Semua Bab The Seductive Revenge: Bab 21 - Bab 30

154 Bab

21. Engagement Party

Hari Minggu besoknya, ternyata Jelita sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Dexter membereskan barang-barang Jelita dan memasukkan semuanya ke dalam mobil, lalu ia kembali ke dalam kamar untuk membawa Jelita yang masih menggunakan kursi roda.Saat ia mendorong kursi roda Jelita hingga ke pintu depan kamar, tiba-tiba Dexter baru menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dari Jelita."Dimana kalungmu?" tanya Dexter sambil menatap leher Jelita yang polos.Hah? Refleks, Jelita meraba lehernya yang terasa kosong. Kalung rose gold liontin kupu-kupu yang semalam Dexter hadiahkan untuknya tidak ada di sana!"Uhm... apa mungkin ketinggalan di kamar mandi ya?" tanya Jelita bingung sambil menatap Dexter."Oke. Aku cari dulu sebentar ya. Kamu tunggu di sini saja," ucap Dexter sambil memasang rem di kursi roda Jelita, lalu pria itu pun menghilang kembali masuk ke dalam kamar.Jelita mengernyit. Aneh, rasanya tadi ia sama sekali tidak melepaskan kalungnya itu saat mandi. Atau ia yang lupa?"Permis
Baca selengkapnya

22. The Tragedy

Jelita menatap Zikri seakan teman sebangkunya itu sudah gila. "Udah belum halunya? Aku ini sudah bertunangan, Zikri! Dexter bisa memukulmu jika ia sampai tahu hal ini!" tukas gusar Jelita. Zikri tertawa samar. "Tunanganmu itu tidak akan berani melakukannya. Dia tahu siapa aku." Zikri mendengus dan kembali mendekatkan bibirnya, membuat Jelita kesal dan serta merta memalingkan wajah."Lihat saja, besok sekolah akan geger dengan berita ini jika kamu tidak menuruti perintahku!" bisik tajam lelaki itu sebelum ia berjalan santai ke arah meja buffet. Jelita menatap punggung Zikri sambil melontarkan sejuta makian dalam hati. Huh, dia tidak akan berani mengatakannya pada teman-teman di sekolah! 'Awas saja. Akan kuadukan hal ini kepada Dexter!''Tapi ngomong-ngomong, dimana sih Dexter?' Kenapa tunangannya itu mendadak menghilang setelah acara?Tatapan mata Jelita bersirobok pada Kevin, Tania dan Bu Dira yang asik mengobrol sambil menikm
Baca selengkapnya

23. The Chaotic

Zikri bosan sekali dengan acara ini. Tak ada teman seusianya yang bisa diajak ngobrol. Well, kecuali Kevin dan cewek entah siapa itu sih, tapi jujur saja Zikri juga malas bertemu dengan sahabat Jelita yang menyebalkan itu. Haahh, sebaiknya ia pulang saja. Lagipula Jelita entah berada di mana sekarang. Padahal satu-satunya alasan ia bersedia diajak papanya ke sini adalah karena ia ingin bertemu Jelita, tak peduli meski ia sudah bertunangan dengan Dexter laknat itu.Zikri pun langsung pergi begitu saja tanpa pamit dengan papanya ataupun pemilik rumah. Tak ada juga yang akan peduli dengannya. Untung saja tadi dia menolak untuk satu mobil dengan papanya, dan memilih untuk mengendarai mobil sendiri.Di dalam mini cooper-nya, Zikri langsung melepas dasi tuxedo yang serasa mencekik lehernya. Ia menatap Audemars Piguet yang melingkar di pergelangan tangannya. Hmm... masih jam delapan malam. Sekarang ke club mana sebaiknya i
Baca selengkapnya

