287“Aku bilang juga apa, Mas, jangan dulu jangan dulu. Kamu sih, nggak sabaran, jadinya begini, kan?” Mentari mengomel, tapi tangannya sibuk mengoleskan salep di punggung suaminya yang terbuka. Luka-luka di sana yang hampir mengering, kini terlihat retak-retak lagi. Sebagian bahkan ada yang mengeluarkan rembesan darah.Sebenarnya Mentari tidak tega melihatnya, tetapi jika bukan dia siapa yang akan mengoleskan salep itu setiap hari di punggung suaminya? Ia tidak akan mengizinkan orang lain meyentuh kulit suaminya meski hanya mengobati luka.“Aduh, pelan-pelan, Sayang ….” Samudra meringis saat Mentari mengoles di luka yang terak cukup besar dan dalam.“Sakit, ya?” Mentari menatap iba. “Maaf ….” Lanjutnya seraya meniup luka yang barusan disentuhnya.Tadi, mereka larut dalam lautan romansa penuh kerinduan yang memang sudah membucah-ruah karena lama tak bertepi. Sayangnya, baru saja setengah perjalanan indah itu, tiba-tiba saja Samudra mengaduh kesakitan hingga mereka harus menghentikan pe
Last Updated : 2024-09-02 Read more