Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Gurun Hadarac Merah Membara – Part I.

Share

Gurun Hadarac Merah Membara – Part I.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-01-02 16:23:12

Bagi seorang ahli yang telah mencapai puncak Kultivasi seperti Yongheng, perjalanan antar benua bukanlah hal yang memerlukan waktu lama. Perjalanan dari Benua Podura ke Benua Longhai, meskipun menggunakan Kapal Roh terbaik yang ada, biasanya memakan waktu hampir seminggu penuh.

Namun, bagi seorang yang telah mencapai tingkat keabadian seperti Rong Guo, jarak yang terlihat begitu jauh bagi orang biasa tak lebih dari sekejap mata.

Waktu dan ruang baginya hanyalah konsep semu, tidak lebih penting dari sekadar hembusan angin yang berlalu.

Dalam sekejap, hanya dalam waktu setengah hari saja, pantai di tepi Gurun Hadarac sudah tampak di depan matanya.

Rong Guo terbang tinggi, jauh di atas awan, di ketinggian yang nyaris tak terlihat oleh siapa pun di bawah sana. Jika ada yang melihatnya, mereka mungkin hanya akan menganggapnya sebagai makhluk spiritual asing—terbang dengan kecepatan yang begitu luar biasa.

Setiap hembusan angin mengingatkannya pada batas-batas yang dulu kupikir tak terlampa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Warisan Artefak Kuno   Gurun Hadarac Merah Membara – Part I.

    Tiba-tiba, suara burung berkoak-koak yang tajam terdengar, memecah kesunyian. Di kejauhan, puluhan burung nasar terbang berputar-putar di udara, tampak seperti membawa isyarat kematian.“Aroma amis darah semakin pekat... Ini bukan pertempuran biasa,” gumam Rong Guo, merasakan ketidaknyamanan yang kian menguat.Lalu, matanya menangkap sesuatu di tengah Gurun Hadarac. Di sana, seorang gadis muda, bersama tiga petarung lainnya, tengah bertahan melawan pasukan tentara yang mengenakan zirah perang.“Suku Miao... kaum Nomaden dari Wilayah Barat? Mereka yang disebut barbar itu?” ekspresinya berubah.Menyusul… “Dan lawan mereka tentara dari Kekaisaran Matahari Emas?” desis Rong Guo dengan amarah yang mulai menggelora.Keempat petarung itu adalah murid-murid dari Sha Tuo, seorang ahli ternama di Benua Longhai, yang berada di peringkat enam dalam dunia persilatan. Kultivasi Sha Tuo ini berada di ranah Kaishi, dan dikenal dihormati di kalangan para datuk.Keempat muridnya—Ye Qing, seorang gadis;

    Last Updated : 2025-01-02
  • Warisan Artefak Kuno   Pemuda Aneh Dengan Mahluk Ungu.

    Pria perwira dari Negeri Matahari Emas itu bernama Temur.Di tengah gejolak debu yang beterbangan di udara, lebih dari seratus tentaranya terhempas terkapar di atas pasir, menciptakan suasana mencekam.Dengan marah, ia memekik, suaranya menggema jauh di antara kekosongan gurun yang luas.“Keluar, kamu pengkhianat! Aku tahu, ada yang bersembunyi dan mengambil keuntungan sambil menghabisi tentara kami diam-diam!”Teriakan Temur, penuh semangat dan kepanikan, hanya disambut oleh kesunyian yang pekat. Tidak ada satu pun suara yang menyahut, menambah kesan tegang di sekelilingnya.Sementara itu, di sudut yang terlupakan, empat pemuda petarung dari Suku Miao saling memandang dengan rasa syukur.“Akhirnya, kita bisa sedikit menghela napas lega setelah sehari semalam bertarung tanpa henti,” bisik Du Ba kepada kawannya, suaranya bergetar lembut.“Benar... Sepertinya ada seorang ahli berkepandaian tinggi yang membantu kita. Kenapa tidak kita duduk dan bersemedi sejenak untuk memulihkan tenaga y

    Last Updated : 2025-01-03
  • Warisan Artefak Kuno   Kematian Temur.

