Home / Pernikahan / Aku Tak Mau DiMadu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Aku Tak Mau DiMadu: Chapter 61 - Chapter 70

82 Chapters

61. Nona Naya memperk*sa Bang Yunus

Yumna terbelalak saat melihat apa yang dilakukan oleh suaminya. Namun, di balik kejutannya, dia merasakan kebahagiaan yang tak terbantahkan. Tanpa berpikir panjang, ciuman itu pun dia balas dengan penuh kehangatan.Ceklek~Tiba-tiba, pintu perlahan terbuka oleh Papi Yohan yang hendak masuk bersama Soni. Namun, mereka berdua sontak terkejut melihat pemandangan di dalam. Dengan terburu-buru, Papi Yohan segera menutup pintu kembali dan akhirnya mereka membatalkan niat mereka untuk masuk."Bisa-bisanya kita masuk disaat nggak tepat, Son?" ucap Papi Yohan dengan rasa malu yang menyelimuti dirinya. Padahal, seharusnya rasa malu itu dirasakan oleh pasangan yang ada di dalam."Iya, Pak. Tapi sepertinya mereka tadi nggak sadar kita masuk. Jadi aman lah, Pak." Soni memperhatikan mereka berdua melalui kaca pintu, terlihat jelas bahwa ciuman itu makin panas."Jangan dilihatin ah, Son! Nggak sopan!" Papi Yohan segera menarik tangan Soni dan membawanya duduk di kursi depan kamar itu. "Walau bagaiman
Read more

62. Sama-sama mau

Tut!Setelah panggilan itu terputus, Bunda Noni dengan cepat meraih tangan suaminya dan membawanya keluar rumah. Kecemasan dan kebingungan terpancar jelas dari wajahnya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin Naya, anak mereka, melakukan hal yang begitu mengerikan?"Apa yang terjadi, Bun? Siapa yang menelepon tadi dan mau ke mana kita sekarang?" Ayah Cakra ikut bingung melihat istrinya yang tampak tergesa-gesa."Pihak rumah sakit jiwa yang menelepon, Yah. Mereka bilang kita harus segera ke sana.""Tapi kenapa Bunda terlihat cemas? Apa ada sesuatu yang terjadi terhadap Naya?" Ayah Cakra buru-buru menyalakan mesin mobilnya, kemudian melaju pergi."Pihak rumah sakit mengabarkan kalau Naya memperk*sa Yunus, Yah. Eh, maksudnya Sandi.""Memperk*sa?!" Ayah Cakra tampak lebih bingung dari sebelumnya. "Yang benar saja, Bun? Dan sebenarnya ... Sandi ini siapa? Kenapa dia ada bersama Naya?""Sandi itu keponakannya si Yunus, Yah. Selama ini ... dia sudah cukup banyak membantu Bunda," jawab Bunda Non
Read more

63. Tolong lindungi suamiku

"Astaghfirullahallazim... Naya melakukannya sekaligus merekamnya juga, Dok? Tapi pakai apa dia merekamnya?" Suara Ayah Cakra terdengar gemetar, tampaknya dia masih dalam keadaan terkejut yang mendalam.Seandainya saja Naya tidak tengah berada dalam cengkeraman gangguan mental, Ayah Cakra pasti akan menumpahkan amarahnya tanpa ampun."Apakah Naya meminjam hape milik salah satu perawat di sini, Dok?" Bunda Noni menimpali, penasaran. Dia tahu, selama masa perawatan, Naya tidak diperkenankan memegang ponsel."Bukan merekam lewat hape, Bu. Tapi ada rekaman CCTV yang berhasil mengabadikan aksi Nona Naya," jawab Dokter dengan tenang.Mereka, Ayah Cakra dan Bunda Noni, seperti terpaku mendengar penjelasan itu."Boleh kami melihat rekaman itu, Dok?" Ayah Cakra bertanya dengan suara yang hampir tak terdengar."Tentu saja, Pak," Dokter itu mengangguk. Dengan gerakan lambat, dia menggeserkan sebuah laptop yang sejak tadi berada di atas meja, lalu memutar rekaman itu dan memperlihatkan kepada merek
Read more

