Home / Romansa / The Seductive Revenge / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of The Seductive Revenge: Chapter 81 - Chapter 90

154 Chapters

81. The Call

Malam harinya, Dexter mengajak Jelita bersenang-senang ke private night club di Nusa Penida. Karena jarak yang lumayan jika ditempuh dari Nusa Lembongan, maka Dexter kembali menggunakan helikopter menuju ke sana.Jelita terkekeh pelan melihat tempat yang mereka tuju saat ini. Dexter tahu sekali tempat favoritnya! Minuman keras yang berjejer dan suasana yang eksklusif serta penerangan yang syahdu membuat Jelita gembira. Dia sangat menyukai night club atau bar atau semua tempat untuk bersenang-senang yang menyediakan minuman keras."Thanks, Sayang! Kamu tahu aja kalau aku ingin bersenang-senang di club!" bisik Jelita pelan sambil mengecup rahang tegas Dexter, yang dipenuhi titik-titik cambang yang semakin membuatnya terlihat maskulin.Dexter melingkarkan lengannya di pinggang ramping untuk menahan tubuh Jelita yang hendak menjauh. "Hei, kurasa paling tidak aku berhak mendapatkan french kiss for this, right?" ucapnya, dan lelaki
Read more

82. I Am Yours Forever

Dexter terdiam sesaat karena terkejut mendengar hal yang diluar dugaannya. "Apa maksudmu, Mom? Dionne tidak bisa melihat? Tidak mungkin. Terakhir kali aku bertemu dengannya, dia baik-baik saja!"Heaven berdecih. "Terakhir kali bertemu?" tawa pelan namun sumbang keluar dari mulut Heaven. "Kapankah itu tepatnya, Dexter? Apa kemarin? Atau dua hari yang lalu? Atau... ah ya... kalian bertemu satu bulan yang lalu bukan? Waktu aku mengundang kalian untuk makan malam di rumah?" Dexter menghela napas mendengar sindiran yang berkali-kali ditujukan kepadanya, yang menyiratkan bahwa Dexter tidak menemui Dionne bila tidak ada perlunya. Dan itu memang benar sekali."Mom, tolong jangan seperti ini. Kalian tahu bagaimana perasaanku yang sesungguhnya. Aku hanya mencintai Jelita, Mom." Dexter berusaha memberikan pengertian kepada Heaven."Tapi kamu sudah berjanji untuk menikahi Dionne!" sergah Heaven. "Demi Tuhan, Dexter! Dia adalah ibu dari an
Read more

83. Dexter Green's Woman

"Nero? Selidiki semua hal tentang Hardika Corp. terutama soal pajak, aku dengar mereka suka mempermainkan jumlahnya," perintah Dexter melalui telepon. "Kirimkan semua hasil penyelidikanmu besok pagi," tambahnya lagi sebelum mengakhiri sambungan teleponnya.Dengusan geram terlontar keluar dari mulutnya, sembari melemparkan ponsel itu sembarangan ke atas nakas di samping ranjang. Padahal sebelumnya ia menahan diri untuk tidak menghajar dua lelaki itu karena menggoda wanitanya, tapi apa yang sudah mereka perbuat sudah diluar batas!Dexter tidak menyangka Yessa dan Banu berani mendekati Jelita, padahal bartender sudah memperingatkan mereka bahwa wanita itu adalah pasangannya, dan malah memberikan sex drop di dalam minuman Jelita. Brengsek! Dia bahkan tidak menghargai seorang Green. Kali ini Hardika Corp. akan dia hancurkan! Dexter menolehkan kepalanya ke samping ranjang, menatap seraut sosok sempurna yang sedang terlelap dalam mimpi indahn
Read more