    Melihat kejadian aneh di depannya, Temur, perwira dari Negeri Matahari Emas, merasakan kemarahan yang membara di dalam dadanya.Mahluk kontrak berbentuk iblis itu tampak tenang, tetapi itu justru menambah kesal baginya.“Semua prajurit! Aku perintahkan habisi bocah tengil itu dan mahluk jeleknya! Hancurkan mereka berdua hingga tak tersisa apa-apa!” teriaknya, suaranya menghentak dan menggema di tengah suasana tegang yang menggantung di udara.Sebagai seorang perwira terhormat, keberanian dan martabatnya terasa terhina.Negeri Matahari Emas telah bertahun-tahun menguasai Benua Longhai, dan untuk pertama kalinya, ada yang berani menantang kekuasaan mereka, menunjukkan kepandaian tinggi, bahkan dengan mahluk aneh yang menyertainya.“Dia pasti iblis! Tak pantas dibiarkan hidup!” pekiknya, jari telunjuknya menuding ke arah Rong Guo dan mahluk kecilnya, seolah ingin menghancurkan mereka dengan tatapan saja. "Rasakan akibatnya jika berani melawan kekuatanku!"Di sekelilingnya berdiri sekitar

    Last Updated : 2025-01-03
  • Warisan Artefak Kuno   Siapa Anda?

    Malam telah menjelang, dan cahaya rembulan jatuh lembut di tengah-tengah Gurun Hadarac. Sinarnya yang perak menyelimuti empat sosok murid Sha Tuo dari suku Miao, menciptakan bayangan panjang di pasir yang dingin.Langit malam itu cerah tanpa awan yang menghalangi pandangan, sehingga segala sesuatu terlihat jelas meskipun waktu menunjukkan kentongan pertama, atau pukul 23.00.Sebagai murid tertua dengan kepandaian yang paling hebat, Du Ba membuka matanya terlebih dahulu.Ia merasakan kelembutan malam yang menyentuh kulitnya, memberi sedikit kesejukan di tengah rasa sakit yang masih menggelayuti tubuhnya."Adik Ye Qing, adik Wan Yi, dan Gu Yu, apakah kalian sudah selesai bermeditasi?" tanyanya, suaranya lembut namun tegas.Du Ba merasa kondisinya sedikit membaik. Meskipun meditasi tidak sepenuhnya menyembuhkan luka dalamnya, setidaknya ia merasa cukup kuat untuk berlari dan melanjutkan perjalanan menuju tujuan mereka.Sejurus kemudian, ketiga saudaranya terbangun.Mereka saling bertatap

    Last Updated : 2025-01-04
  • Warisan Artefak Kuno   Kota Naga Air.

    "Namaku Rong Guo," kata sosok itu sambil menggaruk kepala, seolah mengenang masa lalu yang jauh dan penuh kenangan. "Kadang orang menyebutku Imam Kecil. Ada juga yang menyebutku Imam Sesat Kecil. Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendengar nama itu."Du Ba menghela napas lega mendengar pengakuan tersebut."Ah, ternyata Imam Guo..." katanya dengan senyum tipis. Pengetahuannya tentang aliran Tao yang hanya ada di Benua Longhai membuatnya yakin bahwa imam muda ini adalah sekutu, bukan ancaman dari Benua Podura."Imam Guo... Guru Tao Guo?" tanya Ye Qing, ekspresinya penuh tanda tanya. Ia mengulang nama itu beberapa kali, seolah mencoba menggali ingatan yang samar.Nama Guru Tao Guo terdengar akrab, seakan ia pernah mendengar atau mengetahui sesuatu tentangnya.Ye Qing memang yang paling muda di antara semua murid inti Suku Miao. Meskipun ilmu bela dirinya paling rendah, kecerdasannya tidak diragukan. Ia merasa pernah mengenal atau setidaknya mengetahui Rong Guo dalam sosok yang berbeda.

