Home / Pernikahan / Setoran Bulanan Untuk Mertua / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Setoran Bulanan Untuk Mertua : Chapter 81 - Chapter 90

110 Chapters

Masa Lalu Bu Retno

Puluhan tahun silam“Aku rela makan sampah dan menjadikan daun kering sebagai uang selama sisa hidupku. Asalkan kalian mati secara mengenaskan.”Kata-kata sadis yang keluar dari mulut Retno membuat semua orang terkejut. Termasuk Aiman---suaminya, dan juga Yati---perempuan yang diduga sebagai pelakor.“Retno! Jaga ucapanmu! Ucapan adalah doa,” bentak Aiman pada istrinya.“Aku gak peduli, Mas. Aku cuma mau kalian mati. Mati secara mengenaskan.”Gigi Retno bergemeretak saat mengucapkan itu. Para tetangga mulai berkumpul di depan rumah Retno-Aiman untuk melihat apa yang terjadi.Sebagian besar tetangga di sekitar rumah mereka merasa iba dengan Retno. Walaupun ucapan Retno barusan tetap tak dapat dibenarkan. Selain mendoakan dirinya sebagai gelandangan, Retno juga mendoakan keburukan bagi orang lain.Kenapa Retno bisa semurka ini?Bagaimana tidak? Suaminya tiba-tiba datang membawa seorang wanita yang mengaku hamil. Padahal Retno baru saja melahirkan anak keempatnya yang bernama Bastian, ti
Read more

Masa Lalu (2)

“Aku mau cerai aja, Las,” ucap Retno. Dia merasakan sakit yang teramat sangat. Tidak hanya fisik namun juga psikisnya.“Si Aiman memang benar-benar keterlaluan. Pelet apa sih yang dia terima dari wanita desa itu? Aiman sampai lengket gitu sama dia. Untung anakku perempuan, jadi kalau mau benci sama Aiman gak masalah,” ucap Lastri sambil melihat bayi mungilnya yang bernama Lidya.Lastri dan Retno sebenarnya sahabat dekat. Sudah sepuluh tahun lebih mereka menjalin persahabatan. Saling menyayangi, saling mengasihi, dan pastinya selalu berusaha ada dalam setiap suka maupun duka.“Kamu laporin aja Aiman ke kantornya, No. Biar dipecat sekalian.”Masa itu, mereka belum paham akan hukum yang bisa menjerat pasangan berselingkuh. Retno dan teman-temannya hanya tahu satu cara untuk menghancurkan Aiman dan selingkuhannya, yakni dengan melaporkan perselingkuhan ini ke kantor Aiman. Berharap pria itu dipecat dan tak memiliki pekerjaan. Setelah itu, Retno akan puas menceraikannya.“Atau gini aja, No
Read more

Tak Pernah Tahu

“Nenek sadar akan kesalahan terdahulu. Membiarkan ayah mertuamu menjalin hubungan dengan Yati.”Embun terpaku. Dia baru tahu soal cerita ini. Tentang kisah masa lalu mertuanya. Dia yang awalnya merasa kurang suka akan sikap ibu mertuanya yang manipulatif, kini justru terdiam. Ternyata ada kisah pahit dibalik semua perlakuannya. Bahkan hingga kini, Bu Retno harus menanggung buah dari hasil ucapannya terdahulu. Membuatnya menjadi wanita yang terindikasi ODGJ.Tapi Embun masih penasaran akan sosok Yati, istri kedua dari ayah mertuanya. Apakah wanita itu adalah ibu Laras? Embun pun nekat menanyakan semua ini pada Nenek Asti.“Cobalah kamu cari di barang-barang peninggalan mertuamu. Ada kotak kayu kecil penuh ukiran. Dulu Nenek pernah memberikan foto Yati dan anak yang baru dilahirkannya pada Aiman. Ayah mertuamu itu menyimpannya dalam kotak itu. Mungkin tempatnya tersembunyi karena tak ingin ketahuan Retno pada saat itu,” ucap Nenek Asti. Embun pun mengangguk. Nanti dia akan mencoba menc
Read more

