Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Chapter 421 - Chapter 430

All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 421 - Chapter 430

459 Chapters

Mesin Dan Lantai Lima Hundun Yaosai.

“Buka pintu gerbang lebar-lebar! Aku akan membawa benda ini ke lantai lima!” Suara Rong Guo terdengar dalam, penuh wibawa, seperti perintah yang tidak bisa dibantah.Para penjaga dan makhluk iblis yang berjaga di depan Benteng Hundun Yaosai langsung bergerak, membuka pintu dengan cepat. Gerakan mereka serentak, seolah sudah dipersiapkan sebelumnya.“Buka pintunya segera! Hunter Guo menginstruksikan!” teriak salah seorang penjaga dengan suara keras.Nama Hunter Guo kini sudah menjadi legenda di Hundun Yaosai. Reputasinya melampaui segala hal.Setiap pemimpin organisasi tunduk di kakinya, mengakui secara diam-diam bahwa Rong Guo adalah penguasa tak terbantahkan di wilayah ini. Sekarang, tidak ada yang berani meragukan otoritasnya.Dengan deritan keras dari roda yang menghantam permukaan batu yang kasar, prajurit-prajurit yang mengawal mesin penghimpun energi melangkah masuk, membawa benda berat itu menuju aula lantai pertama.Suasana menjadi semakin tegang, setiap langkah terasa berat,
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Kota Kaejin Lagi.

Perbedaan antara menyerap energi dari makhluk hidup dan dari hantu penasaran sangat jelas. Pada makhluk hidup, ada lapisan pelindung yang menghalangi energi tersebut.Hal ini menjadikan proses penyerapan energi lebih rumit.Namun, jika energi yang diserap berasal dari kebencian atau energi jahat yang dimiliki oleh hantu penasaran, dan hantu lapr, itu menjadi jauh lebih mudah. Ini berlaku terutama bagi seorang ahli tingkat tinggi seperti Rong Guo.“Di lantai lima Hundun Yaosai, tepatnya di pemakaman kuno ini, terdapat banyak sekali energi gelap yang tersembunyi.”Mengapa tidak aku manfaatkan untuk menyerap energi itu, memurnikannya, dan mengalirkannya ke dalam mesin penghimpun energi ini?” tegas Rong Guo, sambil memandangi mesin besar itu dengan rasa ingin tahu yang mendalam.Itulah teori yang dia ciptakan setelah mengamati mesin penghimpun tersebut.“Jika aku menggunakan energi dari makhluk hidup, prosesnya akan sedikit lebih rumit,” lanjutnya, “Karena ada lapisan pelindung pada tubuh
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Gurun Hadarac Merah Membara – Part I.

Bagi seorang ahli yang telah mencapai puncak Kultivasi seperti Yongheng, perjalanan antar benua bukanlah hal yang memerlukan waktu lama. Perjalanan dari Benua Podura ke Benua Longhai, meskipun menggunakan Kapal Roh terbaik yang ada, biasanya memakan waktu hampir seminggu penuh.Namun, bagi seorang yang telah mencapai tingkat keabadian seperti Rong Guo, jarak yang terlihat begitu jauh bagi orang biasa tak lebih dari sekejap mata.Waktu dan ruang baginya hanyalah konsep semu, tidak lebih penting dari sekadar hembusan angin yang berlalu.Dalam sekejap, hanya dalam waktu setengah hari saja, pantai di tepi Gurun Hadarac sudah tampak di depan matanya.Rong Guo terbang tinggi, jauh di atas awan, di ketinggian yang nyaris tak terlihat oleh siapa pun di bawah sana. Jika ada yang melihatnya, mereka mungkin hanya akan menganggapnya sebagai makhluk spiritual asing—terbang dengan kecepatan yang begitu luar biasa.Setiap hembusan angin mengingatkannya pada batas-batas yang dulu kupikir tak terlampa
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Gurun Hadarac Merah Membara – Part II

