Semua Bab ADA SUARA PAPA DI KAMAR EMBAK, MA.: Bab 21 - Bab 30

83 Bab

Bab 21

"Jaga emosimu, Sayang. Jangan seperti ini. Duduklah, kita bisa bicara baik-baik." Rahma melemaskan tubuhnya, hingga akhirnya Arjuna pun turut melepaskan lingkaran tangannya. Lalu, perempuan itu pun memutar tubuh dan ....Bugh!Satu tinjuan dari tangan Rahma kembali menghantam wajah sang suami. Bahkan, kali ini terlihat bercak darah di sudut bibir lelaki itu. Sesekali Arjuna meringis, sebab rasa perih terasa di area wajahnya. "Hajarlah aku jika itu memang bisa meredamkan emosimu, Sayang. Pukullah aku semaumu jika itu bisa membuatmu lega dan kembali percaya sama aku.""Oh, ya? Kamu lebih rela aku hajar? Begitu?""Ya. Lebih baik aku mati di tanganmu saat ini juga daripada kamu menuduhku berselingkuh seperti itu."Rahma tersenyum getir. "Oke, baiklah. Berdiri di sana!" Rahma menunjuk ke arah dinding. Seketika saja wajah Arjuna berubah menjadi pucat pasi. "Un–untuk apa?" "Bukankah kamu sendiri yang mengatakan jika kamu rela aku hajar daripada aku berpikir buruk tentangmu? Oh ... atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-27
Baca selengkapnya

Bab 22

"Besok pagi Juragan Jupri akan melamarmu, tidak ada kata penolakan!" Suara Sang Bapak terdengar begitu tegas. Sedikit pun tak memikirkan bagaimana perasaan sang anak. Risa yang sedang memindahkan sepiring nasi, sayur dan lauk seketika terhenti. Perut yang sedari tadi terasa lapar, kini hilang sudah. Tak ada lagi selera makan. Risa meletakkan sendok sayur dengan kasar, lalu ia menoleh ke arah sang bapak yang tengah duduk di kursi yang sedang lahap menyantap menu sarapan paginya."Bapak ini gila apa gimana sih kok bisa-bisanya menjodohkan Risa dengan lelaki tua, beristri empat pula!" Risa berucap dengan bersungut-sungut. Dan ucapan perempuan itu membuat emosi sang bapak seketika meluap. Namun, sang bapak berusaha mengendalikan perasaannya. Ia berusaha bersikap lembut, barangkali dengan cara seperti itu berhasil membuat sang anak luluh lalu menerima keputusannya. Dihelanya napas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan. "Kebahagiaan itu yang terpenting uang, uang dan uang, Ris. Ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-27
Baca selengkapnya

Bab 23

Setelah selesai berucap, Risa pun melangkah pergi. Wanita itu berjalan dengan lesu menuju kamar. Brak!Risa menutup pintu dengan membantingnya. Hingga ciptakan suara dentuman yang memekakkan gendang telinga akibat beradunya daun pintu dengan dinding kamar. Sejenak ia menyandarkan tubuh di pintu kamar, berusaha meredam emosi dan kekecewaan yang melebur secara bersamaan. Ada yang terasa nyeri di dalam sana. Dihelanya napas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan.Wanita itu pun bergegas mengemasi pakaian yang ia bawa. Setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, ia bergegas melangkah keluar kamar. Wanita muda itu pun berjalan menuju meja makan. Begitu sampai, ia melihat sang ibu yang tengah terduduk sembari memijit pelipisnya. Pecahan piring dan butiran-butiran nasi masih berserakan di tempatnya semula. Risa melangkah lebih dekat lagi ke arah sang ibu. "Ibu tidak memberitahukan kepergianku pada bapak kan?" Mendengar suara sang anak, lantas membuat kepala sang ibu terangk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-27
Baca selengkapnya

