau kemana kamu? Suami lagi kerja malah kelayapan?" Suara Bu Susan tiba-tiba menyambut Risa yang baru saja keluar dari kamar. Wanita paruh baya itu memindai penampilan Risa dari ujung atas hingga bawah, setelahnya, bibir Bu Susan mencebik. "Kamu mau keluar jari pela cur? Keluar dengan penampilan kayak gitu? Celana sepaha, kaos ketat berkerah rendah pula," hardik Bu Susan, dan lagi-lagi membuat batin Risa terasa sakit. "Ganti baju sana. Setidaknya, jangan pakai baju yang terlalu terbuka!" "I–iya, Bu." Risa kembali masuk. Setelahnya, ia langsung menutup pintu kamar dengan tak lupa menguncinya. "Sialan! Pengen kuracuni saja itu mulut nenek tua!" gerutu Risa sembari melangkah menuju ke arah lemari lalu mengambil baju ganti. Dan akhirnya, pilihan Risa terjatuh pada celana levis hitam berukuran pan
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

Bab 63

Sudah tiga toko emas Risa kunjungi, dan semuanya mengatakan jika emas yang akan dijual oleh Risa adalah barang palsu. Bahkan, ada salah satu toko yang tak segan-segan mengancam Risa akan melaporkannya ke polisi karena melakukan tindakan penipuan. Cuaca yang terasa begitu panas semakin membuat emosinya memuncak. Oleh sebab itu, saat ini ia memilih untuk bersinggah di salah satu warung bakso yang ada di deretan toko emas tersebut. Sembari menunggu pesanannya datang, Risa bergegas mengambil ponsel yang ia simpan di dalam tas sandang. Kemudian ia mengutak-atik layar datar itu. Dibukanya aplikasi WhatsApp lalu ia mencari nomor kontak milik sang suami. "Halo, Mas, kamu dimana?" tanya Risa begitu panggilan diangkat oleh Arjuna setelah dering ketiga. "Lagi kemas-kemas meja kerja.""Kamu udah mengundurkan diri?" tanya Risa. "Sudah, dan langsung di-acc. Soalnya sudah ada penggantinya juga," terang Arjuna. "Oh ya, ada apa, Sayang?" imbuh Arjuna setelah sejenak ia diam. "Eh, Mas, perhiasan
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 64

"Atau jangan-jangan ....""Rahma!" ucap mereka dengan serempak. "Ya, nggak salah lagi, Mas. Pasti dia yang nukar perhiasan ini! Memang benar-benar licik perempuan itu! Kelihatannya diam, ternyata dia bergerak menyerang," geram Risa. Arjuna yang memiliki pemikiran yang sama pun hanya mampu menghembuskan napas kasar. Tak ada yang ia bisa perbuatan selain diam. Tanda tangan yang ia bubuhkan benar-benar tak bisa membuatnya berkutik. "Ya sudah, kita makan dulu yuk ke kvc. Mas sangat lapar." Pada akhirnya, Risa mengangguk. Setelahnya, keduanya pun melangkah secara beriringan menuju ke restoran cepat saji yang ada di bangunan mall atau tersebut. ****"Mas, kamu yakin kita bisa tinggal di sini sampai kamu terima gaji dan bonus? Kenapa kita nggak ngontrak saja dulu, daripada tinggal di sini hidup terasa tertekan," bisik Risa di telinga sang suami. Khawatir jika sang ibu akan mendengar ucapannya. "Ngontrak juga pakai uang, Sayang. Sedangkan kita nggak ada uang gitu." "Aku punya ide, Mas,
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more

Bab 65

Lima belas menit telah berlalu, dan sepasang suami istri itu masih berada di tempat persembunyiannya. Keduanya, saling melempar tanya melalui sorot mata lalu memberikan jawaban dengan mengedikkan bahu. Hingga tak terasa, 30 menit berlalu. Perlahan, Arjuna mulai bergerak, hendak keluar dari kolong ranjang. Namun, saat baru saja kepala itu menyembul, suara derit ranjang terdengar. Pertanda ada pergerakan dari atas ranjang. Arjuna kembali bergerak mundur, khawatir jika sang ibu tiba-tiba bangun lalu melihatnya bersama Risa tengah bersembunyi. Jarum jam terus berputar. Hingga genap dua jam sudah tidur Bu Susan, dan dua jam pula Arjuna dan Risa masih bertahan di persembunyiannya. Bagaimana tidak, setiap Arjuna dan Risa hendak keluar, tubuh sang ibu bergerak. Membuat keduanya mengurungkan niat untuk keluar dari persembunyian. Tok!Tok!Tok!Sayup-sayup suara ketukan pintu menelusup gendang telinga Bu Susan. Wanita paruh baya itu hanya menggeliat pelan lalu kembali tenang. Bu Susan kemb
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab 66

"Mbak bukannya yang tadi, ya? Yang mau jual perhiasan palsu? Wah, jangan-jangan Mbak mau jual perhiasan palsu lagi ya?" tuduh sang pemilik toko perhiasan yang tadi memang sempat di kunjungi oleh Risa."Dih! Enak saja! Itu sama saja kayak pencemaran nama baik loh, bisa saya tuntut kamu ya! Kalau nggak percaya, cek aja tuh perhiasan. Kalau terbukti palsu, potong saja telinga saya!" sungut Risa. Arjuna yang melihat sang istri sepertinya mulai emosi hanya mampu menenangkan dengan mengelus pundak wanita itu. "Saya kan cuma bertanya, Mbak. Apalagi saya ingat betul tadi Mbak juga pakai baju begini kok." "Udah, ya! Jangan asal nuduh! Kalau mau beli itu, buruan cek! Aku nggak ada waktu buat berdebat sama kamu!" Sang pemilik toko mendesah, kemudian ia mengambil lalu membawa perhiasan yang dijual oleh Risa pada petugas pengecekan. "Asli apa palsu?!" ucap Risa ketus begitu sang pemilik toko membawa kembali perhiasan itu menghadap ke Risa. "Asli, Mbak. Totalnya segini," ucapnya sembari menye
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab 67