    Last Updated : 2025-01-04
  • Warisan Artefak Kuno   Tekad Rong Guo.

    "Tebasan Pedang Angin!" seru seorang anak kecil berusia 8 tahun, memberi semangat pada dirinya sendiri di tengah latihan seni pedang. Saat ini, dia berlatih di hutan bambu mini yang terletak di belakang Sekte Wudang. Anak kecil itu bernama Rong Guo. Hutan bambu mini tersebut merupakan bagian dari wilayah Sekte Wudang, salah satu sekte terkuat di Kerajaan Yue Chan. Sejak pagi tadi, Rong Guo telah asyik berlatih teknik pedang yang dikenal sebagai Sembilan Langkah Pedang Angin, teknik dasar yang harus dikuasai oleh semua murid di Sekte Wudang. Namun, kondisi fisik Rong Guo sangat menyedihkan. Sejak kecil, ia tidak pernah memiliki kekuatan dalam tubuhnya. Rong Guo lahir tanpa inti Mutiara, sumber penghimpun energi di pusat tubuh manusia yang dibutuhkan bagi siapa pun yang ingin menekuni jalur kultivasi dan bela diri. Tanpa inti Mutiara, meskipun dia berlatih pedang seribu tahun sekalipun, semua gerakan itu hanya akan terlihat indah, tapi tidak berdaya. Rong Guo bisa dikatakan lahir de

    Last Updated : 2024-02-15
  • Warisan Artefak Kuno   Kekuatan dan Kelemahan.

    Setelah bergulingan selama enam putaran, Yan wei terhenti saat tubuhnya membentur batu. Yan Wei mencoba untuk berdiri.Kepalanya terasa pening, semua di depan mata tampak seolah-olah bayangan saja.Meskipun tidak ada rasa sakit dari tusukan di dadanya, serangan itu meninggalkan bekas yang mengguncangkan. Terlebih lagi, dia merasa sangat malu. Tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa Rong Guo, yang selalu menjadi korban bully, memiliki keterampilan pedang yang cukup untuk menjatuhkannya.Dengan tadanya dua sahabatnya yang selalu setia mengikuti perintahnya, berdiri dan menyaksikan kekalahannya tadi, pikiran Yan Wei dipenuhi kekhawatiran, reputasinya yang akan hancur jika kabar ini tersebar.Dalam amarahnya, Yan Wei mencabut sebilah pedang. Berbeda dengan pedang kayu yang digunakan Rong Guo, pedang ini adalah pedang sungguhan dan tampak berbahaya. Cahaya pedang itu berkilauan tertimpa sinar matahari, ketika Yan Wei menunjuknya ke arah Rong Guo dengan suara gemetar.“Ternyata kamu punya s

    Last Updated : 2024-02-15
  • Warisan Artefak Kuno   Sesuatu Yang Tidak Terduga.

    Pada saat yang genting itu, ketika ujung pedang Yan Wei bersikap seolah-olah akan membelah tubuh Rong Guo menjadi dua, tiba-tiba terdengar sebuah suara keras.KRAK!Dengan kecepatan yang tidak masuk akal, sebuah kerikil terpental dan menghantam pedangnya.“Aduh!” Yan Wei meringis kesakitan.Ketika batu itu menyentuh pedangnya, ia merasakan aliran listrik menyengat tangannya, membuat detak jantungnya tersentak.Pedangnya terlepas dan jatuh berdenting di tanah.Beberapa saat kemudian, Yan Wei mengangkat kepalanya dan mencari siapa yang melakukan itu.“Siapa yang berani menghalangi aku? Keluarlah dan tunjukkan dirimu! Kita akan bertarung sampai selesai!” Suaranya penuh kecongkakan. Yan Wei berani bertindak seenaknya selama ini, karena mengandalkan ayahnya yang adalah wakil pemimpin di Sekte Wudang. Jadi selama ini tidak ada yang berani menantangnya.Suasana menjadi hening, hanya terdengar angin berdesir.Tidak lama kemudian, seorang pria sekitar tiga puluh dua tahun muncul dari balik bat

    Last Updated : 2024-02-16

Latest chapter

  • Warisan Artefak Kuno   Kota Naga Air.