84. You Don't Need Those Pills

Mereka akhirnya pulang ke Nusa Lembongan dari Nusa Penida pukul dua dini hari dengan menggunakan helikopter, seperti pada saat datang. Tubuh Jelita benar-benar remuk karena tak tahan dengan siksaan cinta yang bertubi-tubi dari Dexter, sehingga tanpa sadar ia pun keluar dari kamar hotel dan masuk ke dalam helikopter dalam keadaan tertidur di dalam gendongan Dexter. Erga, sang pilot yang menerbangkan helikopter mereka malam ini, hanya bisa tersenyum simpul melihat bosnya membopong seorang wanita cantik yang sedang tertidur pulas seperti Sleeping Beauty.Dengan hati-hati, Dexter mendudukkan Jelita di kursi dan memasangkan seat beltnya, membuat wanita itu pun seketika terbangun. "Kita dimana?" tanya Jelita dengan mata sayu karena masih sangat mengantuk. Dexter tersenyum dan mengecup pelan bibir penuhnya. "Kita mau pulang ke villa, Sayang. Tidurlah. Nanti biar kamu kugendong ke kamar kita." Jelita ingin protes saat Dexter mengata
Read more

85. My WOMAN, Not My MISTRESS!

Jelita dan anak-anaknya turun dari lantai dua sambil bercanda dan tertawa riang. Mereka hendak sarapan bersama di ruang makan di lantai bawah. "Om Dexter!" sapa riang Aireen dan Axel, girang melihat Dexter yang sudah lebih dulu duduk di meja makan. Seraut wajah tampan itu tersenyum sangat manis kepada anak-anaknya, membuat Jelita tidak suka. Apalagi saat Axel dan Aireen berebut untuk duduk di pangkuan lelaki itu, yang akhirnya membuat Dexter sama-sama mendudukkan keduanya di pahanya agar mereka tidak bertengkar."Aireen dipangku sama mama saja sini, kasian Om Dexter jadi berat," ucap Jelita saat melihat Dexter yang kerepotan memangku dua anak."Nggak berat, kok," sanggah Dexter. "Malah kalian ini rasanya terlalu ringan. Jadi mulai sekarang sarapannya harus dihabiskan ya? Makan yang banyak dan nggak boleh ada yang tersisa!" titah Dexter saat koki menghidangkan dua piring penuh berisi telur goreng, sosis jumbo, dan dua tangkup roti bakar
Read more

86. Love Room

Dari mulai bab ini, Dexter akan berubah menjadi monster gaess... kuatkan hati ya***"Apa bedanya diriku dengan wanita simpanan? Kamu menyimpanku untuk melampiaskan nafsumu dan menutup keberadaan diriku dari keluargamu. Lalu apa bedanya, Dexter?""Tentu saja berbeda! Bedanya adalah, aku akan mencari segala cara untuk menjadikan kalian bagian dari hidupku, dan diriku sebagai bagian dari kalian!"***"Aku mau pulang sekarang," putus Jelita akhirnya, setelah ia dan Dexter saling beradu tatap beberapa lama. "Dan aku akan menggunakan pesawat komersil biasa, jadi kamu tidak usah repot lagi." Saat Jelita membalikkan badan hendak melangkah menuju kamar, Dexter tiba-tiba mencengkram lengannya dan menghentikan langkahnya. "Apa belum jelas ucapanku tadi? Kalian tidak akan kemana-mana. Dan jika nanti saatnya kalian akan pulang, hanya akan menggunakan private jet milikku bukan pesawat komersil biasa!" tegas Dexter."Kenapa? Apa
Read more

87. Seductive Plan

Berjuta makian dan doa terburuk pun dialamatkan Jelita untuk Dexter Green, dengan harapan paling tidak salah satu dari doa itu akan terwujud. Kalau perlu semuanya, biar tahu rasa si Dexter! Jelita berteriak kesal saat tidak menemukan satu pun baju yang bisa ia kenakan untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Kamar yang memang tidak terlalu luas itu benar-benar tidak memiliki lemari. Hanya ada tempat tidur, sofa besar berwarna merah, tiang striptease dan cermin besar yang menempel di dinding.Sementara baju yang ia kenakan tadi telah habis dirobek oleh makhluk tampan namun sangat mengerikan bernama Dexter Green itu. Jelita menghentakkan kakinya yang dirantai ke ranjang dengan kokoh. Ia bahkan tidak bisa mencapai pintu keluar dengan rantai ini! Seakan sudah diukur dengan begitu cermat, rantai di kakinya itu hanya bisa mencapai kamar mandi dan tiang striptease. Baiklah, kalau begitu terpaksa Jelita
Read more