Kotak Kayu

“Gimana keadaan Bu Retno, Nak?” tanya Pak Salim, setibanya anak dan menantunya di rumah.Embun dan Bumi baru pulang saat tengah malam. Jarak yang mereka tempuh cukup jauh, perlu 1,5 jam perjalanan. Ditambah lagi mereka harus mengurus Bu Retno yang kini tengah dirawat di RSJ. Hal itu menyebabkan mereka pulang larut malam. Bahkan hari akan berganti beberapa menit lagi.“Loh, Papa belum tidur?” tanya Embun dengan wajah lelah. Sedangkan Bumi merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Terlihat sekali raut kesedihan serta lelah yang ada pada dirinya.“Belum. Papa gak bisa tidur sebelum kalian pulang.”Embun lantas pergi ke dapur membuatkan Ayah dan suaminya minum. Dirinya juga ingin mengisi tenaga dengan segelas coklat hangat. Dia membiarkan ayahnya berbincang dengan Bumi sebentar.Selagi bisa membuat sendiri, Embun memang tak perlu repot-repot meminta bantuan orang lain. Terlebih lagi ini sudah tengah malam. Walaupun saat ini keluarganya telah menyewa jasa ART inap, tapi Embun tak ingin bermal
Read more

Pencarian Kotak Kayu

“Loh, kemana semua barang di rumah ini, Pak?” Embun bertanya pada salah satu pekerja di rumah mertuanya.Kemarin, Embun dan Bumi sepakat untuk menyewa jasa orang untuk merapikan rumah sekaligus memperbaiki bagian rumah yang rusak.“Loh, bukannya Ibu menyuruh seseorang untuk mengangkut barang-barang itu ke tempat lain?” ucap salah satu pekerja.Embun dan Bumi saling pandang. Dia tak pernah menyuruh orang lain untuk membawa isi rumah ke tempat lain. Kalaupun harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses pembersihan rumah, harusnya Embun dan Bumi diberitahu terlebih dahulu.“Siapa orang itu?” tanya Embun.“Namanya Osin, Bu. Dia baru saja pergi menggunakan truk.”Tanpa pikir panjang, Embun dan Bumi bergegas mencari truk kuning sesuai petunjuk salah satu pekerja.“Mas Osin keterlaluan. Dia terlalu berani, Mas. Tanpa minta izin terlebih dahulu sama kita. Ini mah namanya pencurian. Terbukti dengan waktu pengangkutan barang. Dia ambil secepat mungkin dan pagi-pagi buta. Dia juga m
Read more

Kamu, Adikku

“Siapa, Sayang?” tanya Anton dari dalam.Laras tak menjawab. Dia membiarkan suaminya datang ke depan pintu dan melihat siapa tamu yang datang.Benar saja. Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Laras, Anton pun menghampirinya ke depan. Baru saja keluar dari kamar, Anton sudah bisa melihat siapa yang datang berkunjung ke rumahnya.“Loh … Mbak Embun? Mas Bumi?” tanya Anton.“Siang, Anton. Siang, Laras. Kalian apa kabar?” tanya Embun pada pasangan suami istri itu.Dua orang yang ditanya spontan mengangguk dan menjawab pertanyaan Embun dengan kata “baik”. Mereka berdua terlihat bingung akan kedatangan mantan bos nya itu. Terlebih lagi bagi Laras. Terakhir bertemu dengan Embun, dia mendapat perkataan kurang mengenakkan dari wanita itu.“Ma … masuk, Mbak … Mas.” Laras mempersilahkan tamunya untuk masuk. Dia lantas pergi ke dapur untuk menyiapkan minum dan kue. Sedangkan Anton menemani kedua tamunya di ruang tamu.“Maaf, ya, Mbak … Mas, lesehan. Di rumah ini tak ada sofa, hee.” Senyum cang
Read more

Kebakaran

“Maafin kakak, ya, Dek. Kakak gak bisa menyadari lebih dulu siapa kamu sebenarnya.”Bumi dan Laras kembali saling memeluk. Sebenarnya Laras sudah tahu akan cerita ini dari sang Ibu. Bahwa dia memiliki tiga orang kakak. Tapi sang Ibu tak pernah memberitahu soal sosok maupun nama-nama kakaknya. “Pantas saja Ibu sering menyuruhku untuk pergi ke kota dan tinggal denganmu. Mungkin beliau sudah menyadari siapa kamu sebenarnya saat itu,” ucap Laras pada Bumi.“Berarti ini adalah cara Tuhan untuk mencegahmu menikah dengan Bastian. Kalian itu bersaudara,” ucap Embun kemudian.Mendengar perkataan istrinya, Bumi lantas mengangguk. Mereka yang dulunya membenci Laras karena telah mempermainkan hati Bastian, kini justru berucap syukur. Karena siapa lagi yang akan mencegah mereka selain Bi Yati? Sedangkan Bi Yati saat itu telah meninggal dunia. Pada akhirnya, Tuhan membolak-balikkan perasaan Laras maupun Bastian hingga mereka tak jadi menyatu.Perbincangan pun dilanjutkan hingga malam datang. Embun
Read more