Tiba-tiba, suara burung berkoak-koak yang tajam terdengar, memecah kesunyian. Di kejauhan, puluhan burung nasar terbang berputar-putar di udara, tampak seperti membawa isyarat kematian.“Aroma amis darah semakin pekat... Ini bukan pertempuran biasa,” gumam Rong Guo, merasakan ketidaknyamanan yang kian menguat.Lalu, matanya menangkap sesuatu di tengah Gurun Hadarac. Di sana, seorang gadis muda, bersama tiga petarung lainnya, tengah bertahan melawan pasukan tentara yang mengenakan zirah perang.“Suku Miao... kaum Nomaden dari Wilayah Barat? Mereka yang disebut barbar itu?” ekspresinya berubah.Menyusul… “Dan lawan mereka tentara dari Kekaisaran Matahari Emas?” desis Rong Guo dengan amarah yang mulai menggelora.Keempat petarung itu adalah murid-murid dari Sha Tuo, seorang ahli ternama di Benua Longhai, yang berada di peringkat enam dalam dunia persilatan. Kultivasi Sha Tuo ini berada di ranah Kaishi, dan dikenal dihormati di kalangan para datuk.Keempat muridnya—Ye Qing, seorang gadis;
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Pemuda Aneh Dengan Mahluk Ungu.

Pria perwira dari Negeri Matahari Emas itu bernama Temur.Di tengah gejolak debu yang beterbangan di udara, lebih dari seratus tentaranya terhempas terkapar di atas pasir, menciptakan suasana mencekam.Dengan marah, ia memekik, suaranya menggema jauh di antara kekosongan gurun yang luas.“Keluar, kamu pengkhianat! Aku tahu, ada yang bersembunyi dan mengambil keuntungan sambil menghabisi tentara kami diam-diam!”Teriakan Temur, penuh semangat dan kepanikan, hanya disambut oleh kesunyian yang pekat. Tidak ada satu pun suara yang menyahut, menambah kesan tegang di sekelilingnya.Sementara itu, di sudut yang terlupakan, empat pemuda petarung dari Suku Miao saling memandang dengan rasa syukur.“Akhirnya, kita bisa sedikit menghela napas lega setelah sehari semalam bertarung tanpa henti,” bisik Du Ba kepada kawannya, suaranya bergetar lembut.“Benar... Sepertinya ada seorang ahli berkepandaian tinggi yang membantu kita. Kenapa tidak kita duduk dan bersemedi sejenak untuk memulihkan tenaga y
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Kematian Temur.

Melihat kejadian aneh di depannya, Temur, perwira dari Negeri Matahari Emas, merasakan kemarahan yang membara di dalam dadanya.Mahluk kontrak berbentuk iblis itu tampak tenang, tetapi itu justru menambah kesal baginya.“Semua prajurit! Aku perintahkan habisi bocah tengil itu dan mahluk jeleknya! Hancurkan mereka berdua hingga tak tersisa apa-apa!” teriaknya, suaranya menghentak dan menggema di tengah suasana tegang yang menggantung di udara.Sebagai seorang perwira terhormat, keberanian dan martabatnya terasa terhina.Negeri Matahari Emas telah bertahun-tahun menguasai Benua Longhai, dan untuk pertama kalinya, ada yang berani menantang kekuasaan mereka, menunjukkan kepandaian tinggi, bahkan dengan mahluk aneh yang menyertainya.“Dia pasti iblis! Tak pantas dibiarkan hidup!” pekiknya, jari telunjuknya menuding ke arah Rong Guo dan mahluk kecilnya, seolah ingin menghancurkan mereka dengan tatapan saja. "Rasakan akibatnya jika berani melawan kekuatanku!"Di sekelilingnya berdiri sekitar
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Siapa Anda?

Malam telah menjelang, dan cahaya rembulan jatuh lembut di tengah-tengah Gurun Hadarac. Sinarnya yang perak menyelimuti empat sosok murid Sha Tuo dari suku Miao, menciptakan bayangan panjang di pasir yang dingin.Langit malam itu cerah tanpa awan yang menghalangi pandangan, sehingga segala sesuatu terlihat jelas meskipun waktu menunjukkan kentongan pertama, atau pukul 23.00.Sebagai murid tertua dengan kepandaian yang paling hebat, Du Ba membuka matanya terlebih dahulu.Ia merasakan kelembutan malam yang menyentuh kulitnya, memberi sedikit kesejukan di tengah rasa sakit yang masih menggelayuti tubuhnya."Adik Ye Qing, adik Wan Yi, dan Gu Yu, apakah kalian sudah selesai bermeditasi?" tanyanya, suaranya lembut namun tegas.Du Ba merasa kondisinya sedikit membaik. Meskipun meditasi tidak sepenuhnya menyembuhkan luka dalamnya, setidaknya ia merasa cukup kuat untuk berlari dan melanjutkan perjalanan menuju tujuan mereka.Sejurus kemudian, ketiga saudaranya terbangun.Mereka saling bertatap
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Kota Naga Air.