88. You Make Me Thirsty

Dexter rupanya menggendong Jelita menuruni tangga dan langsung menuju ke arah kolam renang yang berada di taman belakang. Jelita pun bertanya-tanya apakah anak-anaknya sedang berada di sana? Semoga saja.Sebelum mereka sampai di tujuan, dari kejauhan Jelita bisa mendengar celoteh dan tawa riang Axel dan Aireen yang diiringi dengan suara kecipak air. Jantungnya pun kembali berdegup dengan kencang mendengar suara-suara itu. Matanya seketika terasa lembab tanpa bisa ia cegah, ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri kedua buah hatinya yang sedang bermain air bersama Dara pengasuhnya di kolam renang. Jelita benar-benar bersyukur anak-anaknya terlihat sehat dan gembira seperti biasa tanpa kurang suatu apa pun, mengingat bagaimana perilaku makhluk jelmaan iblis yang sedang menggendongnya ini--yang telah mengurung, merantai dan menyetubuhinya dengan paksa. Uh. Seandainya saja Dexter bukan bagian dari keluarga Green, maka Jelita akan mudah untuk menyeretnya ke pengadilan dan mendakwa
Read more

89. Your Body Only

Dexter dan bibirnya yang sangat ahli itu membuat Jelita tak sanggup untuk tidak menjerit. Untung saja ia masih sadar diri dimana posisinya sekarang, yang berada di dalam bangunan kecil tempat membilas tubuh yang hanya berjarak beberapa meter dari kolam renang, dimana kedua anak kembar dan pengasuhnya berada. Mereka pasti bisa mendengar jeritannya.Dengan menaruh satu telapak tangan di atas mulut, Jelita berusaha meredam suara erangan kerasnya. Seluruh tubuh Jelita gemetar menahan hasrat yang berulangkali membanjiri bagian sensitifnya. "Sangat lezat," guman Dexter sambil menyeringai. Ia mengelap mulutnya yang basah dengan punggung tangannya. Euforia luar biasa ia rasakan setelah membuat Jelita berkali-kali mendapatkan pelepasannya."D-Dexter... s-sudah..." Jelita menggelengkan kepala dan mendorong bahu lelaki itu saat melihat gelagat lelaki itu yang sepertinya belum puas menyiksa taman surgawinya. Dexter menepis tangan Jelita yang mendorongnya. "Aku masih haus," gumannya sambil
Read more

90. Sorry

Sesampainya mereka semua di Nusa Lembongan, waktu sudah menunjukkan hampir jam 12 malam. Dexter mengendong Axel ke kamarnya, sementara Aireen digendong oleh Dara. Kedua anak itu benar-benar pulas dalam tidurnya, sampai-sampai tidak terbangun sama sekali sejak mereka turun dari pesawat dan naik ke dalam mobil menuju ke villa.Jelita mengganti baju anak-anaknya dengan piyama dan menyelimuti serta menciumi mereka dengan gemas. Setelahnya ia ke kamar mandi untuk mengganti baju, namun ia terkejut saat bersitatap dengan Dexter yang telah duduk di sofa kamar. Jelita terlalu fokus pada anak-anaknya, sehingga tidak menyadari kalau ternyata Dexter dari tadi berdiam diri menunggunya di sofa."Dexter? Aku kira tadi kamu sudah keluar."Dexter hanya tersenyum, dan kemudian berdiri dari sofa. "DARA!" panggilnya pada pengasuh Axel dan Aireen, tanpa mengalihkan tatapannya dari Jelita. "Bu Jelita akan tidur di kamar lantai atas. Tolong jaga anak-anak dan hubungi aku jika ada apa-apa. MENGERTI?!"Da
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status