Bab 24

Arjuna pun beranjak dari tempat duduknya, lalu ia pun berucap dengan nada yang keras. "Aku sudah katakan, aku lelaki beristri. Jadi, jangan berharap aku akan menikahimu! Selamanya ... Rahma akan menjadi satu-satunya di hidupku." Seketika saja semua mata tertuju ke arah sumber suara. Lalu, tak menunggu lama pandangan mereka beralih ke arah Sisil yang menatap ke sekeliling. Sebagian orang menyorot Sisil dengan pandangan mencemooh dan menjatuhkan. Bahkan, ada beberapa pengunjung yang tersenyum sinis ke arah Sisil. Wajar saja bukan, sebab kata-kata yang keluar dari bibir Arjuna itu menggema dan terdengar begitu jelas di telinga mereka."Kamu berniat mempermalukan aku?" tanya SisiliaArjuna mencebik. Tanpa memberikan respon, lelaki itu pun melangkah pergi meninggalkan Sisil yang sedang diselimuti oleh rasa malu. "Aku lelah ...," lirih wanita berusia 35 tahun itu. "Setelah ini lihat saja, Mas. Meskipun pada akhirnya aku akan menanggung konsekwensinya, tapi setidaknya aku akan melihatmu hi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-27
Baca selengkapnya

Bab 25

Rahma terdiam, ia berpikir bagaimana cara agar bisa masuk ke dalam kamar tersebut. Dan tak menunggu lama tiba-tiba saja ia teringat soal pintu berbentuk bundar yang ukurannya tak begitu besar ada di dinding kamar yang tembus dengan bagian belakang. Bergegas wanita itu melangkah keluar lalu menuju sisi samping rumah. Perempuan itu tampak menelusuri setiap inchi dinding. Mencari dimana keberadaan pintu tersebut. "Dimana pintu itu," lirih Rahma saat ia tak kunjung menemukannya. Tangannya tak berhenti meraba-raba dinding.Rahma berjalan kesana kemari, namun ia tak kunjung menemukannya juga. "Tapi aku yakin, pasti ada akses buat Mas Arjuna keluar masuk kamar Risa. Cctv tidak mungkin salah." Ia pun akhirnya berusaha mengingat-ingat dimana letak lemari Sang Art berdiri. Ia merasa setiap dinding, berharap menemukan sesuatu yang beda pada dinding tersebut. Rahma berjongkok saat ia melihat ada sesuatu yang tertangkap di kedua bola matanya."Apa ini?" lirih Rahma menatap sebuah benang yang u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-27
Baca selengkapnya

Bab 26

Jarum jam di dinding menunjukkan pukul empat sore, waktu dimana Arjuna akan mengakhiri pekerjaannya hari ini. Lelaki berperawakan tampan itu gegas merapikan meja kerjanya–menumpuk kertas yang sedari tadi berserakan–dan mematikan lalu menutup laptop yang sedari tadi menyala di hadapannya. Arjuna menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi setelah mengambil ponsel yang sejak tadi tergeletak di atas meja kerja. Jemarinya menekan menu buka pada pesan yang dikirim oleh Risa. [Sayang, kalau kesini bawakan makanan ya. Aku lupa tidak membelinya, sedangkan perut terasa begitu lapar.] Di akhir kalimat, Risa membubuhi emotikon dengan wajah yang berderai air mata. Gegas Arjuna pun mengetikkan pesan balasan.[Baik, Sayang. Aku ke sana sekarang ya, tunggu aku.] Arjuna menyelipkan empat emotikon bergambar cium-cium. Setelah memberikan pesan balasan, lelaki itu memasukkan ponsel ke dalam tasnya lalu ia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari ruangan kerjanya. Arjuna melang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-29
Baca selengkapnya

Bab 27

"Sayang, enakan gini ajalah. Aku nggak usah balik ya. Aku tinggal di sini saja. Kalau pun kemahalan, ya cari perumahan yang minimalis. Gimana?" tanya Risa yang berbaring di atas ranjang dengan lengan Arjuna ia gunakan sebagai bantalnya. Jemari lentiknya menari-nari di atas dada sang kekasih. Risa mendongak, menatap penuh permohonan pada sang kekasih. Ia berharap, jika Arjuna akan menyanggupi permintaannya. Tak bisa dipungkiri, ia sudah merasa lelah karena setiap hari harus menjadi pembantu di rumah kekasihnya sendiri. Andai rasa cinta itu tak benar-benar besar dan ada, tak mungkin Risa mau berada di posisi itu. "Kalau cari perumahan setidaknya harus ada uang mukanya. 50 juta loh. Sabar ya, ini Mas lagi usaha agar proyek bersama tim berhasil." Risa mendengkus kesal. "Kalau kamu ngontrak, kita nggak bisa ketemu setiap waktu. Bukankah kamu menginginkan setiap hari berjumpa walau hanya sekedar menatap saja?" Risa bangkit dari baringnya. Lantas ia pun mendudukkan tubuhnya dengan tubuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Bab 28