"Ini rumahnya, Bro. Daripada nggak ditempatin. Kalau lu nggak cocok, bisa lihat yang lainnya lagi. Ada 5 rumah kosong dan siap untuk di kontrakkan," ucap lelaki bernama Agus. Salah satu teman Arjuna yang ia kenal di tempat kerjanya. Dulu, keduanya sama-sama bekerja di satu perusahaan, hanya saja Agus bertahan 1 tahun dan mengundurkan diri. Namun, meskipun demikian, mereka masih saling berkomunikasi walau hanya sekedar saling sapa di sosial media. "Wih, keren banget. Padahal dulu kehidupan loe nggak beda jauh sama gue, eh sekarang malah loe jauh lebih berhasil. Punya lima investasi rumah pula. Keren! Keren!" puji Arjuna sembari bertepuk tangan. Agus yang mendapatkan pujian pun hanya tersenyum lalu mengangguk. "Alhamdulillah, Bro. Rejeki bagus setelah keluar dari perusahaan yang dulu."Agus, Arjuna dan juga istrinya melanjutkan langkah untuk melihat-lihat isi rumah. Setiap ruangan, tak luput dari mereka. "Berapa, Bro?""Nggak mahal, 4 juta saja per tahun. Loe nyari kontrakan di baw
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab ,68

Alarm di ponsel itu berbunyi, membuat tubuh wanita yang tengah berbaring di atas ranjang itu menggeliat. Cepat, ia mengambil ponsel lalu mematikan bunyi alarm. Setelahnya, ia meletakkan kembali benda pipih itu. Diangkatnya kedua tangan ke atas, berharap mampu merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang terasa begitu kaku. Rahma masih terdiam, berusaha mengumpulkan segenap kesadarannya yang sempat hilang sembari mengerjapkan mata beberapa kali. Rahma menghembuskan napas kasar, setelahnya, ia menoleh ke arah jam yang menggantung di dinding kamar. Dimana jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari. Tak bisa dipungkiri, ingin rasanya Rahma kembali terpejam sebab rasa ngantuk yang masih menyerang. Namun Rahma tau, itu tak mungkin ia lakukan. "Kamu bisa, Rahma. Semua demi masa depan Rendy! Ayo, semangat!" Rahma menyemangati diri sendiri. Gegas ia mengubah posisinya menjadi duduk di tepi ranjang. Sejenak, Rahma terdiam, lalu tak lama kemudian ia bergegas berdiri dan melangkah menuju ke ara
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab 69

"Boleh, Mbak. Sebentar ya, saya bungkuskan." Dengan cekatan, Rahma mengambil kantong kresek kecil lalu memasukkan 2 risoles dan 1 pastel ke dalamnya, lalu memberikannya pada pelanggan pertamanya. "Ini, Mbak. Kalau suka, boleh bilang sama tetangga-tetangga ya, Mbak. Biar pada tau, hehe. Kalau ada yang kurang pas dengan rasanya, Mbak bisa bilang ke saya. Biar saya benahi resepnya." "Iya, Mbak. Ini uangnya." Wanita itu menyerahkan satu lembar uang pecahan sepuluh ribuan, dan bergegas Rahma memberikan satu keping koin seribuan. Setelah pelanggan pertamanya pergi, Rahma kembali duduk dengan senyum yang mengembang. Sungguh, kedatangan pelanggan untuk pertama kalinya benar-benar menciptakan kebahagiaan yang luar biasa untuk Rahma. "Alhamdulillah, Sa, ada yang beli," ucap Rahma sembari mendaratkan kembali bokongnya di tempat semula. "Alhamdulillah, Rahma. Aku juga ikut senang. Mudah-mudahan dagangan kamu laku ya. Hanya satu pesanku, misal hari ini atau beberapa waktu ke depan belum sesu
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more

Bab 70

[Dari yang semula merasa jadi Nyonya yang setiap hari kerjaannya hanya ongkang-ongkang kaki, sekarang harus banting tulang. Ha ha, kasihan sekali hidupmu.]Sebuah pesan yang baru saja masuk membuat dada Rahma terasa bergemuruh. Pesan tersebut dikirim oleh nomor Arjuna. Dan belum sempat Rahma membalasnya, pesan dari nomor yang sama kembali masuk ke ponselnya.[Tiap hari harus duduk di depan penggorengan. Nanti wajahmu jadi berminyak loh.]Di akhir pesan kedua, terdapat emoticon tertawa ngakak berjejer-jejer. [Kalau sudah berminyak, berjerawat dan dekil, pasti tidak ada lagi yang mau denganmu. Sudah janda, buruk rupa pula. Ck!]Pesan ketiga kembali masuk dan langsung dibaca oleh Rahma, membuat gemuruh di dalam dada Rahma semakin terasa membuncah. Bahkan, tanpa disadari olehnya, ekspresi wajahnya pun terlihat merah padam, dan itu tertangkap pada penglihatan Elisa. [Benar-benar memalukan! Lihat saja, apakah kamu akan hidup bahagia setelah lepas denganku? Oh ya, aku tidak ada waktu untuk
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status