All Chapters of ADA SUARA PAPA DI KAMAR EMBAK, MA.: Chapter 11 - Chapter 20

83 Chapters

Bab 11

"Apa?" tanya Elisa dengan cepat. Ia penasaran dengan ide yang terbersit di dalam otak Rahma."Kasih aja minuman pencuci perut. Nah, nanti kan si Arjuna pasti terus-terusan mengalami sakit perut tuh. Nah, di saat dia ingin ke toilet, mintalah tanda-tangannya."Rahma terdiam sesaat, hingga tak butuh waktu lama untuk bibir itu tersenyum sembari menatap ke arah Elisa. "Idemu bagus juga. Sumpah, aku nggak kepikiran sama sekali loh," ucap Rahma dengan begitu antusias. Elisa pun tersenyum mendengar sahabatnya kembali menerima masukan darinya. "Kamu setuju?" Rahma mengangguk cepat dan mantap. "Yaudah, kalau begitu sekalian aja kita mampir ke toko obat buat beli itu. Nggak mungkin dong kamu bakalan nyuruh pembantu bahenolmu untuk belikan obat sakit perut?" "Ha ha ha, ya enggak lah. Kita berhenti saja sekalian. Di depan sana kayaknya ada toko obat di seberang jalan." Elisa mengangguk-angguk, hingga beberapa menit kemudian, kendaraan roda empat itu mulai menepi dan berhenti di tepi jalan.
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 12

"Aku punya niat untuk menggerebek Mas Arjuna saat begituan sama Risa. Kalau mereka janjian di luar, pasti aku geraknya kesusahan. Tau sendiri kan, aku ada bayi. Nggak bisa keluar sesuka hati. Jadi aku akan melakukan cara ini di rumah saja." Sontak saja Elisa menoleh ke arah Rahma. Beberapa pertanyaan muncul di benak wanita itu, namun ia memilih untuk diam terlebih dahulu. Mendengar setiap kata dan kalimat yang keluar dari bibir Rahma."Rencananya, setelah aku mendapatkan tandatangan Mas Arjuna, mengambil alih semua perhiasan milik Risa, aku akan memberikan serbuk obat pe rang sang ini ke minuman keduanya. Kalau mereka tak tahan, pasti melakukannya di rumah." Rahma selanjutnya menceritakan perihal Risa yang memberikannya obat tidur agar bisa leluasa bercinta dengan suaminya. "Aku yakin, dia akan memberikan aku minuman yang ada obat tidurnya itu. Nah, setelah aku tertidur, pasti mereka akan melakukannya di rumah. Kan nggak kuat kalau harus keluar cari hotel."Elisa mengangguk-angguk, mu
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 13

Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kini, Rahma dan juga Arjuna hendak makan bersama. Manda sudah makan lebih dulu."Sepertinya menu spesial ini." "Iya, Mas. Ada gule kambing sama sate kambing." Kedua bola mata Arjuna berbinar."Oh ya? Seketika perut terasa lapar sekali. Makanan kesukaan disajikan oleh orang spesial. Sempurna!" "Iya, Mas. Tadi Risa yang menyajikan." Bibir Johan tak lagi mengeluarkan satu patah kata pun. Bahkan lelaki itu sampai menelan salivanya dengan susah payah, dalam batinnya ia merutuki, bagaimana bisa ia tak tanya dulu siapa yang membelinya.Rahma pun mulai mengisi piring sang suami dengan nasi beserta gule dan beberapa tusuk sate. Bergegas, Arjuna langsung melahapnya. Rahma terus memandangi wajah sang suami tanpa berkedip. Bayangan saat sang suami keluar masuk dari toilet memenuhi angan-angannya, membuat bibir itu tanpa sadar tersenyum tipis. Arjuna menyadari tatapan sang istri, lantas ia menghentikan kunyahannya lalu membalas tatapan sang istri. Ia pun be
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 14