64. Memberinya pelajaran

"Ada tamu, Bu," ucap Mami Soora yang menyibak sedikit gorden rumah, memerhatikan seorang pria turun dari mobil yang terparkir di depan."Tamu??" Umi Mae mengerutkan keningnya, kemudian melihat dari arah jendela. "Evan?!"Ternyata tamu yang dimaksud Mami Soora itu adalah Evan—adik dari Ustad Yunus. Segera, Umi Mae membuka pintu rumahnya dengan gemetar dan pria itu melangkah menghampiri."Assalamualaikum, Umi," ucap Evan dengan sopan, seraya mencium punggung tangan Uminya, sementara Umi Mae langsung mengusap puncak rambutnya dengan penuh kasih sayang."Walaikum salam," jawab Umi Mae dengan suara yang penuh kehangatan, lalu bertanya, "kamu libur kerja hari ini, Van?""Iya, Umi." Evan mengangguk perlahan, mengulurkan tangannya yang menentang plastik hitam seraya menatap ke arah pintu dengan ekspresi cemas. "Aku diberitahu Bang Soni kalau Bang Yunus kena guna-guna. Jadi aku ke sini."Segera, Evan masuk ke dalam rumah dengan hati yang berdebar, sebelum Umi Mae merespons ucapannya. Umi Mae j
Read more

65. Salah orang

Ada sesuatu yang begitu unik dan menarik tentang Evan, sebuah keahlian yang tidak dimiliki oleh banyak orang.Dia memiliki sejumput kemampuan mistis, sebuah warisan pengetahuan yang diajarkan oleh bosnya, seorang dukun yang dihormati. Karena itu, tidak heran jika dia bisa melakukan hal-hal yang tampaknya tidak mungkin."Lho, Van ... apa yang kamu lakukan? Kenapa dia pingsan?" Soni, yang tampak terkejut dengan situasi yang berlangsung, memanggil Evan. Dengan cepat, dia melompat keluar dari mobil dan berlari mendekati Evan."Aku nggak apa-apain dia kok, Bang," Evan membantah dengan tenang, menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku hanya menyentuh wajahnya sebentar, dan tiba-tiba dia pingsan.""Bau terasi kali tangan si Evan, mangkanya sampai pingsan begitu tu satpam," Papi Yohan, yang baru saja turun dari mobil, mencoba menebak."Sepertinya, aku memang habis makan sambel terasi tadi, Pak." Evan tersenyum lebar, seolah menyetujui perkataan Papi Yohan."Nah 'kan. Pantes aja. Ya sudah... s
Read more

66. Mengawinkan mereka

"Salah orang?" Dokter itu mengerutkan dahi. Tampak bingung dengan perkataan Ayah Cakra. "Maksudnya gimana, Pak?""Yang diperkosa Naya itu—""Bukannya dulu sudah pernah aku kasih tau ya, Dok?" Bunda Noni dengan cepat menyela ucapan suaminya, lalu menatap ke arah dokter. "Kalau seorang pria yang dianggap Yunus itu adalah Sandi. Mereka dua orang yang berbeda, jadi itu 'kan sama saja seperti salah orang.""Oh iya juga ya, Bu." Dokter baru teringat. Dia mengangguk. "Maaf, saya sepertinya lupa. Tapi terlepas dari itu ... semuanya sudah terjadi. Jadi saya nggak bisa apa-apa, semuanya terserah Ibu dan Bapak. Selaku orang tua dari Nona Naya.""Berarti Naya sama Sandi harus menikah, Bun," ucap Ayah Cakra, mengusulkan kepada sang istri."Kok sama Sandi? Jangan ah, Yah! Bunda nggak setuju!" sahut Bunda Noni cepat dengan gelengan kepala."Tapi semuanya sudah terjadi, Bun. Dan Naya sekarang sudah nggak perawan karena Sandi. Kita udah nggak bisa apa-apa kecuali mengawinkan mereka.""Kalau suatu hari
Read more

67. Kamu harus bertanggung jawab!

"Oh maaf, aku sampai lupa membuatkan kalian minuman." Sari langsung berdiri, lalu kembali bertanya. "Bapak dan Ibu mau minum apa? Kopi apa teh?""Cuaca panas begini enaknya sih es jeruk, Bu," sahut Ayah Cakra cepat seraya mengusap lehernya. Dapat dia rasakan tenggorokannya begitu kering kerontang."Maaf, kalau es jeruk nggak ada, Pak. Paling bisa es teh manis.""Kok bisa, es jeruk nggak ada? Kan tinggal bikin.""Jeruknya kebetulan nggak ada, Pak. Serbuk jeruk pun aku nggak punya.""Dasar mis—" Sedikit lagi, Ayah Cakra akan mengucapkan kata 'Miskin' tapi untungnya, dengan cepat Bunda Noni menyela."Udah sih, Yah, nggak apa-apa es teh manis juga. Lagian tujuan kita ke sini bukan mau numpang minum, tapi mau ngobrolin masalah penting.""Masalahnya ... Ayah haus, Bun." Ayah Cakra menatap istrinya, dengan masih menyentuh leher. "Kalau kering begini tenggorokan, bagaimana bisa Ayah bercerita?""Ya udah, aku buatkan es teh manis saja ya, Pak. Di mana-mana tamu itu nggak boleh protes, masih unt
Read more