Berkumpul di Rumah Lama

“Mana? Mana Ibuku?”Bumi terlihat sangat panik. Dia berlari kesana-kemari bertanya pada orang-orang yang ada di TKP. Api sudah mulai padam dan hanya menyisakan bangunan-bangunan hancur dan menghitam. Mobil ambulans dan pemadam kebakaran berlalu lalang di tempat itu. Bumi mengecek satu persatu orang yang diangkut menggunakan tandu.“Dimana Ibu?”Bumi terus mencari. Sedangkan Embun dan Anton juga ikut berpencar. Berharap menemukan keberadaan Bu Retno. Tapi hingga sore hari, pencarian mereka tak membuahkan hasil. Mereka juga tak bisa menanyakan kepada petugas di RSJ itu. Selain telah menjadi korban, suasana juga sangat kacau hingga tak ada yang fokus dengan Bumi, Embun, maupun Anton.“Kita pulang dulu, ya, Mas. Nanti kita cari Ibu lagi.”Embun menepuk bahu suaminya yang kini sedang duduk termenung di tanah. Di depan RSJ yang terbakar. Di tengah lalu lalang petugas dan juga beberapa keluarga korban yang melakukan pencarian.“Ayo, Mas. Kita pulang dulu!” ajak Embun sekali lagi.Tanpa menja
Read more

Pergi Sana!

“Daaa … Daaa … Ha ha ha, kamu takut, ya? Sini minta uang!”Anak-anak berhamburan melihat kedatangan Bu Retno. Ia ditakuti. Penampilannya yang berantakan, wajahnya yang gelap tercoreng debu, serta perilakunya yang tak masuk akal. “Ohh itu. Itu dia uangku.”Tak puas hanya menakuti anak-anak, kini Bu Retno beralih ke petugas kebersihan jalanan yang sedang mengumpulkan sampah dedaunan kering. Bu Retno berlari ke tumpukan sampah itu dengan mata berbinar.“Uang … uangku banyak sekali. Huuuu, aku kaya.”Dedaunan kering diterbangkan olehnya. Tak hanya itu, dia juga tidur di tumpukan sampah itu. Mengelus-elus dedaunan seolah anak kesayangannya. Dia tak peduli akan teriakan orang yang menyuruhnya untuk pergi.“Heh … pergi! Pergi sana! Mau kupukul?” ancam petugas kebersihan jalanan sembari mengacungkan sapu ke arah Bu Retno.“Heh … kamu berani sama aku? Sebentar!”Bu Retno mengambil segenggam daun kering dan melemparkannya di depan petugas itu.“Apa-apaan ini?” “Itu uang buat kamu. Sudah kubay
Read more

Akhirnya Ditolong

“Bang … itu kan ibu-ibu yang tadi.”Motor tua yang ditumpangi dua orang itu seketika berderit. Hal itu dikarenakan rem yang diinjak dengan kuat dan mendadak.“Ya ampun, Sus. Jangan ngagetin dong.”“Maaf, Bang. Aku lihat ibu-ibu yang tadi.”“Ibu-ibu apanya? Orang gila. Bilang aja kayak gitu! Ya terus kenapa? Apa urusannya sama kita? Dia kan sudah membuat kita rugi hari ini.”Tono tak mau berlama-lama di tepi jalan sambil memandangi orang gila tadi siang. Dia ingin secepatnya sampai kontrakan setelah seharian diuji kesabaran dengan berbagai cobaan. Mulai dari motornya yang mogok. Ayam yang baru dibeli tumpah di jalan hingga tak bisa dijual. Dan satu lagi, warung mereka kedatangan orang gila yang mengacak-acak makanan.“Tapi kasihan loh, Bang. Kasihan. Ibu itu sudah tua.” Susi tak mau beranjak secepatnya dan terus meminta sang kakak menolong ODGJ yang tak lain dan tak bukan bernama Bu Retno.“Alaaah … jangan sok perhatian, Sus! Tadi aja kamu ketakutan sampai ngumpet di dapur. Sekarang ma
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status