"Namaku Rong Guo," kata sosok itu sambil menggaruk kepala, seolah mengenang masa lalu yang jauh dan penuh kenangan. "Kadang orang menyebutku Imam Kecil. Ada juga yang menyebutku Imam Sesat Kecil. Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendengar nama itu."Du Ba menghela napas lega mendengar pengakuan tersebut."Ah, ternyata Imam Guo..." katanya dengan senyum tipis. Pengetahuannya tentang aliran Tao yang hanya ada di Benua Longhai membuatnya yakin bahwa imam muda ini adalah sekutu, bukan ancaman dari Benua Podura."Imam Guo... Guru Tao Guo?" tanya Ye Qing, ekspresinya penuh tanda tanya. Ia mengulang nama itu beberapa kali, seolah mencoba menggali ingatan yang samar.Nama Guru Tao Guo terdengar akrab, seakan ia pernah mendengar atau mengetahui sesuatu tentangnya.Ye Qing memang yang paling muda di antara semua murid inti Suku Miao. Meskipun ilmu bela dirinya paling rendah, kecerdasannya tidak diragukan. Ia merasa pernah mengenal atau setidaknya mengetahui Rong Guo dalam sosok yang berbeda.
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Perang Di Langit Kota Naga Air – Part I.

Sha Tuo dan Bai Rouxue adalah dua sosok legendaris di dunia persilatan Benua Longhai, keduanya mencapai puncak kultivasi di ranah Kaishi. Sha Tuo menduduki peringkat keenam, sementara Bai Rouxue berada di peringkat ketujuh.Meskipun mereka berasal dari wilayah Barat yang sama, hubungan mereka selalu dipenuhi ketegangan dan persaingan, dua petarung hebat yang saling mengintai dan tidak pernah sepenuhnya percaya satu sama lain.Begitu mendalam persaingan ini, hingga hampir setiap tatapan dan ucapan mereka menjadi senjata yang tersembunyi.Namun, ketika Kekaisaran Matahari Emas melancarkan invasi, semangat patriotisme mengalahkan segala perselisihan.Persaingan mereka terhapus begitu saja, berganti dengan tekad bulat untuk mempertahankan Benua Longhai dari ancaman yang lebih besar.Hari ini, hari ke dua puluh dalam pertahanan mereka, Sha Tuo dan Bai Rouxue berdiri sebagai dua benteng terakhir yang menjaga Kota Naga Air, satu-satunya kota di wilayah Barat yang masih bertahan di bawah bend
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Perang Di Langit Kota Naga Air – Part II.

Keempat Kaishi itu melayang di empat penjuru mata angin, dengan sikap angkuh dan penuh dominasi. Kaishi Hulugu, yang dikenal sebagai kultivator terkuat di antara mereka, menyeringai penuh hina.“Kalian berdua, tua bangka dari Benua Longhai. Mengapa begitu keras kepala? Mengapa tidak menyerah saja dan membiarkan tentara Podura kami masuk, menaklukkan kalian semua? Tidakkah kalian sadar bahwa perjuangan ini sudah sia-sia?”Di samping Hulugu, Kaishi Altai tak kalah sombongnya. Dengan nada mengejek yang semakin menyakitkan, ia berbicara.“Betapa kasihan kalian, mempertahankan benua yang sudah hampir runtuh. Kalian sampai mengirimkan empat murid Suku Miao untuk mencari bantuan yang takkan pernah datang. Hari ini, kalian akan tewas dalam keputusasaan. Betapa ironisnya nasib kalian.”Mendengar ejekan itu, darah Bai Rouxue mendidih. Mata indahnya berkilat tajam, dan dengan suara serak yang penuh amarah, ia membalas, mengarah ke keempat Kaishi yang tampak begitu elegan dan penuh keangkuhan.“K
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
PREV
1
...
414243444546
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status