    "Namaku Rong Guo," kata sosok itu sambil menggaruk kepala, seolah mengenang masa lalu yang jauh dan penuh kenangan. "Kadang orang menyebutku Imam Kecil. Ada juga yang menyebutku Imam Sesat Kecil. Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendengar nama itu."Du Ba menghela napas lega mendengar pengakuan tersebut."Ah, ternyata Imam Guo..." katanya dengan senyum tipis. Pengetahuannya tentang aliran Tao yang hanya ada di Benua Longhai membuatnya yakin bahwa imam muda ini adalah sekutu, bukan ancaman dari Benua Podura."Imam Guo... Guru Tao Guo?" tanya Ye Qing, ekspresinya penuh tanda tanya. Ia mengulang nama itu beberapa kali, seolah mencoba menggali ingatan yang samar.Nama Guru Tao Guo terdengar akrab, seakan ia pernah mendengar atau mengetahui sesuatu tentangnya.Ye Qing memang yang paling muda di antara semua murid inti Suku Miao. Meskipun ilmu bela dirinya paling rendah, kecerdasannya tidak diragukan. Ia merasa pernah mengenal atau setidaknya mengetahui Rong Guo dalam sosok yang berbeda.

  • Warisan Artefak Kuno   Siapa Anda?

    Malam telah menjelang, dan cahaya rembulan jatuh lembut di tengah-tengah Gurun Hadarac. Sinarnya yang perak menyelimuti empat sosok murid Sha Tuo dari suku Miao, menciptakan bayangan panjang di pasir yang dingin.Langit malam itu cerah tanpa awan yang menghalangi pandangan, sehingga segala sesuatu terlihat jelas meskipun waktu menunjukkan kentongan pertama, atau pukul 23.00.Sebagai murid tertua dengan kepandaian yang paling hebat, Du Ba membuka matanya terlebih dahulu.Ia merasakan kelembutan malam yang menyentuh kulitnya, memberi sedikit kesejukan di tengah rasa sakit yang masih menggelayuti tubuhnya."Adik Ye Qing, adik Wan Yi, dan Gu Yu, apakah kalian sudah selesai bermeditasi?" tanyanya, suaranya lembut namun tegas.Du Ba merasa kondisinya sedikit membaik. Meskipun meditasi tidak sepenuhnya menyembuhkan luka dalamnya, setidaknya ia merasa cukup kuat untuk berlari dan melanjutkan perjalanan menuju tujuan mereka.Sejurus kemudian, ketiga saudaranya terbangun.Mereka saling bertatap

  • Warisan Artefak Kuno   Kematian Temur.

    Melihat kejadian aneh di depannya, Temur, perwira dari Negeri Matahari Emas, merasakan kemarahan yang membara di dalam dadanya.Mahluk kontrak berbentuk iblis itu tampak tenang, tetapi itu justru menambah kesal baginya.“Semua prajurit! Aku perintahkan habisi bocah tengil itu dan mahluk jeleknya! Hancurkan mereka berdua hingga tak tersisa apa-apa!” teriaknya, suaranya menghentak dan menggema di tengah suasana tegang yang menggantung di udara.Sebagai seorang perwira terhormat, keberanian dan martabatnya terasa terhina.Negeri Matahari Emas telah bertahun-tahun menguasai Benua Longhai, dan untuk pertama kalinya, ada yang berani menantang kekuasaan mereka, menunjukkan kepandaian tinggi, bahkan dengan mahluk aneh yang menyertainya.“Dia pasti iblis! Tak pantas dibiarkan hidup!” pekiknya, jari telunjuknya menuding ke arah Rong Guo dan mahluk kecilnya, seolah ingin menghancurkan mereka dengan tatapan saja. "Rasakan akibatnya jika berani melawan kekuatanku!"Di sekelilingnya berdiri sekitar

  • Warisan Artefak Kuno   Pemuda Aneh Dengan Mahluk Ungu.