"Ini, Mas," ucap Rahma setelah melihat sang suami keluar dari kamar mandi. "Aduh! Perutku sakit lagi," keluh Arjuna yang baru saja keluar. Baru saja ia menutup pintu kamar mandi, ia kembali membukanya lalu masuk. "Apa aku kebanyakan kasih obatnya ya?" Rahma melangkah mendekat ke arah pintu kamar mandi sembari membawa kertas dan juga bolpoinnya, ia menunggu di depan pintu dengan dada yang berdebar-debar."Ini, Mas, kata Risa, Pak RT sudah menunggu di bawah buat ambil ini," ucap Rahma setelah Arjuna sudah kembali keluar. Rahma menunjukkan kertas itu. Jantung Rahma semakin terasa berdebar-debar kala sang suami mengambil alih kertas berikut juga bolpoinnya. "Aduh! Sakit lagi.""Tandatangani dulu, Mas. Kasihan Pak RT sudah dari tadi menunggu."Rahma mendorong kembali kertas yang diulurkan oleh Arjuna, meminta sang suami agar segera membubuhkan tanda tangan di atas namanya."Aduh." Arjuna memutar, ia ingin kembali masuk ke dalam toilet. Namun, Rahma gegas mencekal lengan sang suami dan
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 15

Wanita itu sadar, ia langsung menarik tangannya dari wajah sang kekasih–lalu ia bergerak mundur. "Ma–maaf, Bu," tergagap Risa berbicara. "Gapapa, sepertinya kamu khawatir sekali ya sama Bapak," ucap Rahma dengan nada setenang mungkin. Lebih tepatnya berusaha untuk bersikap tenang."Ma–maaf sekali lagi, Bu. Bukan bermaksud lancang atau gimana-gimana, soalnya tadi saya lihat Ibu gendong putra Ibu, jadi saya berinisiatif untuk membantu Bapak sendiri." Kali ini Risa masih tak bisa menyembunyikan kegugupannya. Dalam batinnya ia khawatir, bagaimana jika sang majikan akan menyerangnya lalu mempermalukan dirinya seperti yang disebutkannya tempo lalu. "Gapapa, justru saya bangga memiliki art seperti kamu. Lincah, gesit dan gerak cepat. Salut sama kamu, Risa." Risa tak tau harus bersikap bagaimana. Ia bingung dengan maksud sang majikan. Entah ia memberikannya pujian atau malah menghinanya dengan kalimat sindiran.Risa berkali-kali menelan saliva dengan susah payah. Kesepuluh jemarinya saling
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 16

Pagi menyapa, sepasang suami istri itu kini tengah duduk saling berhadapan di meja makan. Jika sang majikan sedang malaksanakan sarapan pagi, berbeda dengan sang ART yang tengah sibuk menyiapkan sayuran yang akan diolah untuk menu makan siang nanti. "Bagaimana keadaanmu, Mas? Apa sudah membaik? Atau perlu kita ke rumah sakit?" tanya Rahma sembari mengoleskan selai ke dalam roti yang ada di piringnya. Sedangkan Arjuna tengah sibuk menyantap menu nasi goreng buatan Risa. "Nggak perlu, aku sudah baik-baik saja. Tapi hari ini aku minta cuti kerja," ucap Arjuna sembari menatap wajah sang istri. "Syukurlah, Mas, kalau begitu. Tau nggak, Mas, gara-gara kejadian kemarin, sampai terbawa mimpi." Rahma berujar dengan nada sungguh-sungguh. Sedangkan Arjuna yang tak paham dengan maksud sang istri menatapnya dengan kening berkerut. Berbeda dengan Risa, kali ini dada wanita itu mulai terasa berdebar-debar. "Kejadian apa?" tanya Arjuna polos. "Soal Risa yang begitu perhatian denganmu." Rahma men
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 17

"Loh, kok kamu yang marah-marah, Sayang? Kan mereka yang mengalami hal seperti itu." Arjuna bersuara. Bibir berkumis tipis itu menampilkan senyum paksa."Lah, gimana nggak ngomel-ngomel kalau ada lakik modelnya begitu?! Harusnya tuh, jadi perempuan yang tangguh. Masa sih dicekokin obat tidur setiap waktu nggak sadar-sadar? Harusnya dia ngerasa aneh dong. Kalau aku yang jadi dia, udah kupotong-potong itu burung perkutut suaminya. Udah kujejali terong busuk tuh si pelakornya. Kesel banget deh rasanya."Arjuna bergidik ngeri, membayangkan jika hal itu dilakukan oleh Rahma padanya. Namun, tak lama kemudian Arjuna bisa menguasai keadaan. Tangan lelaki itu terulur dan menyentuh lengan Rahma, dengan sesekali mengisapnya dengan lembut."Jangan marah-marah gitu, nggak boleh. Mungkin itu memang cobaan buat rumah tangga mereka. Yang terpenting, kehidupan rumah tangga kita baik-baik saja. Ya kan?""Jangan mentang-mentang kamu laki-laki lalu membelanya deh, Mas!"Rahma menghembuskan napas kasar."L
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 18

