Semua Bab The Seductive Revenge: Bab 101 - Bab 110

Jason terpaku menatap sebuah bolpoint hitam menancap di pintu di depannya--yang hanya sedikit lagi akan menggores lehernya. Seketika tubuhnya pun membeku, dengan satu tangannya yang berada di pegangan pintu.Jason membalikkan badannya dan menatap Dexter dengan nyalang, hanya untuk menemukan pria itu yang sedang menyeringai padanya."Maaf, barusan tanganku licin," ucap Dexter sinis, tanpa terbersit sedikit pun penyesalan pada raut wajahnya."Apa Anda berniat untuk membunuhku, Mr. Green?" Desis Jason berang sambil memicingkan mata. Kedua tangannya telah terkepal menahan geram. Berani sekali orang ini melakukan hal itu!Dexter pun mengeluarkan tawa sumbang. "MEMBUNUHMU? Jika aku berniat membunuhmu, maka bolpoint itu tidak akan pernah meleset, Jason. Percayalah," tukasnya dengan senyum tipis. "Di Aussie aku adalah pelempar kunai yang cukup diandalkan dalam klub ninja."**Kunai : sejenis pisau berwarna hitam dengan ujung runcing dan ekor seperti cincin, biasa digunakan sebagai senjata bagi

Saat pelelangan untuk Jelita dimulai, suasananya pun seketika menjadi chaos. Harga awal yang ditawarkan adalah 500 USD, namun seseorang yang mengajukan penawaran selanjutnya malah langsung ke angka 2000 USD, lalu 50.000, 100.000 dan makin terus naik dengan loncatan angka yang begitu signifikan. Bahkan sang MC pun terlihat bingung dengan begitu banyaknya penawaran yang mengajukan harga baru terlalu jauh dari harga sebelumnya, hingga hanya dalam kurun waktu dua menit, harga untuk kencan makan malam dengan Jelita telah menjadi 300.000 dollar!Dexter tidak bisa menerimanya. Ini terlalu berlebihan untuk emosinya yang sudah mau meledak sejak melihat Jelita yang berdiri di atas panggung dan berada di barisan teman kencan yang akan dilelang.Tidak. Tidak seperti ini proposal charity night gala yang dia setujui sebelumnya, karena tidak ada nama Jelita Kanaya di sana!Dexter hanya bisa diam terpaku saat melihat para lelaki yang mengajukan penawaran harga untuk Jelita, mengamati betapa bernafsu

Lagi-lagi Dexter tidak membawa Jelita sesuai dengan tujuan mereka yang seharusnya, yaitu restoran Green Diamond. Pria itu malah membelokkan Jelita menuju ke apartemennya, tempat dimana Dexter pertama kali bercinta dengan Jelita setelah sepuluh tahun yang lalu. Jelita tahu ia tidak bisa menolak, karena pasti lelaki itu akan mengancam akan menyebarkan video meesum Jason dengan wanita yang bernama Sherla itu untuk membuatnya tak berkutik. Itulah sebabnya ia hanya diam dan pasrah saja saat Dexter kembali menggendongnya masuk ke dalam apartemennya."Dexter," Jelita membuka suara saat lelaki itu membawanya ke dalam apartemen dan mendudukkan Jelita di sofa empuk berwarna krem. "Kenapa tempat tinggalmu hanya apartemen, sementara kamu malah berniat memberikanku sebuah Penthouse?" tanya Jelita penasaran. Memang apartemen Dexter ini termasuk besar dan mewah, namun tetap saja sangat jauh bila dibandingkan dengan penthouse itu. Dexter berjongkok di depan Jelita untuk melepaskan stilletto dar

Tidur Jelita yang gelisah dan tidak nyenyak semalaman mendadak terbangun karena suara ponselnya yang tiba-tiba berdering pelan. Ia memang sengaja menyetel nada yang tidak terlalu kencang sebelum tidur, karena tidak ingin mengganggu kedua buah hatinya yang yang masih terlelap. Jelita memicingkan mata melirik jam kecil di atas nakas. Ternyata sekarang jam lima subuh?Ugh, rasanya baru sebentar saja Jelita memejamkan mata! Dengan kepala berdenyut dan mata yang masih mengantuk, Jelita bangun dengan sangat perlahan agar Axel dan Aireen yang berada di ranjang yang sama dengannya tidak terganggu. Saat Jelita hendak meraih ponselnya yang berada di atas meja kerja itu, suara panggilan itu tiba-tiba saja terhenti. Namun tak lama kemudian terdengar nada denting lembut notifikasi pesan yang masuk. [Morning, beautiful][Maaf kalau mengganggu tidurmu][Aku sekarang berada di seberang rumahmu. Bisakah kita bicara?][Please?]Ternyata Jason yang barusan menelepon serta mengirimnya pesan. Tapi s

"What's wrong, princess?" Jason mengamati tubuh Jelita yang tiba-tiba membeku saat hendak membuka pintu mobilnya.Napas wanita itu terdengar tercekat sebelum ia bersuara. "Dexter... ada mobil Dexter di sana!" Serunya tertahan. Mata bening beriris hitam itu membelalak lebar ketakuan. Satu tangannya yang gemetar menunjuk ke arah sebuah mobil hitam agak jauh di belakang mereka.Sejenak Jason pun terdiam dan berpikir. "Sejak kapan dia ada di situ?" Tanya Jason memecah keheningan yang sempat tercipta.Jelita menggelang muram. "Entahlah. Tapi sewaktu aku masuk ke mobilmu, dia belum ada karena aku sempat mengawasi sekitar."Jason mengangguk pelan. Netra biru lautnya mengalihkan tatapan ke arah Jelita yang terlihat takut. Satu tangannya terangkat untuk meraih dagu Jelita. "Hei, jangan cemas. Itu bukanlah Dexter Green. Mungkin hanya ajudannya saja," ucapnya menenangkan Jelita. "Ia pasti ditugaskan untuk mengawasimu. Datangi saja dia dan ajak bicara baik-baik."Jelita mengerutkan dahinya bin