Tak bisa dipungkiri, mendengar ucapan sang istri membuat dada Arjuna terasa berdebar-debar. "Siapa, Sayang? Astaga! Kamu jangan keluar, tetaplah di dalam kamar. Jangan lupa kunci pintu kamar ya. Sekarang Mas langsung pulang." "Iya, Mas. Cepat pulang, aku takut. Apalagi ada bayi. Gimana kalau–""Jangan bicara yang macam-macam. Mas pulang segera, kalau perlu telfon dulu security komplek, biar mereka cek.""Iya, Mas."Panggilan pun diakhiri. Arjuna meletakkan ponsel dengan asal lalu ia pun mulai melajukan kendaraan roda empatnya keluar dari area parkir dan lelaki itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. ****Arjuna menghentikan kendaraannya dengan asal. Ia tak memasukkan ke dalam garasi, namun ia berhenti di teras tepat di depan pintu rumah. Ia bergerak keluar dari mobil lalu tergesa-gesa lelaki itu melangkah. Tok!Tok!Arjuna mengetuk pintu beberapa kali dengan kepala yang celingukan–menatap ke segala penjuru untuk mencari seseorang yang katanya sedari tadi mengganggu sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Bab 29

"Kamu ini aneh banget sih, Mas, tiap bahas soal Risa selalu tingkahnya begitu," ucap Rahma dengan santai sembari melirik ke arah sang suami yang mengusap area bibir yang terkena air. "Begitu gimana? Mas hanya bingung apa yang Mas katakan pada Risa kalau sampai harus dipecat. Bagaimana Mas harus menghadapi keluarganya? Mas kan nggak enak, Sayang," ucap Arjuna setelah berhasil menguasai diri. Ia menatap ke arah sang istri yang tengah menatap fokus ke arah layar ponsel. "Ngapain kamu bingung? Katakan saja kalau sudah tidak cocok, toh kamu nggak pernah pulang kampung kan, jadi gimana kamu mau ketemu dengan keluarga Risa? Ya kan?," ucap Rahma dengan begitu entengnya, membuat Arjuna menggaruk kepalanya yang terasa tak gatal, sebab ia tak tau lagi harus menjawab ucapan sang istri harus bagaimana lagi. Pasalnya setiap kata yang keluar adalah benar."Ya sudah, coba saja hubungi Risa. Siapa tau besok bisa balik." Rahma mengangguk. Setelahnya ia membuka aplikasi WhatsApp lalu mencari nomor sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya

Bab 30

Tring!Ponsel Risa berdering satu kali. Pertanda ada pesan berupa inbox di salah satu sosial medianya. Mona yang sedari tadi menggulir layar ponsel untuk menjelajahi sosial media berwarna biru langsung membuka pesan tersebut. [Halo.]Hanya berupa pesan sapaan yang masuk di akun Risa. [Hai, siapa ya?] tanya Risa dengan singkat.[Lupa ya sama aku. Aku Redo, dulu kita satu kelas waktu duduk di kelas 3 SMA.]Risa membaca setiap kata, lalu ingatan wanita itu terlempar pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Ia berusaha mengingat-ingat sosok lelaki yang baru saja memperkenalkan diri sebagai Redo–temannya sewaktu SMA. [Lupa, ya?]Satu pesan kembali masuk saat Risa tak kunjung memberikan pesan balasan. [Maaf, aku lupa.] Tak berselang lama, sebuah foto masuk ke akun Risa. Sebuah foto yang menunjukkan seorang lelaki yang tengah mengenakan seragam putih abu-abu sembari membawa tas ransel. Seorang lelaki berambut keriting dengan tahi lalat kecil yang bertengger di bawah mata sebelah kiri.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status