DretDretSuara ponsel yang ada di atas bantal bergetar. Sang pemilik yang tengah memasukkan baju ke dalam almari pun tergopoh-gopoh melangkah.Diraihnya benda pipih itu.Dan begitu dilihatnya nama sang bapak terpampang sebagai pemanggilnya, ia mendesah, namun pada akhirnya ia mengusap layar datar itu ke atas juga."Halo." Nada suara Risa terdengar begitu ketus."Besok pulang," titah sang bapak."Kenapa Bapak nyuruh Risa pulang? Mau minta duit? Kan kemarin udah dikasih sama Mas Arjuna, Pak. Masa sudah habis?" cetus Risa."Udah, nggak usah banyak tanya. Pokoknya, besok pulang! Nggak ada tapi-tapian!""Nggak! Risa nggak akan pulang. Bapak tunggu sekali pun Risa nggak akan pulang!" ucap Risa."Mau kamu ibumu kub*nuh, ha?!"Sejenak Risa memejamkan kedua kelopak matanya. Selalu saja seperti itu. Jika ia tak menuruti ucapan sang bapak, ia selalu mengancam keselamatan ibundanya.Bagaimana pun juga, Risa begitu menyayangi sosok wanita yang melahirkannya.Mendapati respon sang anak yang hanya t
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Bab 19

"Awal bulan kemarin aku pesan perhiasan ke temennya Elisa, harganya sih 10 juta. Baru saja dia mengabari jika perhiasan itu sudah jadi. Secepatnya dia akan ke sini. Sedangkan aku tidak punya simpanan sama sekali," ucap Rahma memasang wajah sesedih mungkin."Malu aku, Mas, kalau dia kesini tapi nggak bisa bayar. Tolong, Mas, tolong usahakan ...." Rahma terus saja merengek."Banyak banget, Sayang? Kalau mau kasbon kantor nggak boleh lebih dari 50% dari gaji yang diterima."Rahma berdecak kesal, ia singkirkan tangan sang suami yang menyentuh lengannya. "Terus gimana dong, Mas? Malu lah aku, Mas, masa iya suami seorang petinggi perusahaan tapi bayar pesanan saja nggak bisa!" Arjuna mengacak rambutnya dengan kasar. "Yaudah, nanti aku carikan.""Beneran?" "Iya, Sayang. Apa sih yang enggak buat kamu. Bahkan, sekali pun jual ginjalku pun aku rela.""Ah, serius?! Boleh dijual? Kemarin aku lihat iklan di f*, ada yang butuh ginjal dan dia berani bayar 200 juta!" Sepasang netra Rahma berbinar.
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Bab 20

"Apa Mas Arjuna punya kerja sampingan jadi simpanan wanita? Jadi Mas Arjuna jualan teh celupnya?" Rahma sampai dibuat bergidik ngeri, ia merasa jijik jika sampai apa yang ada di kepalanya itu benar adanya. Kali ini ia semakin yakin jika berpisah dengan sang suami adalah pilihan yang sangat tepat. Tampak perempuan itu menghembuskan napas kasar, tak menyangka jika sang suami melakukan hal semenjijikkan itu jika dugaannya memang benar.****Suara deru mesin mobil terdengar memasuki halaman rumah Rahma. Wanita yang tengah menggendong sang buah hati lantas segera meletakkan tubuh mungil itu ke ranjang. Perempuan itu memastikan jika sang bayi telah tertidur lelap. Setelahnya, wanita itu membuka laci–mengambil empat foto mesra sang suami yang telah ia cetak– lalu melangkah keluar kamar. Rahma terus melangkah, ia menuruni anak tangga satu per satu hingga sampailah kaki perempuan menapaki anak tangga terakhir. Wanita itu melangkah sembari menggenggam foto dengan sesekali meremasnya. Sepanjan
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status