Home / Pernikahan / Setoran Bulanan Untuk Mertua / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Setoran Bulanan Untuk Mertua : Chapter 71 - Chapter 80

110 Chapters

Korban Pertama

"Pak Kades. Lihat ini!"Salah satu warga kembali mendapat penemuan yang aneh. Berupa sajen, kain berwarna putih, serta gelas berisi cairan merah."Hufft."Pak Kades menutup hidungnya sesaat setelah dia mencium cairan merah yang ada di gelas."Seperti darah busuk."Satu per satu warga ikut penasaran dan mulai mencium cairan yang ada di gelas. Responnya sama seperti Pak Kades. Mereka seolah tak tahan akan bau yang menyengat."Kayak darah ayam, Pak. Tapi entah lah. Aku cuma nebak-nebak aja," ucap salah satu warga.Pemimpin di desa itu lantas memerintahkan orang-orang untuk menjauhi benda-benda itu. Biarkan di tempat dan posisi semula. Ia akan menunggu pihak yang berwajib untuk melihat semua ini.Rumah Mirah kini dipadati oleh para warga yang hendak mendapatkan berita terkini. Sedangkan Mirah harus diungsikan ke rumah Laras. Ada yang menemani wanita itu di rumah Laras. Dia tak sendirian. —-------------------"Aku bosan hidup gini-gini terus. Udah tinggal di desa, miskin lagi. Kenikmatan
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Kronologi

“Cut, Mas Sukarsa, Cut ….”Konah lari tergesa-gesa ke dalam rumah. Dia menghampiri suaminya yang sedang asik menyantap ayam goreng kesukaan.“Apa sih, Nah? Aku lagi makan, nih ….”Icut tak mau diganggu. Selera makannya sedang tinggi. Hatinya juga sedang berbunga karena baru saja mendapat uang segepok dari Sukarsa. Iya. Sepupunya itu memberikan banyak uang sebelum kembali ke rumahnya.“Mas Sukarsa kecelakaan, Cut. Dia meninggal dunia,” ucap Konah. Sang suami yang sedari tadi asik menyantap makanan, kini tangannya seolah membeku. Nasi yang sudah ada di tangan dan siap dimasukkan ke mulut, kini ditaruh kembali di atas piring.“Ha ha ha. Kita berhasil, Nah. Berhasil,” ucap Icut kegirangan.Ternyata ekspresi terkejutnya tadi tak berubah menjadi kesedihan. Justru dia merasa sangat bahagia. Usahanya membuahkan hasil. Usaha yang membuat dirinya bahagia namun dikutuk oleh Tuhan.“Ini hanya kebetulan saja, Cut. Mas Sukarsa meninggal bukan karena kita. Ini hanya kebetulan,” sanggah Konah, tak p
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Akhir Hidup

“Cut … Bayu, Cut. Bayu meninggal.”Seperti dejavu. Konah berlari masuk ke rumah dan mengabarkan berita duka ini pada sang suami. Kondisinya sama seperti saat Sukarsa dikabarkan meninggal. Konah akan datang memberi kabar, dan sang suami akan menanggapi dengan senyuman tipis.“Ini gak kebetulan lagi. Ini berkat Nyi Sekar. Aku sakti, Nah. Aku sakti. Siapapun yang berani menentangku, akan ku lenyapkan, ha ha ha.”Konah takut melihat suaminya tertawa terbahak-bahak. Sangat mengerikan. Tapi lagi-lagi, dia bisa apa? Cuma terdiam tanpa berani menasehati. Lama-lama, Konah mulai terbiasa dengan situasi ini. “Ayo kita ke rumah Mirah! Kita harus menjadi orang pertama yang ada di sana. Menemani Mirah dan anaknya,” ucap Icut.Mereka berdua lantas pergi ke desa sebelah. Rumah yang telah lama ditinggalkan Sukarsa dan menjadi harta untuk Mirah.“Ini semua gara-gara mereka. Mas Bayu meninggal gara-gara mereka!”Lagi-lagi Icut tersenyum akan situasi kacau di rumah itu. Kali ini, Mirah menyalahkan Laras
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Bella Datang dengan Duka