    Pria perwira dari Negeri Matahari Emas itu bernama Temur.Di tengah gejolak debu yang beterbangan di udara, lebih dari seratus tentaranya terhempas terkapar di atas pasir, menciptakan suasana mencekam.Dengan marah, ia memekik, suaranya menggema jauh di antara kekosongan gurun yang luas.“Keluar, kamu pengkhianat! Aku tahu, ada yang bersembunyi dan mengambil keuntungan sambil menghabisi tentara kami diam-diam!”Teriakan Temur, penuh semangat dan kepanikan, hanya disambut oleh kesunyian yang pekat. Tidak ada satu pun suara yang menyahut, menambah kesan tegang di sekelilingnya.Sementara itu, di sudut yang terlupakan, empat pemuda petarung dari Suku Miao saling memandang dengan rasa syukur.“Akhirnya, kita bisa sedikit menghela napas lega setelah sehari semalam bertarung tanpa henti,” bisik Du Ba kepada kawannya, suaranya bergetar lembut.“Benar... Sepertinya ada seorang ahli berkepandaian tinggi yang membantu kita. Kenapa tidak kita duduk dan bersemedi sejenak untuk memulihkan tenaga y

  • Warisan Artefak Kuno   Gurun Hadarac Merah Membara – Part I.

    Tiba-tiba, suara burung berkoak-koak yang tajam terdengar, memecah kesunyian. Di kejauhan, puluhan burung nasar terbang berputar-putar di udara, tampak seperti membawa isyarat kematian.“Aroma amis darah semakin pekat... Ini bukan pertempuran biasa,” gumam Rong Guo, merasakan ketidaknyamanan yang kian menguat.Lalu, matanya menangkap sesuatu di tengah Gurun Hadarac. Di sana, seorang gadis muda, bersama tiga petarung lainnya, tengah bertahan melawan pasukan tentara yang mengenakan zirah perang.“Suku Miao... kaum Nomaden dari Wilayah Barat? Mereka yang disebut barbar itu?” ekspresinya berubah.Menyusul… “Dan lawan mereka tentara dari Kekaisaran Matahari Emas?” desis Rong Guo dengan amarah yang mulai menggelora.Keempat petarung itu adalah murid-murid dari Sha Tuo, seorang ahli ternama di Benua Longhai, yang berada di peringkat enam dalam dunia persilatan. Kultivasi Sha Tuo ini berada di ranah Kaishi, dan dikenal dihormati di kalangan para datuk.Keempat muridnya—Ye Qing, seorang gadis;

  • Warisan Artefak Kuno   Gurun Hadarac Merah Membara – Part I.

    Bagi seorang ahli yang telah mencapai puncak Kultivasi seperti Yongheng, perjalanan antar benua bukanlah hal yang memerlukan waktu lama. Perjalanan dari Benua Podura ke Benua Longhai, meskipun menggunakan Kapal Roh terbaik yang ada, biasanya memakan waktu hampir seminggu penuh.Namun, bagi seorang yang telah mencapai tingkat keabadian seperti Rong Guo, jarak yang terlihat begitu jauh bagi orang biasa tak lebih dari sekejap mata.Waktu dan ruang baginya hanyalah konsep semu, tidak lebih penting dari sekadar hembusan angin yang berlalu.Dalam sekejap, hanya dalam waktu setengah hari saja, pantai di tepi Gurun Hadarac sudah tampak di depan matanya.Rong Guo terbang tinggi, jauh di atas awan, di ketinggian yang nyaris tak terlihat oleh siapa pun di bawah sana. Jika ada yang melihatnya, mereka mungkin hanya akan menganggapnya sebagai makhluk spiritual asing—terbang dengan kecepatan yang begitu luar biasa.Setiap hembusan angin mengingatkannya pada batas-batas yang dulu kupikir tak terlampa

  • Warisan Artefak Kuno   Kota Kaejin Lagi.