24. I'll Give You A Hundred Kisses

"Tunggu di mobil ya. Aku mau ambil kuncinya dulu," ucap Zikri kepada Jelita. Ia pun membuka pintu mobilnya lalu keluar. Zikri akhirnya memutuskan untuk membawa Jelita ke villa keluarganya di Bogor yang memang kosong tak ada yang menempati, hanya ada Pak Narwo--penjaga yang tidur di paviliun samping villa sekaligus yang setiap hari membersihkan tempat itu.Biasanya Pak Narwo akan membuka pintu gerbangnya jika ada salah satu keluarga Sutomiharjo yang datang. Namun karena Zikri tidak memberitahu sebelumnya, maka pria paruh baya itu tidak berjaga di pos satpam. Mungkin dia sedang berada di paviliunnya.Zikri menekan bel di tiang pintu gerbang. Setelah dua kali, ia melihat seseorang berjalan tergesa-gesa ke arahnya."Ya ampun, Mas Zikri?!" seru kaget seorang lelaki berusia sekitar enam puluhan yang mengenakan celana panjang hitam dan kaus hijau. "Sebentar Mas, saya bukakan dulu pintunya," ucapnya sambil mengeluarkan serenceng kunci dari saku."Maaf datang malam-malam dan tidak memberitahu
Baca selengkapnya

25. Breathtaking Night

Dexter memukuli setir mobilnya berkali-kali saat lampu lalu lintas berubah merah. "Aaaaarrrghhhh!!! Brengseeeekkkk!!!"Ia berteriak sambil menjambak rambut dengan kedua tangannya sekuat tenaga, berharap rasa sakit yang ia rasakan bisa melebihi rasa sakit di hatinya karena kepergian Jelita.Jelita. Jelita...Nama yang terus terngiang di dalam benaknya, diikuti oleh bayangan sosok perempuan indah nan sempurna yang dengan bodohnya telah ia sia-siakan.Jika saat ini ada pistol di hadapan Dexter, maka sudah pasti akan ia gunakan untuk meledakkan otaknya yang bodoh ini. Dexter menumpukan kepalanya yang pusing di atas setir, mengabaikan bunyi bising klakson mobil di belakangnya yang bersahut-sahutan. Lampu lalin telah berubah menjadi hijau, namun lelaki itu seakan tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar menjalankan mobilnya. Dexter pun masih terdiam saat mendengar suara makian dari mobil-mobil yang melewatinya. Tubuhnya ber
Baca selengkapnya

26. Goodbye is the Saddest Word

Saat ini waktu telah menunjukkan jam 1 dini hari. Dexter baru saja sampai di depan villa milik keluarga Sutomiharjo di daerah Bogor. Menurut Putra, villa tersebut adalah properti milik keluarga Zikri yang posisinya paling dekat dari Jakarta. Jadi besar kemungkinan Zikri membawa Jelita ke tempat itu.Dexter pun keluar dari mobilnya, dan berjalan ke arah pagar tinggi yang ditumbuhi tanaman menjalar dengan bunga kecil yang berwarna kuning.Pagar itu terkunci. Tidak heran juga sih, sekarang memang sudah jauh lewat dari tengah malam. Apalagi suasana di sekitar villa juga sangat sepi. Dexter melihat bel di tiang pagar dan langsung saja memencetnya tanpa ragu. Ia yakin sekali Jelita sedang berada di dalam villa ini. Ia harus bertemu dengan gadis itu, dan membawanya pulang ke Jakarta sekarang juga. Bagaimana pun caranya.***Udara Bogor yang dingin membuat Jelita tiba-tiba bersin dan terbangun. Sambil menggosok-gosok hidungnya, ia pun berusaha memicingkan mata karena merasakan kulit dingin
Baca selengkapnya

27. Take Me To Your Heart

Zikri membawa Jelita ke pantai ancol yang sudah pasti sangat sepi di siang terik seperti ini, terutama karena hari ini bukan weekend.Sebelumnya ia mampir dulu ke toko terdekat untuk membeli topi lebar bundar agar Jelita tidak terlalu kepanasan, dan membeli minuman ringan dingin serta beberapa es krim untuk Jelita.Gadis itu sebenarnya kaget saat mengetahui kalau Zikri mengajaknya ke pantai, yang merupakan salah satu landscape faforit Jelita selain gunung.Meskipun siang ini sangat panas, namun Jelita tak peduli. Dengan riang, ia bermain air sambil berlari-larian. Ia jadi teringat, terakhir kalinya ke pantai adalah saat ia membolos sekolah bersama Kevin. Dan alasan ia bolos karena kesal kepada Zikri yang tiba-tiba saja menciumnya tanpa permisi.Uh. Siapa sangka jika sekarang ia ke pantai justru bersama Zikri!Jelita melirik Zikri yang sedang tidur telentang di atas kain yang dibentangkan di pasir, kaca mata hitam bertengger di h
Baca selengkapnya