“Mas … lihat sini, deh!”Pagi-pagi Embun telah heboh. Dia terus melihat ponselnya. Bumi yang mendengar panggilan istrinya pun mendekat.“Apa sih, Sayang? Mas mau mandi nih. Mau kerja.”“Ini, lihat!”Embun menyodorkan ponselnya ke depan wajah suaminya. Bumi harus menyipitkan matanya untuk melihat sebuah video yang ada di ponsel istrinya.“Siapa ini? Mas Jery?” tanya Bumi. Embun mengangguk.“Dia viral, Mas. Tertangkap basah oleh petugas. Kedapatan di kamar hotel bersama wanita panggilan.”Bumi kembali melihat video itu. Dia mendengar baik-baik narasi yang disampaikan di video itu. Mas Jery adalah suami dari Bella, kakak perempuan Bumi. Sudah lama Bumi tak mendengar kabar dari kakak perempuannya. Terakhir dia berkomunikasi saat mengabarkan kematian Bara. Lagi-lagi, kakak perempuan Bumi satu-satunya tak bisa hadir dan pulang saat itu. Alasannya selalu sama. Karena sibuk mengurus keluarganya. Dan kini, Bumi dan Embun justru dikejutkan dengan kabar kurang mengenakkan. Suami kakaknya kedap
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Tak Mau Pisah

TriiingTriiingTriiingTiba-tiba ponsel Bella berdering. Itu dari Jery. Embun lantas menoleh ke arah suaminya. Berharap sang suami mewakili kakaknya untuk menerima telepon itu. Karena Bella benar-benar mengeratkan pelukannya ke tubuh Embun. Dia tak mau menjawab telepon suaminya.“Angkat aja, Mas!” titah Embun pada sang suami.Bumi mengangguk dan menerima panggilan telepon dari Jery.“Halo. Bella? Kemana saja kamu? Sudah 2 hari gak pulang-pulang. Anak-anak dititipin ke Ibu. Dasar gak becus. Kenapa hidupmu terus nyusahin orang, sih?”Panggilan itu di-loudspeaker oleh Bumi. Semua orang di rumah itu bisa mendengar makian Jery. Kata-kata hinaan terus dilayangkan dari seberang telepon tanpa menunggu jawaban dari pihak Bella.“Sudah ngomongnya, Mas?” tanya Bumi. Dia bertanya seperti itu setelah suara Jery tak terdengar lagi. Sepertinya pria itu sedang mengambil nafas setelah lama berceloteh.“Loh, ini siapa? Kok suara cowok? Siapa kamu? Oooh aku tahu. Kamu selingkuhannya Bella?”Semua orang
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Anak Terabaikan

“Mau kemana, Jer?”Bu Endang bertanya pada sang anak. Dia penasaran melihat sang anak yaitu Jery berjalan tergesa-gesa menuju mobilnya.“Aku mau susul Bella, Ma.”“Susul dia? Buat apa? Bukannya dia lagi di rumah orang tuanya? Itu jauh sekali, Nak. Kamu perlu naik pesawat untuk sampai ke sana. Sayang uangmu.”Bu Endang tak setuju akan keputusan anaknya. Kalaupun harus kehilangan menantunya itu, ia ikhlas. Ia memang tak suka dengan Bella. Baginya, Bella dan anak-anaknya hanya menyusahkan. Hanya menghabiskan uang Jery saja.“Tapi anak-anak gimana, Ma? Siapa yang jaga? Dia harus diberi pelajaran. Dia harus ingat akan kewajibannya,” ucap Jery menggebu-gebu.“Biar Mama yang urus anak-anak. Kamu gak perlu khawatirkan itu. Mendingan kamu ceraikan saja dia!” Sang Ibu menghasut anaknya untuk menghancurkan rumah tangganya.“Loh, jangan, Ma! Umur segini, Mama sudah seharusnya beristirahat. Biar Bella saja yang mengurus kita semua. Tunggu, ya, Ma! Aku akan bawa Bella ke sini. Setelah itu, kita bis
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Sudah Bebas?

“Mau ngapain lagi sih kamu nyari Bella, Mas? Kan sudah ada aku.”Mega protes pada sang kekasih. Jery sudah mengatakan cinta dan berjanji menikahinya. Lalu, saat istrinya kabur, pria itu malah mengejar istrinya dan mengabaikan Mega. Beruntung Mega masih diizinkan ikut menjemput Bella oleh Jery. Paling tidak, Mega bisa membatasi kedekatan Jery ke istrinya. Dia tak akan membiarkan Bella menumbuhkan benih-benih cinta lagi pada Jery.“Sudah, kamu ikut saja! Aku hanya menjemput Bella demi Mama dan anak-anak.”“Maksud kamu, Mas?”“Iya. Bella harus tetap menjadi istriku.”“Apa? Jadi aku akan dijadikan istri kedua gitu? Aku gak mau.”Mega cemberut. Jery benar-benar ingkar janji. Baru kemarin pria itu berjanji akan menceraikan Bella dan menjadikannya istri satu-satunya. Kini omongan Jery berubah lagi. Tentu saja Mega tak terima.“Tenang, Sayang. Walaupun kamu menjadi yang kedua, tapi cintaku akan kuberikan seutuhnya untuk kamu.”“Omong kosong. Kalau kamu memang benar-benar cinta padaku, jadikan
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Susah Payah