    Perbedaan antara menyerap energi dari makhluk hidup dan dari hantu penasaran sangat jelas. Pada makhluk hidup, ada lapisan pelindung yang menghalangi energi tersebut.Hal ini menjadikan proses penyerapan energi lebih rumit.Namun, jika energi yang diserap berasal dari kebencian atau energi jahat yang dimiliki oleh hantu penasaran, dan hantu lapr, itu menjadi jauh lebih mudah. Ini berlaku terutama bagi seorang ahli tingkat tinggi seperti Rong Guo.“Di lantai lima Hundun Yaosai, tepatnya di pemakaman kuno ini, terdapat banyak sekali energi gelap yang tersembunyi.”Mengapa tidak aku manfaatkan untuk menyerap energi itu, memurnikannya, dan mengalirkannya ke dalam mesin penghimpun energi ini?” tegas Rong Guo, sambil memandangi mesin besar itu dengan rasa ingin tahu yang mendalam.Itulah teori yang dia ciptakan setelah mengamati mesin penghimpun tersebut.“Jika aku menggunakan energi dari makhluk hidup, prosesnya akan sedikit lebih rumit,” lanjutnya, “Karena ada lapisan pelindung pada tubuh

  • Warisan Artefak Kuno   Mesin Dan Lantai Lima Hundun Yaosai.

    “Buka pintu gerbang lebar-lebar! Aku akan membawa benda ini ke lantai lima!” Suara Rong Guo terdengar dalam, penuh wibawa, seperti perintah yang tidak bisa dibantah.Para penjaga dan makhluk iblis yang berjaga di depan Benteng Hundun Yaosai langsung bergerak, membuka pintu dengan cepat. Gerakan mereka serentak, seolah sudah dipersiapkan sebelumnya.“Buka pintunya segera! Hunter Guo menginstruksikan!” teriak salah seorang penjaga dengan suara keras.Nama Hunter Guo kini sudah menjadi legenda di Hundun Yaosai. Reputasinya melampaui segala hal.Setiap pemimpin organisasi tunduk di kakinya, mengakui secara diam-diam bahwa Rong Guo adalah penguasa tak terbantahkan di wilayah ini. Sekarang, tidak ada yang berani meragukan otoritasnya.Dengan deritan keras dari roda yang menghantam permukaan batu yang kasar, prajurit-prajurit yang mengawal mesin penghimpun energi melangkah masuk, membawa benda berat itu menuju aula lantai pertama.Suasana menjadi semakin tegang, setiap langkah terasa berat,

  • Warisan Artefak Kuno   Kembali Ke Hundun Yaosai.

    Pertarungan antara dua Abadi setengah langka itu berlangsung selama tiga hari tiga malam, begitu sengit dan tak terhentikan.Bukan hanya di atas langit Desa Zhizun, tetapi mereka terus saling kejar-kejaran, melintas dari utara ke selatan, lalu dari barat ke timur, mengoyak cakrawala Qi Tu Dalu yang luas.Kecepatan dan kekuatan mereka membelah langit, seolah mereka sedang berperang di luar batas pemahaman manusia.Dan pada hari ketiga, ketika senja mulai membalut langit dengan warna merah darah, akhirnya takdir mempertemukan mereka dalam satu pertarungan yang mematikan.Samudra luas di Qi Tu Dalu menjadi saksi bisu dari pertarungan terakhir ini. Di tengah keheningan lautan yang tak terjamah oleh manusia, kekuatan yang tak tertandingi bertabrakan."Juan Tian Yuan, kaisar lalim. Dengan kekuatan artefak kuno ini, senjata legendaris dari dunia kematian, aku mengutukmu! Mati dan tidak akan pernah bereinkarnasi lagi!"Suara Rong Guo bergema di udara, penuh dengan kekuatan.Ketika kata-katany

DMCA.com Protection Status