28. Best Lawyer In Town

Selesai sarapan, dengan terburu-buru Jelita menggendong anak-anaknya dan mendudukkan mereka di dalam carseat mobil. Hanya tersisa sedikit waktu untuk mengantarkan anak-anaknya ke daycare lalu berangkat ke kantor. Semoga saja tidak macet di perjalanan. Namun sesampainya di daycare, entah kenapa tiba-tiba saja Aireen menangis dan tidak mau berpisah dengan Jelita. Dengan terpaksa wanita itu mengajaknya bermain-main dan bercanda selama lima belas menit, hingga anak perempuannya itu lebih tenang. Fiuuh... untung saja Axel anteng bermain sendiri dan tidak ikut-ikutan rewel seperti adiknya!Dari daycare, Jelita lanjut membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi mengalahkan pembalap yang kesetanan menuju kantor. Ia sudah terlambat! Karyawan baru yang belum ada seminggu bekerja dan sudah berani-beraninya terlambat??!!Oh God. Sudah terbayang punishment yang akan ia terima. Dari yang ringan seperti teguran, sindiran, hingga makian. Huuuh... semoga saja tidak sampai di pilihan yang terakhir.Ses
Baca selengkapnya

29. Alpha Green's Corporate Lawyer

"Miss Kanaya, anda sudah ditunggu Mr. Pierce di dalam ruangannya," ucap Stefi, sekretaris Jason Pierce melalui sambungan telepon. "Okay, Stef. Thanks ya!" Jelita langsung bangkit dari kursi kerjanya untuk berjalan menuju ruang Jason. Sesampainya di sana ia pun mengetuk pintu ruang kerja pimpinan tertinggi di Firma Hukum ini dengan perlahan, dan mendengar sayup suara yang menyuruhnya masuk. Jason duduk di kursi kerjanya yang tinggi dan sedang serius membaca sebuah dokumen tebal. Wajahnya sedikit terangkat ketika melihat Jelita yang masuk ke dalam ruangannya.Jelita langsung ikut duduk di sofa panjang saat melihat lelaki itu berdiri dari kursi kerja untuk duduk di sofa single."Aku sudah menerima e-mail tentang revisi kontrak kerja sama PT Lintas Megah darimu," Jason membuka pembicaraan setelah melihat Jelita duduk tenang di sofa."Lumayan juga untuk lawyer yang biasa menangani konflik rumah tangga," cetusnya lagi dengan senyum yang terpantul dari mata birunya yang memikat.Jelita pun
Baca selengkapnya

30. Jelita's Mental Disorder

Warning : Jelita adalah karakter wanita paling gila, binal, ngaco, dan paling sinting yang pernah aku tulis. Tolong jangan takjub ya, wkwkwk.***"Cheers!!" Jelita terbahak-bahak melihat dua lelaki asing yang ia ajak adu minum mulai terkulai lemas dan menjatuhkan wajahnya dengan keras di atas meja.Kevin yang dari tadi hanya mengawasi Jelita dan kelakuannya yang absdurd serta agak gila itu pun, hanya bisa mendengus kesal. Sahabat perempuannya itu tiba-tiba datang ke bar miliknya dengan wajah kusut dan mendung, berkata bahwa ia ada masalah di kantor barunya dan meminta minuman keras yang Kevin punya untuk mengobati rasa kesalnya.Kebiasaan. Kalau saja Jelita bukanlah sahabatnya selama sebelas tahun pertemanan mereka, mungkin sudah ia usir dan blacklist nama Jelita Kanaya Sutomiharjo dari bar ini untuk selamanya. Dia itu pelanggan yang paling menyusahkan!"Vin! More Hennessy, please!" teriak Jelita sambil melambaikan tangannya kepada Kevin yang menatapnya dengan wajah jutek. Lelaki i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status