“Bella, ayo keluar! Kita pulang sekarang. Anak-anak sudah menunggumu. Mereka rindu padamu, Bel.”Jery berteriak di rumah orang. Bumi yang mendengar semua ini, kembali geram. Dia pun menegur kakak iparnya.“Kamu gak sopan banget, Mas. Teriak-teriak di rumah orang! Cukup!”“Bodo amat. Aku hanya memanggil istriku, kok. Lagipula ini kan bukan rumah kamu. Ini rumah mertuamu. Jadi menantu kok benalu.”Bumi sangat merasa terhina akan perkataan Jery. Tapi di sisi lain, dia kembali teringat akan masa lalu. Saat sang ibu mengatakan Embun, istrinya, sebagai benalu. Kini dia merasakan sakit yang sama. Dikatakan benalu oleh kakak iparnya sendiri.“Kenapa diam lagi? Ucapanku benar, ya? Sepertinya kamu banyak masalah, ya? Ha ha ha.” Jery memancing emosi Bumi.Sedangkan di dalam kamar, Bella mendengar teriakan suaminya. Dia meronta ingin dilepaskan. Ingin menemui suaminya dan pulang bersamanya. Tapi Embun tak mengizinkan. “Tolong, Bun. Biarkan aku pergi. Kamu gak denger perkataan Mas Jery? Dia bilan
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Sepuluh Juta

Sebenarnya mereka telah berencana menjemput Bu Retno saat keluar dari penjara. Mengajak wanita tua itu hidup bersama mereka dengan rukun. Bagaimanapun juga, Bu Retno adalah ibu mereka. Orang yang berjasa di hidup mereka. Lupakan semua kesalahan masa lalu dan mulai membangun masa depan yang lebih baik. Setidaknya, itulah rencana Bumi dan Embun untuk sang ibu.“Aku juga gak tahu, Sayang. Bisa saja Mas Jery berbohong. Tapi aku tetap ingin mengecek ke sana. Lagipula, aku sudah tak lama melihat rumah masa kecilku. Aku harus kembali merawat rumah itu hingga layak ditempati lagi,” ucap Bumi.Embun setuju. Dia lantas meminta izin sang suami untuk ikut serta.“Jangan, Sayang! Ini udah mulai sore. Aku hanya pergi sebentar, kok. Kamu di rumah saja! Jaga anak-anak dan aku titip Mbak Bella.” Bumi melarang istrinya untuk ikut. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Tapi Embun tetap kekeh. Dia mengatakan kalau anak-anak telah dijaga ibu dan baby sitter. Ada ART di rumah ini juga membuat Embun lebi
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

Ucapan Adalah Doa

“Iya … nanti Bumi kasi Ibu uang. Tapi Ibu harus ikut kami dulu, ya,” bujuk Bumi pada ibunya.Bu Retno menjawabnya dengan suara pukulan ke pintu. Sangat kencang. Para tetangga makin banyak keluar rumah dan mengamati Bumi dan yang lainnya.“Mas … Pak RT di sini masih Pak Sakti?” tanya Bumi pada Osin.“Oh … udah nggak, Mas. Memangnya kenapa?”“Tolong panggilkan Pak RT ke sini, dong! Siapapun itu. Aku perlu bantuan untuk membujuk Ibu.”Tanpa pikir panjang, Osin lantas pergi meninggalkan Bumi dan Embun di rumah itu. Osin sempat dicegat oleh beberapa warga yang menanyakan perihal kedatangan Bumi ke rumah itu. Entah apa jawaban pria itu, yang pasti dia hanya berhenti sebentar, meladeni pertanyaan warga, dan kembali berlari menuju rumah Pak RT.“Ayo keluar, Bu! Kita makan dulu, yuk! Ibu pasti belum makan, ‘kan? Rumah ini juga sangat gelap. Memangnya Ibu gak takut?”Berbagai cara telah dilakukan Bumi untuk membujuk sang Ibu keluar dari rumahnya.“Mas … aku pergi cari warung makan dulu, ya. Mau
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status