68. Dikeroyok

Sebelumnya, mereka bertiga memutuskan untuk pulang karena merasa sangat lelah menunggu Ayah Cakra yang tak kunjung datang.Selain itu, Sari juga sempat menelepon dan memberitahu mereka tentang seorang tamu yang mencurigakan. Kabar itu membuat Soni semakin khawatir dan ingin segera pulang. Tanpa ragu, mereka bertiga segera beranjak dari tempat duduk dan bergegas menuju rumah.Saat mereka tiba di rumah Soni, pemandangan yang mereka lihat membuat mereka terkejut. Ayah Cakra dan Bunda Noni sedang berlari mengejar Sari yang tampak panik. Tanpa berpikir panjang, Soni, Evan, dan Papi Yohan segera bergabung dalam kejar-kejaran itu.Sementara itu, di dalam kamar, Ustad Yunus sedang beristirahat. Namun, suara kegaduhan dari luar membuatnya terbangun. Dia perlahan membuka mata, dan ketika melihat ke samping, dia melihat istrinya, Yumna, yang sedang tertidur dengan wajah yang lelah."Diluar ada apa, ya? Kok terdengar begitu gaduh?" gumam Ustad Yunus pelan.Dia berusaha bangkit dan dengan lembut me
Read more

69. Mediasi

"Bukan begitu maksud saya, Dek, tapi—"Dentang!!Pintu kamar tiba-tiba terbanting dengan kasar saat Yumna berlari masuk. Perempuan itu semakin sensitif, terutama dalam keadaan hamil seperti ini."Astaghfirullahallazim, ampuni aku ya Allah ...." Ustad Yunus perlahan mengusap wajahnya, lalu menghela napas dengan berat.Dia beristighfar bukan karena melihat Yumna marah, tetapi karena merasa bahwa cobaan dalam rumah tangganya sangat berat.Dan sekali lagi, dia melihat istrinya marah padanya. Padahal, Ustad Yunus sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi. Dia ingin hubungannya selalu harmonis."Maafkan sikap Yumna ya, Boy." Mami Soora tiba-tiba mengelus pundak menantunya, memberikannya sedikit ketenangan. Dia tahu betapa beratnya yang dirasakan Ustad Yunus saat ini."Yumna marah itu wajar, Nak. Umi kalau berada dalam posisinya juga akan marah. Apalagi Yumna juga sedang hamil. Bawaan bayi bisa membuatnya semakin sensitif.""Aku enggak menyalahkan sikap Dek Yumna, Umi, Mami," jawab Ustad
Read more

70. Anak bujangku

"Bang, Abang diminta Pak RT datang ke rumah Bang Soni. Dia membutuhkan keterangan dari Abang," ucap Evan yang baru saja menghampiri Ustad Yunus di dapur.Pria berkemeja biru navy itu sedang sibuk membuatkan susu ibu hamil untuk Yumna, dengan harapan bisa merayu istrinya yang sejak tadi enggan diajak berbicara."Keterangan apa, Van?" Ustad Yunus mengerutkan keningnya, terlihat bingung."Abang sebaiknya datang saja, nanti Pak RT akan menjelaskan semuanya. Ayo, bareng sama aku," ajak Evan dengan penuh harap."Baiklah, tunggu sebentar. Aku ingin memberikan susu ini dulu ke Dek Yumna, ya?""Iya, aku akan menunggumu di luar, Bang." Evan langsung meninggalkan Ustad Yunus dan keluar dari rumah. Sementara itu, Ustad Yunus kembali masuk ke dalam kamar.Yumna terbaring miring, membelakangi Ustad Yunus. Ustad Yunus mendekat perlahan sambil meletakkan secangkir susu di atas meja."Dek... saya diminta Pak RT untuk pergi ke rumah Bang Soni. Apa kamu mau ikut?" tanyanya dengan lembut, sambil mengelus
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status